
jembatan kereta ombilin
Padang, sumbarsatu.com—Pembukaan (Kick Off) iven Galanggang Arang Warisan Tambang Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) 2024 akan diilangsungkan di Kota Padang.
Dalam jadwal lini masa yang dirilis Panitia, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI akan membuka iven nasional yang mengambil tema “Anak Nagari Merawat Warisan Dunia” ini. Rangkaian pembukaan dilangsungkan di bawah Jembatan Siti Nurbaya yang merupakan Kawasan Bandar Padang pada Sabtu 4 Mei 2024.
Menurut Edy Utama, kurator dan penanggung jawab Galanggang Arang WTBOS 2024, pembukaan diwarnai dengan semangat pluralisme budaya yang merupakan realitas dari kehidupan masyarakat di Kota Padang.
Sekitar lima abad yang lalu, Padang tidak lebih dari sebuah perkampungan nelayan, yang kemudian menjelma menjadi kota metropolitan setelah didatangi sejumlah suku-bangsa, terutama dari daratan Asia dan Eropa. Pada umumnya mereka berniaga rempah-rempah dan emas, komoditas andalan Pulau Sumatera.
“Kota Padang sebagai muara dari industri tambang batu bara yang berhulu di Sawahlunto, rangkaian pembukaan ini akan menampilkan ekosistem WTBOS yang telah ditetapkan UNESCO 6 Juli 2019 sebagai salah satu Warisan Dunia di Indonesia,” kata Edy Utama dalam relis yang diterima sumbarsatu, Kamis, 2 Mei 2024.
Edy Utama menjelaskan, selain menjadi stimulus perkembangan sosial ekonomi, juga memiliki nilai penting bagi pertukaran nilai-nilai kemanusiaan, ilmu pengetahuan dan kearifan lokal. “Semangat budaya dari berbagai multi-etnik di Pantai Barat.”
Dalam pembukaan itu, ada penampalin Sastra Pertunjukan dalam bentuk ensamble, yang akan bertutur tentang sejarah dan perkembangan Kota Padang, ada kolaborasi lintas artistik yang disiapkan komunitas musik Mahoni dan Kata Gerak, yang mengekplorasi karakteristik musik dan tarian etnik, serta pertunjukan Arastra (Dol Bengkulu).
Menjelang akhir abad ke-19 Kota Padang berkembang dengan pesat setelah kolonial Belanda membuka tambang batubara di Sawahlunto. Untuk membawa batubara, dibangun pula jalur kereta api dari Sawahlunto ke Padang serta pelabuhan Emma Haven (Teluk Bayur).
Setelah itu, Kota Padang menjadi Pintu Gerbang Pantai Barat Sumatera dan kota multi-etnik dengan keunikan budayanya, karena terjadinya akulturasi budaya dengan penduduk setempat, Minangkabau. Jejak sejarah peradaban Kota Padang masih ditemukan sampai kini, antara lain masih adanya nama-nama kampung seperti Kampuang Nias, Kampung Keling (India), Tanah Kongsi (Kampung Pondok), yang sekarang masih dihuni warga peranakan Tionghoa.
Galanggang Arang sebagai suatu platform untuk memperkuat ekosistem WTBOS, digelindingkan Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan (PPK) Ditjen Kebudayaan, Kemendikbudristek R.I, sejak tahun lalu.
Dimulai dengan kick-off (peluncuran) di Padang, 19 Oktober dan berakhir di Kota Solok 14 Desember 2023. Kemudian berlanjut ke kota/kabupaten lainnya, yang beirisan dengan jalur kereta api dan industri tambang itu sendiri. Perayaan tahun ini terasa istimewa karena sekaligus memperingati 5 tahun WTBOS ditetapkan sebagai Warisan Dunia oleh UNESCO.
Deklarasi Kaum Muda
Untuk memperluas keterlibatan komunitas dalam upaya memperkuat ekosistem WTBOS, juga diadakan Dialog Pengenalan Warisan Dunia untuk kaum muda multi etnik yang ada di Padang. Dialog dilaksanakan tanggal 3 Mei 2024 dan akan diikuti oleh 40 orang anak muda mewakili 18 komunitas etnik di Padang.
Nara sumber Dialog Pengenalan Warisan Budaya untuk kaum muda dari beragam etnik akan diberikan Ketua Pembauran Kebangsaan Sumatera Barat, Dr. Otong Rusadi, Bayu Haryanto dari Padang Heritage City dengan moderator Angelique Maria Cuasa.
Fasilitator Edy Utama dan Mahatma Muhammad, yang akan menfasilitasi pembuatan Ksepakatan Galanggang Arang, yang berisi kepedulian kaum muda terhadap Warisan Dunia. Kesepakatan Galanggang Arang Kaum Muda ini akan dibacakan di panggung pembukaan Galanggang Arang tanggal 4 Mei 2024.
Dialog Warisan Dunia
Rangkaian kegiatan pembukaan lainnya adalah Dialog Warisan Dunia bertemakan “Pengalaman dan Tantangan Mengelola Kawasan Warisan Dunia”. Dialog ini akam menghadirkan sejumlah nara sumber yakni, Kepala Badan Pengelola Kota Semarang, Kadis Kebudayaan Yogyakarta, Kepala Badan Pengawasan Cagar Budaya Kotagede, Dr. Daud Aris Tanudirjo, MA, Dr. Zefnihan, M.Si dan Albert Hendra Lukman, dengan moderator Edy Utama.
Dialog Warisan Dunia ini diharapkan akan terjadi pertukaran pengalaman antar pengelola kawasan dan cagar budaya, sehingga saling memperkuat dan melengkapi. Pengalaman Kota Yogyakarta dalam mengelola warisan budaya sebagai Sumbu Filosofi Yogyakarta yang baru saja ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia, mungkin dapat dijadikan sumber pengetahuan untuk mengelola kawasan kota-kota lainnya di Indonesia. Atau pengalaman kota Semarang dalam “menghidupkan” kembali Kota Tua.
Menurut Edy Utama, rangkaian Galanggang Arang tahun ini akan dilaksanakan sampai akhir tahun ini, dengan puncak acara tanggal 6 Juli 2024 di Kota Sawahlunto, yang merupakan momentum 5 tahun WTBOS ditetapkan UNESCO sebagai Warisan Dunia. SSC/REL