Komponis Besar Indonesia, Slamet Abdul Syukur Meninggal Dunia

Selasa, 24/03/2015 08:36 WIB
Slamet Abdul Sjukur

Slamet Abdul Sjukur

Surabaya, sumbarsatu.com—Berita duka datang dari dunia musik Indonesia. Komponis kenamaan Slamet Abdul Syukur meninggal dunia hari ini, Selasa (24/3/2015). Slamet yang dikenal sebagai komponis musik kontemporer itu menderita sakit beberapa waktu dan dirawat di rumah sakit.

Dikutip dari tribunnews, kabar duka tersebut diunggah oleh Swandayani Swan, yang merupakan anak dari pelukis besar Surabaya, Tedja Suminar dalam akun Facebooknya.

“Telah meninggal dunia, komponis Indonesia, Slamet Abdul Sjukur pukul 06.00 di RS Graha Amerta, beliau sampaikan terima kasih sebesar-besarnya terhadap seluruh murid, teman dan sahabat2nya atas seluruh dukungan dan persahabatan yang tulus selama ini. Mhn dimaafkan atas segala kesalahan dan kekhilafan beliau selama hidup. Smg almarhum tenang dan damai di sisiNya.”

Demikian Swandayani menulis status dalam akun FB-nya. Belum diperoleh kabar pada pukul berapa jenazah Slamet akan dimakamkan. Pagi ini jenazah disemayamkan di Jalan Pirngadi No 3 depan SMK dekat Gereja Imanuel Bubutan, Surabaya, Jawa Timur.

Slamet Abdul Sjukur, merupakan komponis, perintis musik kontemporer Indonesia, yang sebagian besar karyanya telah dipergelarkan di seluruh Asia dan Eropa itu, beberapa waktu menjalani perawatan tulang paha karena terjatu pada 9 Maret 2015 lalu.

Menurut dokter orthopedinya, solusi terbaik untuk menyambung tulangnya yang patah adalah dengan jalan operasi, dengan segala kemungkinan baik dan buruknya. Setelah sempat menolak, seiring dengan berjalannya waktu, Slamet telah menyatakan kesediaannya untuk dioperasi.

Komponis Kontemporer Indonesia

Slamet Abdul Sjukur lahir di Surabaya, Jawa Timur, Indonesia, 30 Juni 1935; umur 80 tahun adalah seorang komponis dari Indonesia. Ia disebut sebagai salah seorang pionir musik kontemporer Indonesia.

Dia mempunyai ide yang disebut minimaks, yaitu menciptakan musik dengan menggunakan bahan yang sederhana dan minim. Ia pernah menuntut ilmu di Prancis dengan Olivier Messiaen dan Henri Dutilleux.

Nama awal Slamet Abdul Sjukur adalah Soekandar lalu diruwat menjadi Slamet Abdul Sjukur. Ibu kandung Slamet Abdul Sjukur bernama Canna (1917-1996) --keturunan Turki dan Eskimo. Bapak kandungnya bernama Abdul Sjukur (1911-1990). Slamet Abdul Sjukur memiliki saudara perempuan bernama Soenaringsih yang dirubah namanya menjadi Elisawati, dia empat tahun lebih muda. Istri pertama Slamet Abdul Sjukur adalah Siti Suharsini yang dikaruniai seorang anak perempuan bernama Tiring Mayang Sari (lahir tahun 1961).

Dari hubungan asmaranya dengan Elisabeth Fauquet, lahir seorang anak perempuan bernama Stephanie (lahir 1961). Slamet Abdul Sjukur menikah dengan Francoise Mazurek, dikaruniai seorang anak bernama Svara (lahir 1979).

Beberapa karyanya ialah Ketut Candu, String Quartet I, Silence, Point Core, Parentheses I-II-III-IV-V-VI, Jakarta 450 Tahun, dan Daun Pulus.

Beberapa penghargaan yang telah diterima adalah: Bronze Medal dari Festival de Jeux d’Automne in Perancis (1974), Piringan Emas dari Académie Charles Cros di Perancis(1975, untuk karyanya berjudul Angklung) dan Medali Zoltán Kodály dari Hungaria (1983).

Majalah Gatra juga memberinya anugerah sebagai pioner musik alternatif (1996) dan ia juga diangkat sebagai anggota Akademi Jakarta seumur hidup (2002)[1]. Pada tahun 2005, Slamet Abdul Sjukur dianugerahi penghargaan dari Gubernur Jawa Timur karena dedikasinya pada musik.(SSC)  



BACA JUGA