Diikuti Dua Putri Bung Hatta, Iven PNW #2 Lintas Negara 4 Nagari Meriah dan Sukses

Selasa, 24/06/2025 17:21 WIB
PNW #2 dihadiri tokoh nasiional putri Prolmator Bung Hatta Halida Nuriah Hatta, (Halida Hatta) dan Meutia Farida Swasono (Meutia Hatta), Mimggu (22/6/2025)

PNW #2 dihadiri tokoh nasiional putri Prolmator Bung Hatta Halida Nuriah Hatta, (Halida Hatta) dan Meutia Farida Swasono (Meutia Hatta), Mimggu (22/6/2025)

Laporan Angelique Maria Cuaca (jurnalis sumbarsatu)

Sianok Anam Suku, sumbarsatu.comPejalan Nagari Walk (PNW) #2 dilaksanakan pada Minggu, 22 Juni 2025, starting pukul 06.30. Titik start dan finish berada di Balai Adat voor Larashoofd IV Koto “Jahja Datoek Kajo” Nagari Koto Gadang. Jumlah peserta kali ini 3 kali lipat lebih banyak dari iven sebelumnya. Pada pelaksanaan Januari lalu, PNW #1 ada 168 peserta dan kini di PNW #2 menjadi 566 peserta.

PNW#2 memberikan tawaran 3 rute, yakni 5 km, 10 km, dan 20 km. Peserta memilih rute sesuai dengan kesanggupannya. Rute tersebut melewati 4 nagari di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, yakni Koto Gadang, Sianok Anam Suku, Guguak Tabek Sarojo, dan Koto Tuo.

“Kepesertaan berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan beberapa negara lain seperti Singapura, Malaysia, dan Tanzania. Ada 178 orang memilih di jalur 5 km, 308 orang di 10 km, dan 80 orang di 20 km,” ujar Dedi Novaldi, Ketua Asosiasi Pejalan Kaki Sumatera (APKS), event director, penggagas dari kegiatan ini kepada sumbarsatu, salah satu mitra media, Minggu (22/6/2025).

PNW#2  mengangkat tema Moving Forward Together, yang artinya “Bergerak Maju Bersama”. Ia berharap iven ini bisa memperkuat kerja sama/kolaborasi antara masyarakat, UMKM, pemerintah, akademisi, dan organisasi nonpemerintah untuk mengembangkan dan mempromosikan potensi nagari.

Pembukaan PNW #2 dihadiri oleh beberapa tokoh nasional maupun di tingkat Sumatera Barat, di antaranya Dra. Halida Nuriah Hatta, M.A (Halida Hatta) dan Prof. Dr. Meutia Farida Swasono (Meutia Hatta), keduanya putri kandung dari Proklamator Indonesia asal Bukittinggi yaitu Bung Hatta. Selain itu juga ada, Benni Warlis–Bupati Agam dan Komjen Pol (Purn) Boy Raffli Ammar, mantan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).

“Saya senang. Iven ini mendorong Koto Gadang agar dilihat sebagai nagari pariwisata budaya yang istimewa. Saya berharap orang muda bisa terus merawat warisan budaya kita melalui berbagai kegiatan kreatif,” ujar Meutia Hatta.

Sosok yang pernah menjadi Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI periode 2004-2009 ikut di rute 5 km. Ia mengaku sering berkunjung ke Koto Gadang untuk mampir ke Amai Setia, organisasi pengrajin perempuan yang didirikan oleh Roehana kudus. Namun baru kali ini datang dengan agenda berolahraga.

“Saya tahu iven ini dari teman SD. Dia ketua dari Organisasi Perempuan Minang di Jakarta. Jadi saya dan Halida putuskan ikut di rute 5 km,” cerita perempuan yang berumur 78 tahun ini. Sepulang dari PNW, ia dan Halida berencana ke rumah kelahiran ayahnya, Bung Hatta di Bukittinggi sekaligus berkeliling ke beberapa tempat lain di Sumatera Barat.

Tampak juga hadir, Izabel Jahja (49), aktor, model, editor, dan presenter terkenal di Indonesia. Ia datang bersama anaknya. Ia merupakan cicit dari tokoh sejarah nasional, Jahja Datoek Kajo, yang dikenal sebagai anggota Volksraad di Masa Hindia Belanda.

