INS Kayu Tanam, Ruang Pendidik Berorientasi Lahirkan SDM Tangguh Berjiwa Militan

-

Senin, 19/09/2022 09:20 WIB

OLEH Indra Utama, S.Kar., M.Hum., Ph.D (Dosen di Malaysia)

INS adalah Ruang Pendidik. Demikian dinyatakan oleh pendirinya, Engku M. Sjafei. Ruang Pendidik tidak sama dengan sekolah. Sekolah adalah tempat orang belajar mengikut prosedur pembelajaran berdasarkan kurikulum yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan pihak pengelola sekolah.

Objek pembelajarannya adalah kepada usaha mencerdaskan otak. Di INS Kayu Tanam juga ada menyelenggarakan pendidikan ala sekolah itu, tetap dilaksanakan dalam kategori bidang akademik. Sebab, di INS kegiatan pembelajaran bidang akademik hanya bermuatan sepertiga saja dari sistem pendidikan INS. Sedangkan yang duapertiganya adalah bidang keterampilan dan kerohanian.

Oleh sebab itu, penyelenggaraan pendidikan di INSlebih jauh daripada sistem yang diterapkan di sekolah. Kurang lebih sistem pendidikan di INS Kayu Tanam adalah seperti yang dicanangkan pemerintah saat ini dengan istilah “Pendidikan Merdeka”.

Ruang Pendidik lebih fokus kepada mendidik siswa menemukan identitas dan jatidirinya melalui berbagai bidang kegiatan yang sesuai dengan minat mereka masing-masing. Jadi, ibaratkan sebuah kilang, pabrik ataupun perusahaan, maka INS sebenarnya adalah kilang, pabrik atau perusahaan yang memproduksi manusia-manusia tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak dan berinovasi.

Fokus utama pendidikan di INS Kayu Tanam adalah kepada pembentukan karakter manusianya, baru kemudian kepada bidang kegiatannya. Pemilihan bidang kegiatan dalam sistem pendidikan di INS Kayu Tanam merupakan pilihan dari manusia yang sudah dibentuk memiliki karakter tangguh. Jadi, bidang kegiatan bukan merupakan hal utama dalam system pendidikan INS. Sebab, yang paling utama adalah membentuk karakter yang tanggguh.

Tentu saja tidak mudah melahirkan manusia-manusia tangguh seperti yang dinyatakan tersebut. Perlu proses yang secara terus menerus dikelola dengan baik, ikhlas, memberi tuntunan, memberi contoh yang baik, dan membimbing siswa mengikut minat dari masing-masing siswa yang belajar di INS Kayu Tanam.

Dalam proses pendidikan di INS Kayu Tanam, subjek mesti menjadi dirinya sendiri, bukan menjadi apa yang diinginkan oleh orang di luar dirinya. Kewajiban para pendidik atau guru di INS Kayu Tanam lebih banyak menjadi motivator dan pembimbing yang memberi arah agar peserta didik tekun dan sabar di dalam menjalani proses pembentukan jatidirinya.

Oleh karena kata kuncinya adalah melahirkan manusia-manusia tangguh, mandiri dan memiliki jiwa militan, maka dalam sistem pendidikan INS Kayu Tanam semua anak manusia dipandang memiliki talenta dan kelebihannya masing-masing sesuai dengan minatnya, yang dapat dibina agar sedia berdiri di kaki sendiri sesuai potensi diri yang dimiliki oleh masing-masing diri mereka tersebut.

Masalahnya sekarang adalah, bagaimana cara menggali potensi diri para siswa, bagaimana cara mengenali kelebihan atau minat dari masing-masing siswa INS Kayu Tanam itu? Pertanyaan inilah yang sebenarnya mesti dijawab oleh para pendidik di INS Kayu Tanam untuk dapat membimbing sesuai minat dari para siswanya.

Dengan demikian, para pendidik di INS tidak boleh menganggap bahwa siswa yang belajar di INS memiliki minat yang seragam untuk kemudian dididik dengan cara yang seragam pula. Itulah sebabnya, INS tidak disebut sekolah. Lembaga ini dinamakan Ruang Pendidik meskipun unsur akademik yang menjadi ciri sebuah sekolah menjadi bahagian pula dari sistem pendidikan di INS.

