Sijunjung Miliki Potensi Ekonomi Berkelanjutan Budidaya Ikan

MANFAATKAN ALIRAN SUNGAI

Rabu, 19/02/2020 12:30 WIB
TANTARA

TANTARA

 

Sijunjuang, sumbarsatu.com—Kabupaten Sijunjung memiliki potensi ekonomi berkelanjutan budidaya ikan air tawar. Sebab wilayahnya dilalui banyak sungai besar atau batang air. Sebutlah misalnya Batang Air Ombilin, Batang Air Sinamar, Batang Air Sukam, Batang Air Laweh, Batang Air Palangki, dan Batang  Air Sumpu.

Semua Batang Air tersebut menyatu menjadi Batang Air Kuantan yang bermuara di pantai timur Sumatra.

Secara topografi, luas Kabupaten Sijunjung 3.130,80 km²  merupakan rangkaian Bukit Barisan yang memanjang dari arah barat laut ke tenggara, sehingga memiliki ketinggian yang sangat bervariasi antara 120 meter sampai 930 meter di atas permukaan laut. Dan beberapa kecamatannya memiliki topografi yang curam dengan kemiringan antara 15–40%, yaitu kecamatan Tanjung Gadang,  Sijunjung, Sumpur Kudus, dan Lubuk Tarok.

Menurut Rohmad Iswahyudi, Koordinator Penyuluh Perikanan Sijunjung, Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) Kementerian Kelautan dan Perikanan, batang air yang melintasi Kabupaten Sijunjung sesungguhnya adalah emas yang mengalir.

“Jika itu dimanfaatkan dengan baik, lewat budidaya ikan, adalah nilai ekonomis berkelanjutan. Kabupaten Sijunjung bisa menjadi salah satu penghasil ikan air tawar terbesar di Sumatra Barat,” kata Rohmad Iswahyudi, Rabu (19/2/2020).

Apalagi, budi daya ikan di Danau Maninjau sebagai penghasil ikan air tawar di Sumatra Barat, baru-baru ini mengalami kerugian. Banyak ikan yang mati diakibatkan mengapungnya sedimen dari dasar danau ke permukaan, danau diaduk-aduk angin kencang. Berita selengkapnya bisa dibaca di https://sumbarsatu.com/berita/22370-ikan-di-danau-maninjau-mati-lagi

Untuk itu, perlu daerah lain mengembangkan budidaya ikan, agar tidak ketergantungan pada satu tempat. Jika terjadi peristiwa seperti Maninjau tersebut, stok ikan tidak berkurang tajam.

"Lubang bekas tambang emas juga dapat dimanfaatkan untuk budidaya ikan dengan teknis yang benar mengacu pada cara budidaya ikan yang baik (CBIB)," terang Rohmad Iswahyudi.

Rohmad mencontohkan pada Kelompok Ikan Emas Ipuah (KIEI) yang melakukan budidaya ikan keramba di lahan bekas tambang emas yang sudah berjalan tiga tahun di tepi Batang Air Palangki, Jorong Pematang Sari Bulan, Nagari Muaro, Kecamatan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung.

Dari lahan bekas tambang emas seluas enam hektare, KIEI baru memanfaatkan seluas satu hektar yang diisi 22 petak keramba ukuran 5x5x3 meter.

Awal mulanya mereka membangun budidaya ikan itu diawali dengan munculnya kesadaran bahwa profesi mereka sebagai penambang tidak akan lama. Lahan semakin sedikit. Sementara sawah dan ladang karet yang mereka punya sudah jadi bekas lubang-lubang tambang emas. Mau makan apa nanti anak-kemenakan.

Namun, mereka memulai budidaya ikan itu tanpa pengetahuan teknis, hanya berlandaskan kemauan untuk berusaha. Lokasi yang mereka gunakan juga rawan banjir, Batang Air Palangki kadang meluap di musim hujan.

"Di tahun pertama KIEI melakukan budidaya ikan sempat mengalami kerugian satu ton ikan. Di tahun kedua, rugi tiga ton ikan. Mereka hampir putus asa," kata Rohmad Iswahyudi.

