Sutan bukan Sultan dan Olok-olok Gaya Minang

-

Minggu, 02/04/2017 12:44 WIB
-

-

OLEH Asraferi Sabri (Budayawan)

Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Polisi H.M, Tito Karnavian, MA, Ph.d diberi 'gala' (gelar) Sutan Rajo Paga Alam. Gelar diberikan oleh kaum Sikumbang, Kamang Mudiak, Agam, Sumbar.

Kapolri harus paham bahwa gelar itu tidak atas nama masyarakat Sumbar (Minangkabau) tapi hanya dari suatu kaum (suku), atau kelompok kecil dalam komunitas sosial budaya di Minang. Selain itu, juga perlu dimengerti bahwa Sutan bukan Sultan. Sutan bukan Datuk. Sultan bukan Rajo dan Sutan bukan gelar Sangsako yang dikategorikan sebagai gelar kehormatan. Sutan di Minangkabau adalah gelar yang sangat biasa, sangat lumrah.

Di Minangkabau gelar Sutan diberikan kepada laki-laki Minang yang akan melepas masa lajangnya alias mau beristri. Ketek banamo, gadang bagala (kecil punya nama, besar -mau beristri- punya gelar -sutan). Jika laki-laki non-Minang beristri dengan wanita Minang, si laki-laki tidak diberi gelar Sutan.

Jika sekarang Kapolri diberi gelar Sutan, dan disebut-sebut itu gelar 'Datuk Sangsako', itu sungguh aneh bin ajaib (untuk tidak menyebut akal-akalan atau membodoh-bodohi orang yang tidak paham). Diberi gelar Sutan, itu bahkan tidak akan memposisikan yang bersangkutan sebagai seorang mamak di kaum bersangkutan.

Jadi, sebagai orang non-Minang, apalah bangganya diberi gelar Sutan oleh seseorang atau suatu kaum/suku yang ada di Minang. Untuk hal yang akal-akalan, orang Minang yang kadar humornya tinggi, bisa saja memberi gelar cemeeh 'Datuak Maringgih' kepada seorang pria juragan ikan asin (dalam novel "Siti Nurbaya"), atau 'Sutan Si Patokah' kepada seorang Belanda tukang tempel ban, atau 'Datuak Dalu' ke seorang tukang obat 'sakit kurap' keliling.

Jadi, siapa saja orang yang bukan asli Minang diberi gelar (apapun jenis gelar), betapa pun tinggi pangkat dan jabatan, hanya akan jadi bahan olok-olok. Olok-olok ke orang yang diberi gelar maupun ke orang/pihak yang memberi gelar.

Daripada menjadi pihak yang memicu timbulnya olok-olok, dan itu tidak baik, sebaiknya Kapolri tidak mengoleksi gelar Sutan itu. Sebab dalam guyonan orang Minang, Sutan bisa pula diplesetkan jadi hal atau nama makluk yang 'menakutkan'.



BACA JUGA