
OLEH Novi Yulia (Alumni Magister Sastra FIB Unand)
Tahun ini PT Semen Padang, perusahaan kebanggaan Sumatera Barat berusia lebih dari satu abad. Tepatnya seratus sepuluh tahun, karena didirikan pada 1910. Satu usia yang menunjukkan lelaku kematangan karena telah banyak yang dirasai, dan spirit kearifan tersebab telah panjang jalan yang ditempuhnya. Perasaian dan jalan panjang itu semata-semata demi kemajuan Sumatera Barat atau Minangkabau sendiri. Jadi tak sulit menyatakan, selama sebelas dekade PT Semen Padang tagak mambangun Minangkabau.
Representasi Minangkabau dalam perjalanan PT Semen Padang dapat dibaca pada perjalanan lambang perusahaan ini. Kala berdiri di dekade kedua abad ke-20, perusahaan ini bernama “Sumatra Portland Cement Works”. Tiga tahun berdiri, nama perusahaan kemudian diganti menjadi NV Nederland Indie Portland Cement Maatschappij, dan mengambil lambang seekor kerbau yang berdiri anggun di tengah alam yang elok. Penggunaan simbol kerbau dan alam nan elok ini jelas merujuk pada Alam Minangkabau nan rancak.
Kerbau adalah hewan yang sangat berkait erat dengan Minangkabau, manang kabau. Selain itu kerbau adalah simbol kerja keras, kuat, dan harmonisasi makhluk dengan alam. Sementara Minangkabau adalah negeri pesona, di negeri ini orang bisa menyaksikan seluruh rona keilahian melalui perbukitan yang berjajar dari utara ke selatan, lembah-lembah hijau, dan danau-danau yang indah dimana penyair bisa tertekuk lutut memujanya. Jadi kerbau dan alam nan elok dalam lambang PT Semen Padang masa kolonial atau sejak awal didirikan, memang dimaksudkan bahwa perusahaan ini tagak bersama orang dan negeri Minangkabau. Lambang ini dipertahankan perusahaan sampai 1950.
Pasca pengakuan kedaulatan, nama perusahaan diubah menjadi NV Padang Portland Cement Maatschappij, dengan lambang tetap, hanya ditambah di depan kerbau berdiri seorang pemuda Minang, berpakaian adat. Lambang ini makin menguatkan citra perusahaan sebagai bagian dari keminangkabauan. Kala Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) diumumkan pada 1958, lambang perusahaan kemudian diubah, dimana simbol keminangkabauan diperkuat dengan adanya abstraksi rumah gadang di atas rupa kerbau. Rumah Gadang adalah “rumah” bagi semua orang Minangkabau. Melalui penggunaan simbol Rumah Gadang ini, PT Semen Padang makin menegaskan ia adalah “rumah bersama”, tempat berbagi, sekaligus yang menaungi segala kepentingan baik yang direncanakan terlebih dahulu atau dieksekusi karena kearifan semata demi kepentingan bersama. Karena itu, tak heran kemudian moto perusahaan menjadi, “sudah berbuat sebelum yang lain memikirkan”. Moto yang menampakan visionernya perusahaan, apalagi kalau jalan di depan penuh dengan antusiasme kemajuan.
Tapi sejak 1970 sampai hari ini, lambang perusahaan kemudian disederhanakan dengan menampilkan kepala kerbau bermahkotakan Rumah Gadang. Penyederhanaan ini jelas bukan tanpa maksud, hal itu barangkali terkait respon perusahaan terhadap perkembangan dan dinamika zaman yang bergerak cepat. Artinya perusahaan menyadari efektifitas dan kesigapan adalah ukuran kesuksesan menjalani era yang disebut globalisasi. Meskipun tampak ada penyederhanaan, justru melalui perubahan lambang itu, PT Semen Padang makin menahbiskan dirinya sebagai bagian yang tak bisa dipisahkan dengan Minangkabau. Ibarat kuku dengan daging, atau mulut dengan gigi. Satu tercabut akan menyakitkan yang lain, atau satu hilang akan mendatangkan kehinaan bagi yang lainnya. Semalu sehina.
Bila dibaca secara simbolik, maka di antara lambang-lambang PT Semen Padang sejak awal berdiri, keberadaanlambang berupa kepala kerbau bermahkota Rumah Gadang adalah simbolisasi paling kuat dari perusahaan ini untuk tagak mambangun Minangkabau. Pertama, menjadikan dua simbol keminangkabauan sebagai “mahkota” perusahaan telah menampakan orientasi PT Semen Padang membangun Minangkabau. Artinya tak ada yang lebih tinggi kecuali kemajuan ranah Minangkabau, terkhusus dalam hal pembangunan bagi perusahaan. Oleh karena itu tak heran bila PT Semen Padang adalah yang paling awal menjulurkan tangan di setiap musibah, seperti gempa bumi, longsor, atau pembangunan kemanusiaan semacam pendidikan bagi anak negeri.
Kedua, barangkali hanya di Minangkabau ada kebiasaan di setiap pembangunan (Rumah Gadang) bila ingin bertahan lama maka mesti ditanam kepala kerbau terdahulu. Kepala kerbau dipakai sebagai unsur makna bahwa bangunan itu disanggah secara kokoh tak semata secara fisik—kepala kerbau adalah bagian paling kuat dibanding yang lainnya—tapijuga oleh pemikiran (baca: kepala sebagai pusat gagasan). Jadi simbol kepala kerbau bermahkota Rumah Gadang dalam lambang PT Semen Padang menyatakan,bahwa perusahaan hanya berjalan kokoh di atas gagasan-gagasan orang Minangkabau yang merasa memiliki perusahaan. Hanya yang merasa memiliki saja yang mau berpayah-payah memajukan apa yang dirasa dimilikinya.
Tagak mambangun Minangkabau adalah serial dari dedikasi PT Semen Padang. Dalam umurnya yang telah sebelas dekade ini, harapan kita, perusahaan berada pada kearifan kemanusiaan, bukan pada kebenaran atau keadilan atas nama hitungan ekonomis. Tersebab benar dan adil menurut sesuatu belum tentu sama ukurannya dengan benar atau adil bagi yang lain. Tapi kearifan, sebuah sikap dan mental yang, rambut tiada terputus ditarik, namun tepung tak pula berserak. Demikianlah harapan semua orang terhadap perusahaan kebanggaan ini. Jadi terucaplah dirgahayu ke-110 PT Semen Padang.