Sahar BS, Wartawan Tak Banyak Bicara tapi Cepat Menulis Berita

-

Selasa, 12/09/2023 12:10 WIB
Sahar BS

Sahar BS

 

SEPANJANG kariernya di dunia kewar­tawanan, Sahar Bagindo Sutan atau lebih dikenal dengan nama Sahar BS, banyak mene­rima penghargaan dari pelbagai lembaga berkaitan dengan capaian dan prestasi seba­gai wartawan.

Penghargaan yang dia terima antara lain, “Medali 15 Tahun Kesetiaan Menjalani Profesi”  sebagai wartawan dari LKBN Antara, “Penghargaan 30 Tahun Kesetiaan Profesi” dari PWI Pusat (2006), dan Penghargaan Purna Bakti dari PWI Sumbar (2008).

Sahar lahir di Sicincin, Kabupaten Padang Pariaman, 2 Februari 1939, dan meninggal dunia di Padang karena sakit pada 23 Mei 2006 dalam usia 67 tahun.

Menjalani pendidikan di Padang, Sahar BS pernah kuliah di Jurusan Sejarah FKI Universitas Andalas (kini Universitas Negeri Padang), seangkatan dengan Zuiyen Rais yang kelak juga jadi wartawan dan pernah menjadi Wali Kota Padang. Sahar BS berhenti kuliah karena keadaan ekonomi keluarganya dan ia harus mendahulukan pendidikan adik-adiknya.

Sahar dikenal sebagai wartawan Antara di Sumatera Barat. Nama lembaga kantor berita nasional itu identik dengan namanya. Bergabung dengan Kantor Berita Antara mulai tahun 1973, kesetiaannya tidak pernah terputus. Terakhir, menjadi Kepala Biro LKBN Antara Padang selama 12 tahun sampai pensiun tahun 1994. Sebelum bergabung dengan Antara, Sahar BS bekerja di harian Aman Makmur selama 2 tahun (1970-1972). 

Sebagai wartawan, Sahar BS seangkatan dengan wartawan seperti Chairul Harun, Pasni Sata, Kamardi Rais Datuak Panjang Simulie, dan lain-lain. Dia dikenal sebagai wartawan yang tidak banyak bicara, tetapi cepat menulis berita. Jari-jarinya lebih cepat bekerja daripada lidahnya berkata-kata.

Dia juga aktif di kepengurusan PWI Sumatera Barat. Berbagai posisi kepe­ngurusan pernah ditempatinya hingga kemudian terpilih sebagai Ketua PWI Sumatera Barat periode 1993-1997. Kepemimpinnya dilanjutkan oleh wartawan Masri Marjan.

Sosok Sahar BS dikenal luas sebagai pribadi yang sederhana dan setia pada pro­fesi­nya, serta selalu menjaga kredilitas, komitmen dan etika kewar­tawanan. Selain itu, Sahar BS salah satu wartawan senior yang tergolong tidak pelit berbagi ilmu dan pengalaman dengan wartawan-wartawan pemula atau yunior.

Syamsuardi Sjamsuddin, wartawan yang berkarier di Haluan sejak 1982, salah seorang yang merasakan bagaimana kedekatan Sahar BS dengan wartawan-wartawan muda, termasuk dirinya.

“Di awal menjalani karier sebagai wartawan, terutama pada dekade 1980-an, saya mengenal Pak Sahar BS sebagai seorang wartawan yang setia dengan profesinya. Sosok yang sederhana dan seorang wartawan yang punya harga diri, dan selalu memberi pengetahuan kepada yang muda-muda,” kata Syamsuardi Sjamsuddin.

Syamsuardi Sjamsuddin mengaku beberapa kali bersama Sahar BS meliput berbagai peristiwa. “Beliau sebagai wartawan Antara dan saya dari Haluan. Perjalanan ke lapangan bersama beliau bagi saya saat itu sangat membang­gakan. Dan sekaligus saya belajar dari beliau,” cerita sosok yang hingga kini terus menulis kendati secara organik pensiun dari Haluan pada 2012 lalu.

Sementara itu, Wannofri Samry, yang pernah menjadi wartawan Antara saat Sahar BS menjabat Kepala Biro Sumbar, dan kini pengajar di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas Padang, menilai sosok Sahar BS adalah wartawan yang sederhana dan teliti, serta tidak menyukai wartawan yang lamban dalam menulis berita.

“Pak Sahar mengedepankan akurasi dalam menulis berita. Beliau sosok wartawan yang sederhana tapi berdisiplin. Pak Sahar sering mengatakan, berita yang baik itu ditulis lugas dan  tidak bertele-tele.  Seorang wartawan juga mesti cepat dan tangkas dan menulis berita,” terang Wannofri yang maraih Doktor tentang sejarah pers Sumatera di Universitas Malaysia.

Selain itu pula, tambah Ketua Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) Sumbar ini, Sahar BS juga dikenal sebagai sosok Kepala Biro Antara yang mewajibkan wartawannya membaca surat-surat kabar setiap pagi dan menindaklanjuti berita-berita yang perlu dilanjutkan.

Di dalam keluarganya, Sahar BS dikenal sebagai sosok yang penyayang dan peduli dengan pendidikan anak-anaknya. Walaupun kehidupan sebagai wartawan tidak selalu punya uang cukup, tapi untuk pendidikan anak-anaknya menjadi prioritas utama.

Dikenang oleh Fifi Suryani, putri Sahar BS yang kini mengikuti jejakn ayahnya sebagai wartawan di Jambi, semua anak-anaknya didorong untuk bersekolah setinggi mungkin.

“Alhamdulillah, semuanya jadi sarjana bahkan ada yang S2 dan hidup mandiri,” kata Fifi.

Setelah pensiun, Sahar BS tidak banyak lagi terlibat dalam kehidupan publik. Ia lebih banyak di rumah. Setelah istrinya meninggal tahun 2002, kesehatan Sahar BS pun terlihat menurun. Akhirnya, ia pun wafat pada 23 Mei 2006, dalam usia 67 tahun. Nasrul Azwar

 

Dikutip dari: 121 Wartawan Hebat dari Ranah Minang & Sejumlah Jubir Rumah Bagonjong (2018)

 

 



BACA JUGA