Pekan Nan Tumpah 2025: Ramai, Penuh, dan Penuh Pilihan

MALAM INI HARI KELIMA

Kamis, 28/08/2025 13:24 WIB

Padang, sumbarsatu.com — Pekan Nan Tumpah (PNT) 2025 terus mencatat cerita baru di setiap harinya. Jika di hari ketiga antusiasme peserta pelatihan dan diskusi seni sudah membuat panitia kewalahan, maka di hari keempat suasana semakin meriah dengan antrean panjang pengunjung di pintu masuk ruang pameran.

Panjang antrean mencapai hampir 20 meter, akibat pembatasan kapasitas maksimal seratus orang per sesi. Fenomena ini sekaligus menegaskan betapa festival seni ini menjadi magnet baru bagi publik.

Hari keempat (27/8/2025) dibuka dengan diskusi buku Mandulang Cinto karya Hasbunallah Haris. Dua narasumber, Arif P. Putra dan Alizar Tanjung, mengupas karya tersebut dari berbagai sisi, menghadirkan perbincangan hangat sejak pagi.

Siang harinya, giliran buku Cara Kerja Tuhan karya Maulidan Rahman Siregar yang dibedah oleh Yona Primadesi dan Ilhamdi Putra. Di waktu yang sama, di sudut lain ruang festival, tangan-tangan kreatif peserta pelatihan sibuk menyusun manik-manik menjadi mozaik dalam kelas yang dipandu langsung oleh Susanti Rahim dari Nona Jewelry.

Menjelang sore, panggung eksibisi dipenuhi energi muda. SMA Negeri 2 Gunung Talang membuka pertunjukan dengan karya Retak Logos di Negeri Huruf. Disusul tarian lembut namun penuh dinamika Tari Buai-Buai dari Sanggar Tari Kasang Saiyo, dan ditutup dengan atmosfer surealis dalam karya Fatamorgana oleh Komunitas Seni Punago asal Kayu Tanam.

Malam harinya, rangkaian masih berlanjut. Film Cukup Sudi Untuk Rayu garapan sutradara muda Halvika Padma diputar, memancing diskusi dan rasa penasaran penonton.

Setelahnya, panggung kembali hidup dengan karya Nata Sukma dari Tatang R. Macan, lalu ditutup dengan eksplorasi bunyi dalam Sonic Matter karya Taufik Adam—sebuah penutup yang memadukan musik, eksperimentasi, dan atmosfer kontemporer.

Sehari sebelumnya, di hari ketiga, semarak festival sudah terasa. Pelatihan melukis “di media terserah” bersama kolektif Silo Tigo menarik peserta jauh lebih banyak dari target awal.

“Awalnya hanya 12 orang yang mendaftar, tapi yang datang jauh lebih ramai. Kami sampai kewalahan, tapi justru senang karena minat masyarakat pada seni rupa tinggi sekali,” ujar Olimsyaf Putra Asmara dari Silo Tigo.

Hari itu juga diwarnai tur kuratorial oleh Nessya Fitryona dan Mahatma Muhammad, dilanjutkan diskusi seni yang menghadirkan Iswandi dan Albert Rahman Putra.

Sore hingga malam, giliran pertunjukan yang mencuri perhatian: parade marching band SMK Penerbangan Nusantara, katumbak Anak Abak, hingga karya kontemporer Lingkaran Dalam Gelap (Galanggang Dance) yang memanfaatkan cahaya senter di tangan dan kepala penari. Indonesia Performance Syndicate (IPS) kemudian menutup hari ketiga dengan pertunjukan Perempatan Perempuan.

Lisa Amelia, salah seorang pengunjung di hari keempat, mengaku terkesan dengan keragaman acara. “Festival ini sangat ramai, tapi menariknya justru memberi banyak pilihan.

Penonton bisa memilih mana yang mau disaksikan, dan itu hal baru bagi saya. Senang sekali bisa hadir,” katanya.

Rangkaian PNT Malam Ini

Hari ini, Kamis (28/8/2025), PNT 2025 memasuki hari kelima. Agenda dibuka dengan pameran seni sejak pukul 10.00 WIB, dilanjutkan pelatihan Turuk Laggai oleh Komunitas Sinuruk Mattaoi Mentawai, serta gelar wicara Manajemen Talenta Nasional bertema “Ikon Inspirasi: Kolaborasi Seni Lintas Media” bersama Siko Setyanto.

Pertunjukan sore akan menghadirkan karya Bulek Kato Anak Nagari (SMA Negeri 1 Lubuk Sikaping) dan Tonel Murat-Marit Asik. Malam harinya, film kembali diputar, dilanjutkan karya Durhakala Vol 2 dari Kurniadi Ilham, sebelum rangkaian panjang ditutup oleh pertunjukan Nilam Sati karya Kamarkost.

Dengan antusiasme pengunjung yang terus meningkat, Pekan Nan Tumpah 2025 bukan hanya menjadi ruang pertemuan seni, tetapi juga laboratorium kreativitas yang mempertemukan seniman, penonton, dan gagasan segar dalam satu festival.ssc/ivan



BACA JUGA