Minangkabau Alami Krisis Kepewarisan Adat-Agama Islam-Ilmu Pengetahuan

ORASI KEBUDAYAAN EDY UTAMA

Sabtu, 16/12/2023 07:20 WIB
Budayawan Edy Utama menyampaikan orasi kebudayaan pada penutupan rangkaian Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia, di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Kamis 14 Desember 2023

Budayawan Edy Utama menyampaikan orasi kebudayaan pada penutupan rangkaian Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia, di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Kamis 14 Desember 2023

Bapak-bapak, Ibu-ibu, hadirin dan hadirat yang saya muliakan.

Kita di Sumatera Barat patut bersyukur, bahwa kita telah dilimpahkan  rahmat dan karunia yang luar biasa oleh Allah Yang Maha Kuasa. Kita  diberi alam yang begitu indah dan mempesona. Kita diberi pegunungan  dan lembah-lembah dengan perbukitan yang menghijau, sungai-sungai  dengan airnya yang bening, serta danau-danau dan lautan yang begitu  luas. Di atas tanahnya yang begitu subur, tumbuh berbagai tanaman yang sangat diperlukan untuk kehidupan. Jika boleh diibaratkan: Sumatera Barat bagaikan “sekeping surga” yang jatuh ke Bumi. 

Kita juga patut bersyukur karena di negeri kita yang dihuni sebagian besar suku bangsa Minangkabau, pernah memperlihatkan masa keemasannya, karena telah melahirkan tokoh-tokoh bangsa, yang ikut berjuang memerdekakan Indonesia. Ada Proklamator Mohammad Hatta, ada Tan Malaka, ada Sutan Sjahrir, ada Haji Agus Salim, ada  Muhammad Natsir dan sederet nama lainnya, yang telah  mengharumkan nama Minangkabau.

Minangkabau juga dikenal sebagai negeri yang melahirkan ulama, seperti Hamka, Datuak Palimo Kayo,  serta tokoh-tokoh intelektual, sastrawan, budayawan, wartawan dan  guru-guru pejuang yang mengajar di berbagai wilayah di Asia Tenggara.  Minangkabau juga pernah dijuluki sebagai negeri para diplomat karena kepiawaiannya dalam berkata-kata. 

Kenapa Minangkabau pada masa lalu pernah mencapai kejayaan dan masa keemasan yang tetap dikenang sampai sekarang?

Adat Minangkabau pernah memiliki tata kehidupan dan tata nilai yang  diamalkan dengan sepenuh hati oleh anak nagarinya. Ketika agama  Islam masuk ke Minangkabau, nilai-nilai adat yang dihayati anak nagari mencari kesesuaian dengan prinsip-prinsip agama Islam tanpa kehilangan karakteristik sebagai kebudayaan yang berbasiskan  kekerabatan matrilineal. Adaik Salingka Nagari, Sako Salingka Kaum tetap bertahan dengan kukuh.

Pola interaksi yang sama juga terjadi ketika kedatangan bangsa Barat dan bangsa lainnya ke Minangkabau. Adat Minangkabau mengalami  proses dialektis yang dinamis, sehingga mencapai kejayaannya,  terutama pada paroh pertama abad ke-20

Pergumulan tiga poros utama yang menopang dinamika sejarah  Minangkabau, yaitu Adat-Agama Islam-Ilmu Pengetahuan yang dapat disebut sebagai konsep tungku tigo sajarang, tali tigo sapilin, pada  dasarnya adalah tonggak penting kemajuan anak nagari Minangkabau.

Ketiga tonggak utama ini, tidak hanya membuat orang Minangkabau kokoh dalam memelihara dan mempertahankan adatnya tetapi juga  sekaligus taat menjalankan agama yang dianutnya serta lentur di dalam  menerima pembaruan akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan  modernisasi. 

Itu pulalah sebabnya, masuknya kolonial Belanda ke Sumatera Barat  yang membawa perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan Barat,  anak-anak Minangkabau dengan penuh gairah mempelajari dan mengembangkannya, sehingga munculnya era baru Minangkabau.

