Kim Ajusi, Sopir Taksi Langganan Penghuni Asrama

-

Minggu, 24/09/2023 05:32 WIB
Pemberontakan Gwangju terjadi pada 18 Mei hingga 27 Mei 1980 di Gwangju, salah satu kota di Jeolla Selatan, Korea Selatan. Foto 518.org

Pemberontakan Gwangju terjadi pada 18 Mei hingga 27 Mei 1980 di Gwangju, salah satu kota di Jeolla Selatan, Korea Selatan. Foto 518.org

OLEH Ivan Adilla (Dosen Sastra Indonesia, FIB Unand)

USIA lelaki itu sekitar enam puluh lima tahun. Posturnya khas Korea; tubuh tegap dengan tinggi sedang dan rambut lurus yang mulai memutih. Kim Ajusi bisa dikontak hampir sepanjang hari jika kita butuh.

Kalau janji sudah dibuat, Kim selalu datang sepuluh menit sebelum waktu yang disepakati. Dia adalah sedikit dari sopir taksi yang bisa berbahasa Inggris. Oleh sebab itu, dosen asing di tempat kami senang menjadi langganan Kim Ajusi.

“Kenapa Anda bisa berbahasa Inggris?” tanya saya, saat baru menjadi langganannya.

“Oh, saya lama bekerja di luar negeri. Di Arab Saudi,” katanya.

“Kapan?”

“Oh, sudah lama sekali. Di tahun delapan puluhan,” jawab Kim Ajusi.

Era delapan puluhan adalah masa kejayaan Pemerintah Orde Baru di Indonesia. Produksi minyak bumi melimpah sehingga Indonesia beberapa kali memimpin OPEC, organisasi  negara produsen minyak mentah dunia. Harga  emas hitam itu sedang berada di puncak dan dapat diandalkan menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi nasional.

Politik dan keamanan dalam negeri amat  stabil. Integritas moral pejabat negara masih terjaga. Nepotisme menjadi barang tabu dan tindakan korupsi merupakan kehinaan. Soeharto sebagai presiden mengisi  kabinetnya dengan menteri yang berkompeten di bidang mereka masing-masing.

Mata uang rupiah bernilai tinggi, gaji kepala keluarga cukup untuk biaya hidup keluarga. Ibu muda yang berpendidikan memilih mengasuh anak daripada bekerja. Dunia pertanian digalakkan dengan menyubsidi harga pupuk dan racun hama, sementara harga komoditas terkendali.

Para penulis mampu mengandalkan hidup dari menulis di koran karena honor sepotong artikel di media massa daerah setara harga dua gram emas. Dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, Indonesia diprediksi akan tinggal landas menjadi negara maju.   

 Pada saat yang sama, negara Korea justru sedang dicekam  perebutan kekuasaan di antara rezim-rezim militer.

Pada Oktober 1979, terjadi demonstrasi besar untuk menurunkan Presiden Park Chung-hee—yang berkuasa selama hampir dua dekade.  Park mengerahkan segala cara untuk bertahan, tapi akhirnya ia tewas di tangan pasukan intelijen negara yang dipimpin sahabatnya sendiri. 

Choi Kyu-hah—seorang sipil—naik menggantikan Park, tapi kekuasaan sesungguhnya justru berada di tangan Chun Doo-hwan, seorang jenderal yang berpengaruh hingga beberapa dekade kemudian.

Beberapa waktu kemudian terjadi demontrasi besar-besaran di Gwamgju. Ratusan ribu orang, terutama mahasiswa, berdemontrasi memenuhi lapangan hingga jalanan menuntut pemerintahan yang demokratis. Militer menjawab tuntutan itu dengan senjata sehingga ratusan orang meninggal dan ribuan lainnya luka-luka.

Demonstrasi Gwangju menjadi catatan kelam dalam sejarah Korea. Satu generasi kemudian, tahun 2017, barulah orang bisa melihat kembali kisah pahit itu melalui film A Taxi Driver yang disutradarai Jang Hoon. Skenarionya ditulis oleh Eom Yui-na berdasarkan kesaksian dan buku Jurgen Hinzpeter, wartawan Jerman yang berhasil mengabadikan dan mengabarkan peristiwa itu ke seluruh dunia.  

Dalam situasi sulit seperti itu, banyak orang Korea memilih bekerja di luar negeri agar bisa melanjutkan hidup dan meraih masa depan. Pekerja wanita memilih jadi perawat orang lanjut usia di Eropa; Jerman, Swiss dan Belgia. Kala itu, menjadi perawat lansia dianggap pekerjaan rendah dan kasar, yang tak layak dikerjakan tangan-tangan halus manusia berkulit putih. Tapi wanita Korea harus menjalaninya untuk mengejar impian keluarga mereka.

“Pada masa sulit itu, ibu saya bekerja di Jerman dan Inggris. Bonus dari pekerjaan itu adalah beliau bisa berbahasa asing,” cerita Eveliyn, kolega saya yang lahir dari pernikahan campuran Indonesia-Korea. (ivan adilla)



BACA JUGA