Hakikat dari nama INS itu adalah “Ingat Nasip Sendiri”. Itulah INS! Namun sejalan dengan perkembangan situasi, nama INS dikamuflase menjadi Indonesische Netherland School pada zaman penjajahan Belanda, kemudian menjadi Indonesia Nippon Sekolah pada zaman penjajahan Jepang, dan terakhir disebut Institut Nasional Sjafei.

Konsep pendidikan INS Kayu Tanam meletakkan semua manusia pada posisi memiliki kelebihannya masing-masing yang dapat dibina menjadi manusia tangguh dan militan sesuai minat dan kelebihannya sendiri-sendiri.

Oleh hal demikian, penerimaan siswa INS tidak memandang dari mana mereka berasal, juga tidak memandang apakah calon siswa memiliki cacat secara fizikal atau berasal dari yang sebelumnya tidak diterima di sekolah lain. Apapun alasannya, INS tidak akan menolak kedatangan anak-anak usia sekolah untuk belajar di INS. Setiap calon siswa di INS tidak boleh pula dinilai sebagai input yang tidak berkualitas meskipun berasal dari siswa yang tidak diterima di sekolah lain. INS beranggapan “tidak ada manusia yang bodoh, tetapi mungkin saja dia belum mendapatkan pembimbing yang sesuai.”

Dalam satu periode dulu, INS Kayu Tanam pernah menerima siswa yang terdiri dari lulusan SMP terbaik di seluruh Sumatra Barat. Siswa-siswa terbaik itu merupakan kiriman dari setiap kabupaten dan kota di Sumatra Barat. Mereka pun bahkan diberi beasiswa oleh pemerintah Sumatra Barat. Akan tetapi ternyata tidak semua mereka menjadi orang terbaik seperti yang diinginkan bagi membuktikan pendapat bahwa input yang baik akan menghasilkan output yang baik pula.

Sebaliknya, INS Kayu Tanam pernah menerima seorang siswa tunanetra. Dengan kecacatan fisik itu beliau mendapat pendidikan di INS sesuai talentanya dalam bidang musik. Pada akhirnya beliau menjadi seorang pemain biola yang mumpuni. Bahkan sempat pula menyambung pendidikan musik di Eropa selama enam tahun dan menjadi salah seorang dosen musik di ASKI/ISI Padang Panjang.

Ada pula pada masa dulu itu, INS memiliki seorang siswa bertubuh kecil dan tidak suka bekerja keras secara fisikal, tetapi beliau menjadi seorang sastrawan terkenal di Indonesia. Belum lagi dapat dicatat alumni INS Kayu Tanam yang memiliki profesi sebagai wartawan terkenal memiliki pendirian kukuh yang karena pendiriannya itu beliau keluar masuk penjara beberapa kali. Ada juga yang menjadi duta besar di Amerika, menjadi Gubernur Sumatra Utara, menjadi anggota DPR-RI, menjadi pemilik media terkenal, menjadi pelukis terkenal, menjadi seniman seni pertunjukan, budayawan, pengusaha swasta, entrepreneurship, kontraktor, ilmuwan dan lain sebagainya.

Engku M. Sjafei mengatakan “buah mangga tidak dapat dijadikan seperti buah rambutan, tetapi jadikanlah setiap buah memiliki rasa manis dengan keciriannya masing-masing.”

Barangkali kita semua sependapat, bahwa negara ini memerlukan sosok anak bangsa yang tangguh, memiliki jatidiri yang kukuh, memiliki akhlak mulia, sabar dalam bekerja, jujur dan memiliki komitmen untuk menyelesaikan pekerjaan. Hal tersebut tentunya boleh didapatkan melalui proses pendidikan yang dimulai sejak kecil. Justru karena itu, pendidikan di INS Kayu Tanam dulunya dimulai sejak siswa tamat Sekolah Dasar, yaitu sekitar umur 12 tahun.

Mereka dididik selama enam tahun setingkat SMP dan SMA, atau sampai sekitar umur 18-19 tahun. Proses pendidikan yang dijalankan adalah melalui kehidupan bersama di asrama. INS beranggapan bahwa karakter anak-anak dapat dibentuk sesuai minat mereka masing-masing pada rentangan umur 12 sehingga 18 tahun itu.