Lalu, mereka mendatangi Dinas Perikanan Sijunjung dan mendapat bantuan teknis budidaya ikan yang benar  melalui penyuluhan di bawah BRSDM. Dengan sisa-sisa modal yang ada (usaha mandiri), mereka membuat saluran sistem pengairan, menggunakan alat berat eskavator dari PUPR Sijunjung.

"Dua tahun yang lalu kematian disebabkan oleh oksigen. Dibuat saluran sejauh 150 m dan saluran pembuangan sekitar 250 m. Saluran itu fungsinya untuk menambah oksigen. Kemudian dibantu peminjaman pakan," tutur Rohmad Iswahyudi.

Tambahnya, dalam satu tahun ini mereka sudah bisa setiap hari panen. Satu petak keramba menghasilkan 700 kg dan habis terjual dalam seminggu. Sekarang permintaan bisa sampai tonan perhari. Apalagi stok ikan dari Maninjau saat ini tidak ada. Danau Singkarak tidak siap. Terjadi kekacauan stok ikan air tawar di Sumatra Barat.

"Kami sedang berusaha menambah luas lokasi budidaya ikan keramba di lahan bekas tambang emas ini. Sekarang baru satu hektar. Lahan yang ada, enam hektar," ucap Ketua KIEI Rusman beberapa waktu lalu.

Lokasi yang digunakan oleh KIEI itu merupakan tanah ulayat kaum. Mereka mengelola dengan sistem badunsanak atau kekerabatan. Ninik mamak pun memberikan restu.

Budidaya ikan air tawar di batang air dan bekas lahan tambang emas adalah peluang emas. Dalam satu tahun ini Kodim 0310/SS juga gencar melakukan normalisasi lahan bekas tambang emas lewat program dekomposer BIOS 44 Korem 032/Wbr. Bahkan, Dandim 0310 Letkol Inf. Dwi Putranto kerap turun langsung ke lokasi, memberikan bantuan, pendampingan, dan perlindungan secara institusi.

Sinergi antara masyarakat peternak ikan keramba, Kodim 0310/SS, dan Penyuluh Perikanan Sijunjung BRSDM (Badan Riset dan Sumber Daya Manusia) Kementerian Kelautan dan Perikanan mulai terjalin dengan baik dalam satu tahun ini.

Selain itu, budi daya ikan keramba di bekas lahan tambang emas juga berlangsung di Batang Air Ombilin, Jorong Koto Panjang, Nagari Limo Koto, Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Ada dua kelompok yang sudah membangun usaha budidaya ikan itu, yaitu Kelompok Ikan Sungai Ombilin dan Kelompok Keramba Ujung Pulau. Umumnya mereka adalah mantan penambang emas. Saat ini, mereka mendapat pendampingan pula dari Kodim 0310/SS dan BRSDM Kementerian Kelautan dan Perikanan Wilayah Sijunjung.

Menurut Rohmad Iswahyudi, fungsi dari BRSDM Kementerian Kelautan dan Perikanan di Sijunjung di antaranya menumbuhkan kelompok pelaku utama dan/atau pelaku usaha. Membina dan mendampingi usaha mikro dan kecil sektor KP. Korporasi sektor KP memfasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha dalam mendapatkan akses pembiayaan/permodalan. Memfasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha dalam mendapatkan akses pasar. Dan memfasilitasi pelaku utama dan/atau pelaku usaha dalam mendapatkan akses informasi dan teknologi.

"Oleh sebab itu, kami siap membantu dan mendampingi pelaku usaha budidaya ikan di wilayah Sijunjung. Apalagi, Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP) Lilly Aprilya Pregiwati sangat mendukung aktivitas kami," kata Rohmad Iswahyudi.

Tentu, budidaya ikan dengan memanfaatkan batang air dan lahan bekas tambang emas di Sijunjung ini adalah solusi perekonomian bagi masyarakat pascatambang. Pun turut menyelamatkan ekologi dari kerusakan yang kian masif. SSC/Thendra



BACA JUGA