Bambang Widjojanto: Cawapres di Bawah ‘Ketek’ Ortu dan Paman, Tak Layak Wakili Anak Muda

-

Jum'at, 09/02/2024 07:42 WIB
Bambang Widjojanto

Bambang Widjojanto

Jakarta, sumbarsatu.com–Anak muda yang hidup di balik ketiak orang tua (ortu) dan paman tak layak mengklaim diri sebagai repsentasi anak muda atau bagian dari TikTokers untuk menjadi Wakil Presiden Indonesia.

“Anak muda TikTokers juga tidak mau diasosiakan seperti orang tuanya,”  tegas Mantan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto di Jakarta, Kamis, 8 Februari 2024.

Walaupun tak menyebut nama, tapi Anak muda yang dimaksud tak lain putra Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka, yang disahkan Mahkamah Konstitusi yang diketuai pamannya kemudian sukses melaju di Pilpres 2024 sebagai wakil calon presiden dari calon presiden Prabowo Subianto yang enggan melepaskan jabatan Menteri Pertahanan.

Demikian ditegaskan Bambang, mantan Direktur Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia(YLBHI) dan pendiri Kontras (Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan)  dalam Rapat Koordinasi & Forum Group Discussion Staf Khusus Dewan Pakar Timnas AMIN.

Bambang lebih lanjut mengakui adanya fenomena komunikasi politik dahsyat dalam merangkul perhatian berbagai kalangan di Indonesia terutama Generasi (Gen) Z dan milenial.

Menurutnya, pola komunikasi politik yang berhasil dibangun oleh Capres Nomor Urut 1 Anies Baswedan dalam Pilpres 2024, tak lain lewat sosialisasi melalui sejumlah platform internet, terutama TikTok, X atau YouTube.

Pendiri Konsorsium Reformasi Hukum Nasional (KRHN), Kontras, dan Indonesian Corruption Watch (ICW) ini, mencontohkan program YouTube Anies Desak Anies.

Desak Anies diakuinya fenomenal. “Dulu, orang ke pilpres karena dibayar, karena dibiayai, atau ada door prize, dan lain-lan. Sekarang, untuk ke Desak Anies, orang datang setelah mengurus registrasi, harus membolos, bahkan pergi begitu jauh. Dan, orang-orang yang hadir itu mau bertukar gagasan, dan pola komunikasinya tidak satu arah, tapi dua arah,” lanjutnya.

“Orang-orang yang diundang dalam proses itu juga bukan orang-orang yang setuju dengan (gagasan) Anies, dan juga lawan Anies diundang. Nah, komunikasi politik ini beda sama sekali,” tambah Bambang.

Bambang memaparkan, 56 persen dari total pemilih Pemilu 2024 adalah Gen Z dan milenial.  Dari 56 persen itu, jika dinaikkan ke 100 persen, maka tersisa 20 persen, dan itu adalah persentase dari kalangan yang datang ke Desak Anies.

Kalangan tersebut disebutnya sebagai anak muda yang rajin  berorganisasi, berotak encer, dan aktif. Dan, keberhasilan Desak Anies kemudian menjadi contoh untuk platform lain.

“Mereka (peserta) dan juga yang hadir di TikTok Anies Baswedan, datang atau bergabung dengan kesadaran sendiri, biaya sendiri, dan membangun komunikasi sendiri yang organik,” kata Bambang.

Pun banyaknya Tiktokers yang mendukung Anies Baswedan, tambahnya, adalah fenomena baru. Ini antara lain terlihat kemarahan Tiktokers ketika vidoetron Anies Baswedan diturunkan di sejumlah kota.

“Mereka adalah 20 sampai 30 persen dari total pemilih. Mereka adalah anak muda yang biasanya disebut mager, istilahnya, ‘malas gerak’, hobi main game, nonton film, dan ini adalah fenomena baru. Pokoknya multi task yang dia kerjain,” papar Bambang.

“Jadi, kalau ada anak muda yang mengatakan bahwa dia representasi anak muda untuk menjadi wakil presiden, maka anak muda TikTokers tidak begitu. Mereka adalah anak muda yang tidak mau berada di bawah ketiak orang tua dan pamannya, tidak mau diasosiasikan seperti orang tuanya,” tegasnya.

Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) untuk Pemilu 2024. Jumlahnya mencapai 204.807.222 pemilih, sebagaimana dijelaskan Komisioner KPU RI Betty Epsilon Idroos dalam Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi DPT di kantor KPU, Jakarta, Minggu, 2 Juli 2023.

Berdasarkan hasil rekapitulasi DPT, mayoritas pemilih Pemilu 2024 didominasi kelompok Gen Z dan milenial. Pemilih dari generasi Z, merujuk pada orang yang lahir pada 1995-2000-an, sebanyak 46.800.161 pemilih atau 22,85 persen dari total DPT Pemilu 2024.

Sementara generasi milenial, sebutan untuk orang yang lahir pada 1980- 1994, sebanyak 66.822.389 atau 33,60 persen pemilih.

Jika diakumulasikan, total pemilih dari kelompok generasi milenial dan Gen Z berjumlah lebih 113 juta pemilih. Kedua generasi ini mendominasi pemilih Pemilu 2024, yakni sebanyak 56,45 persen dari total pemilih.

Sedangkan kelompok pemilih dari generasi X -kelahiran 1965- 1979- yang menyusul di urutan berikutnya, yakni sebanyak 57.486.482 atau 28,07 persen dari total pemilih. Generasi X

Sisanya berasal dari kelompok generasi pre-boomer, atau orang yang lahir sebelum 1944 dengan total sebanyak 3.570.850 atau 1,74 persen pemilih.

Masih menurut Bambang, Anies Baswedan juga memunculkan  pola Komunikasi Nazar Pemilu, yang menyasar masyarakat menengah ke bawah, yang mayoritas adalah generasi Baby Boomers.

Inilah sebutan bagi generasi kelahiran 1946-1960, yang dewasa ini  mungkin sudah menjadi kakek dan nenek. Generasi ini disebut baby boomers karena mereka lahir setelah Perang Dunia II.

Disebut begitu, lantaran pada masa itu, terjadi peningkatan ledakan kelahiran. Istilah ini mulai digunakan di Amerika Amerika dan sekitarnya untuk menandai demografi budaya.

“Kalangan ini menyasar masyarakat menengah ke bawah, seperti pengemudi ojol. Malah ada yang bernazar akan menghibahkan penghasilannya selama sebulan jika AMIN menang,” tandas Bambang.SSC/KBA



BACA JUGA