
Ilustrasi Jembatan Sianok
Padang, sumbarsatu.com—Proyek mercusuar terowongan Sianok yang menghubungkan Nagari Balingka ke Batang Sianok di Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, terancam urung dibangun tahun ini karena mahalnya harga tanah yang dipatok pemilik lahan.
Kepala Dinas Prasarana Jalan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Barat Suprapto, mengatakan, masalah masalah harga lahan yang terlalu mahal dilepas masyarakat dari nilai tim appraisal.
“Pemprov Sumbar telah menganggarkan dana Rp60 miliar lebih untuk pembebasan lahan mega proyek tersebut, tapi patokan harganya sebesar Rp300 ribu per meter dilepas masyarakat. Ini harga yang sangat jauh dari harga tim appraisal senilai Rp30 ribu per meter,” kata Suprapto, Jumat (22/1/2016).
Menurut Suprapto, selisih harga lahan per meter ini terlalu jauh. “Jika tetap dituruti keinginan warga akan bermasalah dengan hukum.”
Untuk itu, Suprapto meminta agar Pemkab Agam dapat menyelesaikan masalah pelepasan tanah warga ini karena kewenangan ada pada pemkab.
Tahun ini Disprasjaltarkim menganggarkan dana pembebasan lahan sebesar Rp60 miliar lebih. Anggaran ini diharapkan dapat dipergunakan secepatnya untuk pembebesan lahan ini agar mega proyek ini dapat segera dikerjakan.
Untuk dana awal pekerjaan terowongan Balingka - Sianok dikucurkan Rp 40 miliar. Total dana keseluruhan untuk membangun terowongan dengan panjang 1 kilometer dan jalan 7 kilometer ini menelan biaya Rp2,5 triliun.
Pengerjaan proyek ini dilakukan multiyears dan menjadi prioritas pemerintah di tahun ini. Anggaran proyek ini langsung dikuncurkan dari pusat melalui dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Proyek ini merupakan lanjutan proyek yang telah direncanakan tahun sebelumnya.
Pembangunan ini dimulai dari Balingka menuju Batang Sianok dan Batang Sianok melewati wilayah Kota Bukittinggi ke Gadut, Kecamatan Tilatang Kamang dengan total pembangunan jalan ditambah terowongan sekitar 7 km. (SSC)