Era baru Minangkabau antara lain ditandai dengan munculnya industri  tambang batu bara di Sawahlunto dengan teknologi mutakhir akhir  abad ke 19, serta dibangunnya jaringan kereta api menembus pedalaman Minangkabau sampai ke pantai barat yang sekarang  dinamakan Pelabuhan Teluk Bayur (Emmahaven). Industri tambang ini  juga telah memicu dibangunnya Pabrik Semen Indarung Padang, yang  menjadi kebanggaan Sumatera Barat.

Kesemuannya ini telah menimbulkan interaksi peradaban yang saling  mempengaruhi. Kehidupan sosial-ekonomi Minangkabau berkembang  ke arah sektor ekonomi modern. Pelabuhan Teluk Bayur tidak saja  tempat mengirim batubara ke pelosok dunia, tetapi juga sekaligus  menjadi Pintu Gerbang migrasi anak-anak Minangkabau menemui “Dunia Baru” yang diimpikan.

Memasuki abad ke-21, deposit batu bara menipis dan operator tambang  akhirnya menghentikan penambangan. Peninggalan industri tambang  batubara dengan berbagai propertinya, ternyata memiliki nilai penting  bagi sejarah peradaban dunia dan masyarakat di Sumatera Barat sehingga UNESCO menetapkannya sebagai salah satu Warisan Dunia dari Indonesia.

Kita berkumpul malam ini di sini, tidak lain karena Warisan Dunia ini, yang harus kita rawat, kita kembangkan dan manfaatkan bersama  sesuai dengan prinsip perlindungan warisan budaya. Kita harus mampu  melindunginya serta berupaya memanfaatkan untuk meningkatkan  kemajuan dan kesejahteraan anak nagari Minangkabau.

Minangkabau punya nilai-nilai dan tata cara dalam memelihara dan  meneruskan warisan adatnya, seperti diungkapkan pepatah: warih  bajawek, pusako batolong, sabarih bapantang lupo, satititiak bapantang  hilang; biriak-biriak tabang ka sasak, dari sasak turun ka halaman, dari  niniak turun ke mamak, dari mamak turun ka kamanakan.

Ungkapan adat ini sangat jelas menggambarkan bagaimana seyogianya  masyarakat Minangkabau memperlakukan warisan yang mereka  warisi, jangan sampai ada yang hilang dan terlupakan. Prinsip ini  seyogianya juga dipakai untuk Warisan Dunia seperti Warisan Tambang  Batu Bara Ombilin Sawahlunto (WTBOS) karena telah berkontribusi bagi  perkembangan kebudayaan Minangkabau

Terakhir saya ingin menyudahi orasi ini dengan satu pertanyaan;  Apakah masyarakat Minangkabau masih meneruskan tradisi  pewarisannya? Apakah tradisi yang mempertautkan Adat Minangkabau-Agama Islam-Ilmu Pengetahuan sebagai landasan  hidup untuk menjawab tantangan zaman masih terus diwariskan? 

Secara pribadi saya berpendapat, tradisi pewarisan Minangkabau  sedang mengalami krisis, karena sistem pewarisannya tidak berjalan  dengan baik. Dalam konteks inilah, Program Penguatan Ekosistem  WTBOS, yang  didukung oleh Kemendikbudristek, sebagian pemerintahan daerah, PT KAI, PT BA, mestinya dapat kita jadikan sebagai pendorong atau pintu  masuk bagi upaya kita menumbuhkan dan mewariskan kembali tradisi  budaya Minangkabau yang bermartabat dan berkemajuan sebagai suku  bangsa. Terima kasih.

 

Disampaikan pada penutupan rangkaian Galanggang Arang: Anak Nagari Merayakan Warisan Dunia, di Stasiun Kereta Api Kota Solok, Kamis 14 Desember 2023



BACA JUGA