“Saya mengajak anak saya. Dia baru pertama kali datang ke Koto Gadang. Kebetulan sedang liburan sekolah juga. Kami ambil yang kilometer 5,” ujar Izabel.

Menurutnya PNW menarik karena mengenal alam, budaya dan sejarah dari nagari ke anak muda dengan cara yang unik. Ia mengaku baru kali ini ikut kegiatan sport tourism. Sebelumnya, ia lebih sering hiking dan tracking secara individu.

“Kegiatan semacam ini bagus jika bisa diadakan di tempat lain juga,” harap Izabel.

Setelah sampai garis finish, Izabel dan anaknya tak lupa berfoto di Balai Adat voor Larashoofd IV Koto “Jahja Datoek Kajo” Koto Gadang. Tempat ini didirikan pada 5 Desember 1937 oleh anak Nagari Koto Gadang untuk memperingati jasa dari Jahja Datoek Kajo, kakek buyut dari Izabel.

Syukri, seniman sekaligus contect creator dari Sawahlunto juga datang bersama istri. “Ini kali kedua saya ikut iven ini. Iven pertama hanya saya. Sekarang istri juga ingin ikut. Kami ambil di rute 10 km,” ujar Syukri.

Rozi Erdus, Daya Desa Tingkalak–Danau Singkarak, ia ambil di rute 20 km. “ Saya ikut karena ingin belajar bagaimana PNW mempromosikan potensi nagari melalui iven jalan kaki. Semoga bisa juga dilaksanakan di nagari kami,” harapnya.

Sejak pukul 09.00, satu persatu peserta tampak mulai memasuki garis finish. Mereka mendapatkan medali kayu surian sebagai bentuk penghargaan atas perjuangannya sampai di garis akhir.

Setelah itu, mereka bisa lanjut berwisata kuliner di Lapak Kuliner Nagari yang disediakan oleh PNW atau ke tenda fisioterapi Universitas Fort De Kock Bukittinggi untuk mendapatkan layanan fisio secara cuma-cuma.

Stride For Nagari: Berbagai Budaya Anak Nagari Diperkenalkan

Pada PNW #2, ada 11 lapak kuliner. Lapak tersebut diisi oleh UMKM yang menjual berbagai masakan khas Minangkabau seperti katan sarikayo, itiak lado hijau, tampalang ubi, lapek bugih, kue lampih, pangek ampok dan lainnya. Lapak ini laris manis diserbu oleh para peserta dan pengunjung.

Selain itu juga ada pameran arsip terkait tokoh nasional yang ada di Koto Gadang seperti Chairil Anwar, Rohana Kudus, Agus Salim, Sutan Syahrir, dan lainnya. Amai Setia, organisasi yang didirikan Rohana Kudus sejak tahun 1911, menggelar workshop kerajinan perak dan sulaman khas Koto Gadang.

“Saya memperkenalkan kepada pengunjung bagaimana cara membuat kerajinan perak. Beberapa produk hasil kerajinan perak yang dipajang di stand ada juga yang dibeli pengunjung. Kira-kira penjualan hari ini mencapai 3 juta-an,” ujar Dedi, 35 tahun, pengrajin perak asal Koto Gadang. Peserta juga bisa belajar bagaimana cara membuat sulaman dan renda khas Koto Gadang.

“Saya ngajarin peserta bagaimana caranya membuat renda khas Koto Gadang. Alhamdulilah, ini sudah laku 2 buah. Pejalan Nagari membantu kami untuk memperkenalkan kerajinan Koto Gadang. Semoga tahun depan ada lagi,” harap Ria, 57 tahun, salah seorang penyulam.

Setelah sukses digelar di Koto Gadang, Asosiasi Pejalan Kaki Sumatera (APKS) akan menggelar event sport tourism berikutnya di daerah lain di Sumatera Barat.

“Kami telah melakukan pembacaan dan pendekatan ke beberapa nagari untuk Pejalan Nagari Walk berikutnya. Ikuti informasi terbaru kami di akun media sosial Pejalan Kaki Sumatera dan Pejalan Nagari,” tambah Dedi Novaldi. ssc/like



BACA JUGA