OLEH Y Thendra BP (Jurnalis dan Sastrawan Nasional)
Siapakah yang layak untuk jadi pemimpin Kabupaten Sijunjung periode 2021-2026?
Pertanyaan itu muncul dalam kontestasi Pilkada 2020. Lima paslon menyatakan siap dengan janji untuk kemajuan kabupaten yang dilintasi banyak batang air ini apabila terpilih nanti. Tapi, siap macam mana?
Baiklah, saya uraikan selintas tentang potensi Kabupaten Sijunjung dengan luas 3.130,80 km² dan merupakan rangkaian Bukit Barisan yang memanjang dari arah barat laut ke tenggara, sehingga memiliki ketinggian yang sangat bervariasi antara 120 meter sampai 930 meter di atas permukaan laut. Dimana beberapa kecamatannya memiliki topografi yang curam dengan kemiringan antara 15–40%, yaitu kecamatan Tanjung Gadang, Sijunjung, Sumpur Kudus, dan Lubuk Tarok.
Kabupaten Sijunjung adalah kabupaten agraris. Sektor perkebunan merupakan mata pencarian utama masyarakatnya. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat, luas perkebunan karet di Kabupaten Sijunjung adalah 34 158, 00 hektar, perkebunan kelapa dalam 1.769,00 hektar, perkebunan kayu manis 342,80 hektar, dan cengkeh 25,00 hektar. Sementara sawah seluas 2,059 hektar.
Dengan demikian, perkebunan karet adalah mata pencarian terbesar masyarakat Kabupaten Sijunjung. Dari data BPS Sumatra Barat 2019, Kabupaten Sijunjung merupakan penghasil karet terbesar kedua setelah Kabupaten Dharmasraya.
Namun, beberapa tahun belakangan ini harga karet mengalami penurunan. Rata-rata Rp5 ribu-Rp6 ribu per kilogram. Tak ada terobosan nan cerdik pandai dari pemimpin maupun tokoh masyarakat nan bertuah untuk mengangkat harga itu. Petani karet mengeluh. Ekonomi menurun. Bak istilah uwang kampuang, ola longang pasa di hari pokan kini.
Kabupaten Sijunjung memang tidak memiliki pabrik pengolahan karet. Suplyer karet (pengepul) biasanya menjual karet petani ke pabrik di Padang. Ini sungguh ironis, daerah penghasil karet tapi tidak memiliki pabrik pengolahan.
Selain di sektor perkebunan, Kabupaten Sijunjung juga memiliki cadangan Migas Blok Singkarak. Beberapa sudah dilakukan eksplorasi oleh PT Rizki Bukti Barisan Energi, seperti di Kecamatan Koto VII, Sijunjung, dan Kupitan.
Namun, keberadaan Migas tersebut cenderung ekslusif, kurang sosialisasi yang massif. Masyarakat badarai bisa dibilang sebagai menonton belaka.
Selain itu, Kabupaten Sijunjung yang dilintasi banyak sungai memiliki potensi budi daya ikan air tawar. Silakan baca liputan saya tentang potensi ini https://sumbarsatu.com/berita/22453-sijunjung-miliki-potensi-ekonomi-berkelanjutan-budidaya-ikan
Kemudian di sektor pariwisata, Kabupaten Sijunjung memiliki destinasi Geopark Nasional Silokek. View perbukitan dan lembah menyajikan bermacam pesona. Hal ini ditunjang pula dengan sosio-kultural masyarakat "Minang Darek" yang di beberapa daerah masih terjaga, seperti tradisi bakauah adat, batagak gala, turun mandi, dan botobo.
Yang jadi pertanyaan berikutnya adalah bisakah potensi ekonomi yang besar tersebut dikelola dengan baik oleh pemimpin terpilih kelak untuk kemajuan daerah, khususnya untuk menyejahterakan masyarakat badarai?
Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatra Barat, Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Sijunjung 2010-2019 terbilang rendah. Hanya berkisar diurutkan kedua terbawah di Sumatra Barat
Menurut BPS Sumatra Barat, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) itu mengukur capaian pembangunan manusia berbasis sejumlah komponen dasar kualitas hidup. Sebagai ukuran kualitas hidup, IPM dibangun melalui pendekatan tiga dimensi dasar. Dimensi tersebut mencakup umur panjang dan sehat; pengetahuan, dan kehidupan yang layak. Ketiga dimensi tersebut memiliki pengertian sangat luas karena terkait banyak faktor. Untuk mengukur dimensi kesehatan, digunakan angka harapan hidup waktu lahir.
Selanjutnya untuk mengukur dimensi pengetahuan digunakan gabungan indikator angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah.
Adapun untuk mengukur dimensi hidup layak digunakan indikator kemampuan daya beli masyarakat terhadap sejumlah kebutuhan pokok yang dilihat dari rata-rata besarnya pengeluaran per kapita sebagai pendekatan pendapatan yang mewakili capaian pembangunan untuk hidup layak.
Dengan demikian, bisakah pemimpin yang terpilih dalam Pilkada 2020 ini membangun Manusia Sijunjung?
Apalah arti pemimpin yang hebat jika rakyatnya hidup dalam kemiskinan dan kebodohan yang dibiarkan berlarut-larut. *