Tim peneliti UGM diterima Walikota Sawahlunto
Sawahlunto, sumbarsatucom—Cerita di balik sejarah tambang batu bara di ‘Kota Arang’ Sawahlunto diteliti lebih lanjut oleh tim peneliti Universitas Gajah Mada (UGM) Jogyakarta. Tim ini meriset bukti sejarah peninggalan kolonial Belanda.
Tim yang dipimpin Dr. Elsa Putri E Syafril bersama Dr. Tular Sudarmadi, dibantu dua anggota tim, Ricky A Manik dan Ika Kusmiati, berusaha menguak rangkaian lubang tambang yang menghubungkan Masjid Agung dengan lubang Mbah Soero.
“Kami melihat, antara lubang Mbah Soero dengan Masjid Agung memiliki lubang penghubung,” ujar Dr. Elsa Putri E Syafril, ketika ditemui di kediaman Walikota Sawahlunto seperti dilansir situs http://sawahluntokota.go.id/ Jumat (10/10/2014).
Menurut peneliti ini, jika bercermin dari sejarah masjid yang memiliki usia bangunan melebihi seratus tahun tersebut diyakini bangunannya temnpat pembangkit listrik bertenaga uap.
“Ini merupakan penghasil listrik pertama di Sawahlunto bahkan di Sumatera Barat. Pembangkit listrik tenaga uap tersebut menjadi sumber penerangan dari berbagai kegiatan tambang di kota yang dibelah aliran Batang Lunto ini,” tambah istri penyair Agus Hernawan ini.
Dijelaskannya, menara dengan ketinggian sekitar 90 meter yang berdiri kokoh itu, menjadi salah satu saksi bisu hingga saat ini. Menara ini dulunya merupakan bagian terpenting dari sebuah pembangkit listrik bertenaga uap, yakni sebagai cerobong asap.
Di masa kemerdekaan, seiring perkembangan teknologi, bekas pembangkit listrik tersebut justru disulap menjadi kawasan perakitan senjata. Mulai dari senjata api, hingga peledak dibuat di sana.
Sejarah tersebut baru terungkap sekitar tahun 2003 lalu. Kala itu, Pemerintah Sawahlunto memberanikan diri membongkar dan melihat langsung isi perut bawah tanah Masjid Agung.
“Waktu itu, begitu banyak ditemukan senjata dan bahan peledak yang telah karatan. Bersama dengan TNI pemerintah mengamankan semua bahan peledak dan senjata yang ditemukan,” ungkap Walikota Ali Yusuf.
Tim ini meyakini hal yang sama. Jika memang nantinya hal tersebut terungkap, ruang bawah tanah Mesjid Agung seluas 421 meter persegi itu, akan direkomendasikan sebagai museum.
“Kita akan merekomendasikan bungker bekas pembangkit listrik dan penyimpanan persenjataan tersebut sebagai museum,” tambah Elsa. (SSC/NA)