Musik “Sawahlunto Rhythm” Perkuat Spirit Lima Tahun Peringatan WTBOS 2024

GALANGGANG ARANG 2024 #3 KOTA SAWAHLUNTO

Minggu, 07/07/2024 23:45 WIB

Sawahlunto, sumbarsatu.com—Puncak peringatan lima tahun Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) sebagai warisan dunia dalam iven Galanggang Arang 2024 #3 Kota Sawahlunto ditutup dengan menampilkan komposisi musik kolaborasi “Sawahlunto Rhythm” yang melibatkan lebih kurang 50 orang seniman musik etnik dan kontemporer, Sabtu malam, 6 Juli 2024. Musik “Sawahlunto Rhythm” memberi spirit dan warna baru dalam rangkaian Galanggang Arang 2024.  

Diiringi gerimis halus, malam itu ribuan warga kota memadati kawasan cagar budaya Museum Goedang Ransoem di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto. Ruas Jalan Abdul Rahman Hakim yang tidak begitu lebar ini, dipenuhi mobil dan kendaraan bermotor. Warga kota berlebaran dalam napas perhelatan Galanggang Arang 2024. Kota Sawahlunto menjadi tuan rumah merayakan lima tahun penetapan warisan dunia WTBOS oleh UNESCO pada 6 Juli 2019 di Kota Baku, Azerbaijan, dalam gegap gempita keriangan.

Iven Galanggang Arang WTBOS 2024 #3 Kota Sawahlunto, digelar sejak tanggal 2 Juli hingga 6 Juli 2024 pada tiga lokasi cagar budaya, yaitu di PLTU Salak, Taman Silo, dan Museum Gioedang Ransoem dengan slogan  “Anak Nagari Merawat Warisan Dunia”, selain penampilan seni pertunjukan, juga digelar pameran foto, dialog paramuda, lokakarya, dan lomba seni.  

Malam penutupan pada Sabtu itu menjadi capaian terbaik dari rangkaian kegiatan Galanggang Arang 2024 #3 Kota Sawahlunto yang digelar selama 4 hari. Nomor komposisi musik “Sawahlunto Rhythm” merupakan representasi dari kerja bersama menyatukan gagasan antar-seniman dan musisi berwujud sebuah pertunjukan yang enak dinikmati dan komunikatif. Malam itu, lebih kurang 10 menit durasinya, kepala penonton bergoyang-goyang. Kegembiraan menyala.

Nomor “Sawahlunto Rhythm” merupakan hasil kerja kolaborasi musisi kontemporer dengan musik etnik Sawahlunto. Garapan bersama ini melibatkan melibatkan komunitas musik etnik dari Sawahlunto, antara lain Subur Budoyo, Bina Satria, Alang Babega, Bima Sakti, Ngalau Nan Sati, Nusa Indah, Tapian Janiah, Sasian Tapian Janiah dan Cemeti.

“Kolaborasi ini mencoba mencari kesamaan dari keragaman budaya musik yang ada di antara pelaku kolaborasi. Bagaimana karakter musik gendang, gamelan, talempong dan tetabuhan lainnya bersinergi membentuk sebuah orkestra musikal yang sangat dinamis, tetapi warna lokal Sawahlunto tetap tampil dengan karakternya, serta mendapat penguatan dari musik Gilang Ramadhan, Taufik Adam, Miho & Katsu, Susandra Jaya, Em Rangkayo Mulia, serta musisi lainnya,” kata Edy Utama, kurator dan penanggung jawab Galanggang Arang 2024 #3 Kota Sawahlunto, Sabtu, 6 Juli 2024 kepada sumbarsatu.

Ia menjelaskan lebih jauh, garapan kerja kolaborasi yang menghasilkan “Sawahlunto Rhythm” ini merupakan representasi dari kekayaan budaya pluralisme dan keberegaman etnis di Kota Arang Sawahlunto ini. “Ini modal kultural Sawahlunto, dan tentu kita bersama, termasuk para  muda, harus merawat, melestarikan, dan melindunginya.”

Musisi Respons WTBOS dalam Karya Musik

Sebelum penampilan komposisi musik “Sawahlunto Rhythm”, musisi dari Jepang Miho & Katsu Studio Kuri menyuguhkan musik gubahannya hasil renungan mereka selama berada di Kota Sawahlunto terhadap properti WTBOS sebagai peninggalan sejarah yang jadi warisan dunia ini. Memadukannya dengan musik petik gitar dan diperkuat dengan tingkahan bebuunyian suling Jepang, duet musisi Jepang mendapat apresiasi dan respons dari publik.

Miho & Katsu merupakan dua musisi dari Jepang dengan pengalaman musikal yang beragam. Miho dengan nama lengkap Miho Igi adalah seorang musisi yang mengekspresikan kebebasan dalam bermain musik. Ia telah bermain musik sejak umur 11 tahun dan sering bermain dalam konser musik klasik. Namun ia merasa bermain musik klasik tidak memuaskan dirinya, sehingga ia mengembara sampai ke Irlandia, dan akhirnya menemukan cara bermusik yang bermula dari hati.

Katsu dengan nama lengkap Katsu Mizumachi adalah musisi yang dapat memainkan banyak instrumen dan percaya bahwa musik dapat membangun hubungan dan melintasi batas-batas yang bersifat personal.