Di INS Kayu Tanam, siswa dididik selama 24 jam/sehari. Mereka dibimbing bertungkus lumus di dalam kampus seluas 18 Ha dengan berbagai macam kegiatan, baik dalam bidang akademik, keterampilan dan kerohanian. Selama dalam masa pendidikan itu, mereka diawasi, dibimbing, didampingi, dan diarahkan oleh para pendidik yang juga berdomisili di dalam kampus.

Para pendidik tidak boleh berlepas tangan terhadap perkembangan jiwa para siswa meskipun tugas mereka sebagai guru di kelas sudah selesai pada siang hari. Ibaratkan hubungan orangtua dengan anaknya, maka di luar kelas hubungan tersebut tidak lagi berupa guru dengan siswa, tetapi telah berubah menjadi hubungan orangtua dengan anak-anaknya.

Engku M. Sjafei sangat menyadari bahwa setiap anak memiliki potensi diri yang masing-masingnya dapat dilatih, dididik, dan dikembangkan menjadi seseorang yang tangguh dan berjiwa militan. Engku M. Sjafei berpendapat, seperti dinyatakan oleh Dewi Utama Fayza, bahwa mendidik anak mesti dari dalam dirinya.

Di dalam diri setiap manusia ada unsur otak, hati, dan tangan yang kalau dilatih dan dibimbing dengan baik akan menghasilkan kekuatan diri yang tidak mudah menyerah. Melatih atau mendidik kemampuan otak dilaksanakan melalui proses belajar di kelas. Melatih atau mendidik potensi hati dilaksanakan melalui kegiatan kerohanian dengan contoh-contoh budi pekerti melalui nasihat keagamaan dan perilaku.

Melatih atau mendidik potensi tangan dilaksanakan melalui kegiatan keterampilan yang dapat menghaluskan jiwa, mengembangkan imajinasi, mengaktualisasikan mimpi-mimpi sekaligus membuat badan sehat seperti kegiatan keramik, anyaman, tukang kayu, tukang bangunan, kesenian, olahraga, perikanan, peternakan, perkebunan, dan lain sebagainya.

Secara akademik istilah unsur otak, hati dan tangan itu disebut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Ketiga-tiga unsur potensi manusia itu menjadi sasaran penting untuk dilatih dan dididik dengan metode pendidikan saling berkait secara bersamaan. Oleh hal demikian, setiap siswa yang datang belajar di INS Kayu Tanam diibaratkan masuk dari pintu gerbang yang sama, tetapi keluar dari pintu yang berbeda sesuai minat dan kemampuannya masing-masing. Ada yang berprofesi sebagai tukang perabot dengan inovasi model dan ukiran hasil ciptaannya sendiri, menjadi pelukis, pematung, sastrawan, pemain musik, aktor drama, penari, pemain bola, perenang, berkebun, beternak, dan bagi yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi mereka pun memiliki peluang pula untuk lanjut di berbagai perguruan tinggi.

Dalam hal ini, INS Kayu Tanam tidak menghasilkan output yang sama seperti sekolah-sekolah menengah yang kita kenal. Sebab, output Ruang Pendidik INS Kayu Tanam adalah terpulang kepada pilihan minat masing-masing siswa.

Untuk melaksanakan program pendidikannya INS Kayu Tanam pun telah memiliki fasilitas yang lengkap di lahan seluas 18 Ha. Lahan tersebut dibagi dalam tiga area besar. Pertama, adalah area untuk kegiatan akademik dan keterampilan berupa ruang-ruang belajar, bengkel-bengkel dan studio-studio seni. Kedua, adalah area untuk tempat tinggal siswa berupa asrama dan rumah kediaman untuk tempat tinggal para pendidik. INS Kayu Tanam pula melengkapi fasilitasnya dengan ruang makan, dapur umum dan mesjid. Dan ketiga, adalah area untuk kegiatan pertanian, perikanan, peternakan dan olahraga.

Di lahan seluas 18 Ha dengan fasilitas yang sangat memadai itu para siswa mendapat peluang sangat besar untuk meluahkan kegelisahan kreativitasnya bagi menemukan jatidirinya masing-masing. Memang ada di antara siswa yang malas untuk bergerak, malas bekerja, malas bereksplorasi dan malas berinovasi.

Biasanya mereka merupakan anak-anak yang dimanjakan di dalam kehidupan keluarganya. Apa yang diinginkan selalu dapat tanpa usaha. Justeru di sanalah tantangan para pendidik INS Kayu Tanam untuk mendampingi, memotivasi, memberi arahan, memberi nasehat dan membimbing para siswa tersebut sehingga mereka menemukan jatidirinya.

Melihat kenyataan demikian, INS tidak hanya dapat dinyatakan sebagai lembaga pendidikan ideal untuk melahirkan manusia-manusia tangguh, mandiri dan berjiwa militan, tetapi juga dapat menjadi sekolah bagi memenuhi kehendak sebahagian orangtua siswa yang menginginkan anaknya dapat meneruskan pendidikan ke Perguruan Tinggi.

Pendidikan INS Kayu Tanam, seperti yang sudah saya sebutkan di atas, adalah mendidik siswanya menjadi manusia-manusia tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak mulia dan berinovasi. Di dalam proses pendidikannya, INS mewajibkan setiap siswa mesti dapat menyelesaikan pekerjaan yang sudah mereka pilih dan mulai. Pilihan itu mungkin saja tidak sesuai dengan minatnya, namanya juga baru mencoba dalam usaha menemukan jatidiri untuk posisi yang tepat sesuai minat.

Akan tetapi, pekerjaan yang sudah dipilih itu mesti diselesaikan meskipun hasilnya tidak sesuai keinginan. Tidak mustahil ada siswa yang semula ingin membuat gantungan baju dari bahan kayu, tetapi akhirnya malah menghasilkan tangkelek. Atau yang semula ingin membuat patung wajah pahlawan nasional dari bahan tanah liat malah akhirnya menghasilkan asbak rokok.

Ketentuan menyelesaikan kerja itu wajib dilaksanakan untuk melatih peserta didik berjiwa militan dan tidak mudah patah semangat. Memandangkan hal demikian pula, apa yang disampaikan berkaitan kegiatan siswa dalam bidang pertanian tanaman daun seri wangi yang tidak menjadi itu, atau tanaman durian montong yang tidak berbuah itu, atau kolam ikan yang tidak produktif itu, semestinya hal tersebut tidak boleh terjadi dalam sistem pendidikan INS.

Dalam pandangan saya, sistem pendidikan Engku M. Sjafei yang berorientasi kepada proses seperti yang saya uraikan di atas masih sangat relevan untuk masa kini. Sebab, sistem pendidikan INS Kayu Tanam langsung menukik kepada pembentukan karakter manusianya agar menjadi manusia Indonesia yang tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak dan berinovasi bagi menjawab tantangan zaman.

Barangkali, kalau pun masih diperlukan tambahannya adalah dalam hal penguasaan teknologi yang memang mengalami perkembangan sangat pesat pada saat sekarang.

Kalaulah sistem pendidikan Engku M. Sjafei kekal diterapkan di INS yang kemudian dihibrid dengan sistem pendidikan nasional seperti yang terdapat pada sekolah-sekolah umum itu, saya percaya INS Kayu Tanam akan menjadi pilihan utama kepada anak-anak usia belasan tahun untuk dididik selama enam tahun sejak tamat Sekolah Dasar sampai peringkat SMA.

Sebab, para peserta didik akan mendapat tiga hal sekaligus dari segi ijazah sebagai tanda tamat belajar, yaitu ijazah INS dengan salinan catatan keterampilan yang dikuasai, ijazah SMP dan ijazah SMA yang menjadi tanda tamat belajar sesuai ketentuan sistem pendidikan nasional. Yang lebih penting dari sekedar ijazah itu adalah pembentukan karakter peserta didik sebagai manusia yang tangguh, militan, tidak mudah menyerah, mandiri, suka bekerja keras, sabar, berakhlak mulia dan berinovasi.

INS Kayu Tanam memiliki lahan sangat memadai, fasilitas lebih dari cukup, programnya sangat sesuai dengan tantangan zaman, visi dan misinya jelas, stakeholdernya pun ada. Banyak tokoh-tokoh penting pada level daerah dan nasional yang simpati dengan INS Kayu Tanam. Melihat ini semua, kendali posisi tawar “wani piro” tentu ada pada pihak INS Kayu Tanam, bukan pada orang atau lembaga yang ingin menawarkan jasanya untuk INS Kayu Tanam.*



BACA JUGA