Taufik Adam, musisi Indonesia seorang seniman musik multi instrumen, yang berasal dari suku Minangkabau  yang berasal dari Sumatere Barat menampilkan nomor komposisi musik yang ia beri nama “Three Continental”  

Setelah penampilan musisi dari Jepang, panggung diberikan kepada Taufik Adam. Sosok musisi multiinstrumen yang berasal dari Sumatera Barat ini telah menghasilkan ratusan karya musik, komposisi musik, hingga musik tari dan teater.

Di atas panggung Galanggang Arang 2024 #3 Kota Solok, ia memainkan tiga karya musik, dua di antaranya adalah “Three Continental”, yakni sebuah karya kolaboratif yang belum selesai. Ia akan menyelesaikannya malam itu.

“Tahun 2012, saya bersama dua musisi Bernhard Batchelet dari Swiss dan Ndombemba Kanoute dari Sinegal, berencana kerja kolaborasi menggarap musik. Rencana itu disepakati saat SIMFest 2012. Dalam proses penyelesaian, musisi dari Swiss meninggal, sehingga kerja ini terbengkalai. Tapi mala mini, setelah 12 tahun berlalu, di Kota Sawahlunto ini juga, saya akan melengkapinya dengan live performance, Jadi “Three Continental” sudah menemukan jalannya,”  kata Taufik Adam.

Untuk nomor ketiga, tambahnya, merupakan komposisi musik dengan garapan baru, yang khusus diciptakan untuk merayakan lima tahun warisan dunia WTBOS dan respons terhadap properti peninggalan sejarah.

Gilang Ramadhan, drummes dan musisi Indonesia yang malang melintang dalam kancah musik Indonesia kontemporer dan pernah bergabung dengan  grup band Krakatau Reunion, Adegan dan God Bless. Ia juga seorang guru drummer yang telah banyak melahirkan drummer papan atas.  

Dalam Galanggang Arang 2024 #3 Kota Sawahlunto ini, Gilang Ramadhan akan memperlihatkan kepiawaiannya sebagai memainkan sejumlah karyanya yang merupakan perpaduan rhytm yang bernuansa Nusantara.

“Sejak masih kanak-kanak, saya sudah dikenalkan dengan berbagai alat musik, seperti piano, biola, tapi yang paluing saya sukai drum,” kata Gilang.

Ia pernah belajar musik di Perancis untuk mempelajari piano, kemudian ke Amerika Serikat, dan antara lain mengambil Jurusan Perkusi di Los Angeles City College, dan sempat bermain di sejumlah grup band di negeri Paman Sam tersebut.

“Setelah pulang ke Indonesia, saya mendalami musik tradisi Nusantara, seperti gendang bali, gendang sunda, rebana serta jenis tetabuhan tradisional lainnya. Tidak hanya mempelajari tapi sekaligus mengkoleksi berbagai alat musik Nusantara, dan berniat mengangkat citra musik Nusantara ke dunia global,” papar putra kedua sastrawan Ramadhan KH ini.

Malam itu Gilang Ramadhan memainkan komposisi musiknya lebih kurang 13 menit dengan hentakan yang dinamis dan tak monoton, nikmat di telinga.

Penampilan tari "Ronggeng Sayuik"

Musik berbasis tradisi malam itu juga dihadirkan yang dibawa komunitas seni etnis di Sawahlunto. Mereka membawakan tari kreasi baru berjudul “Ringgeng Sayuik”. Seni tari ronggeng dari etnis Jawa berkembang di Sawahlunto. Pada masa lalu, untuk menghibur dan menghilangkan rasa jenuh para pekerja tambang batu bara, setiap akhir pekan diadakan pertunjukan ronggeng.

Komitmen pada WTBOS

Selain penampilan seni pertunjukan, para muda multietnis dan guru mata pelajaran sejarajh yang tergabung dalam MGMP di Kota Sawahlunto membacakan kesepakatan dan komitmen terhadap pelestarian dan perlindungan warisan dunia WTBOS. Setelah membacakan, hasil dokumen kesepakan itu diserahkan kepada Penjabat Wali Kota Sawahlunto Fauzan Hasan.

Peringatan lima tahun warisan dunia WTBOS diberi sambutan oleh Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan Irini Dewi Wanti, Gubernur Sumatera Barat diwakili Jefrinal Arifin, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, dan pembukaan dilakukan Penjabat Wali Kota Sawahlunto Fauzan Hasan.

Galanggang Arang 2024 merupakan yang kedua kalinya dilaksanakan. Kegiatan ini diinisiasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan pemerintah-pemerintah kota dan kabupaten di Sumatera Barat.

“Galanggang Arang merupakan platform baru mendorong partisipasi dan keterlibatan publik dan pemerintah daerah yang dilewati jalur WTBOS, serta pihak terkait ini tujuan utamanya untuk merawat dan menghidupkan nilai budaya sdan ilmu pengetahuan sebagai warisan dunia dan membangun ekosisten berkebudayaan dengan memberi kemanfaatan kepada masyarakat luas. Kita juga sudah menyusun draf untuk melahirkan Badan Pengelola WTBOS,” kata Irini Dewi Wanti.

Terlihat hadir Undri, Kepala BPK Wilayah III Sumatera Barat, Ketua DPRD Kota Sawahlunto, Sekda Sawahlunto, ninik mamak dan pengurus LKAAM Kota Sawahlunto, para pelaku seni, seniman, budayawan, pelaku ekonomi kreatif, dan masyarakat umum. SSC/MN



BACA JUGA