
Sawahlunto, sumbarsatu.com— Rangkaian We Are Site Managers (WASM) International Symposium resmi berakhir hari ini di Kota Sawahlunto. Penutupan simposium dihadiri Wali Kota Sawahlunto bersama jajaran Forkopimda, Direktur Promosi Kebudayaan, serta Dewan Pengarah WASM yang juga merupakan Staf Khusus Kementerian Kebudayaan bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional.
Pada hari terakhir, simposium menghadirkan dua sesi diskusi pagi. Sesi pertama menampilkan pembicara internasional Hassan Aldawsari, Bahaa Ismail, dan Hamad Alqahtani dari Arab Saudi, serta Namwoong Kim dan Sujin Heo dari Korea Selatan, dengan Einar A.E. Sæmundsen dari Islandia sebagai moderator. Sesi kedua diisi oleh Dowon Kim dari Jepang dan Mohd Sherman Sauffi dari Malaysia, dimoderatori oleh Roni Armis dari Sawahlunto.
Usai diskusi, berlangsung momen penting berupa peluncuran Dokumen Sawahlunto, yang dipresentasikan oleh tim perumus beranggotakan Jhony Wongso, Rahmat Gino Sea Games, Sudarmoko, Ting Siew Jing, dan Ang Ming Chee.
Dalam sambutannya, Dr. Ang Ming Chee menyampaikan apresiasi kepada Kementerian Kebudayaan yang telah menyelenggarakan WASM edisi kedua ini, serta Pemerintah Kota Sawahlunto yang turut mendukung suksesnya kegiatan.
Dokumen Sawahlunto memuat lima rencana aksi yang ditujukan terutama bagi pengelola Situs Warisan Dunia di Indonesia. Rencana tersebut meliputi pembentukan Jaringan Pengelola Warisan Dunia Indonesia untuk memperkuat tata kelola dan kerja sama multipihak; usulan pembentukan badan dan tim pengelola Warisan Tambang Batubara Ombilin-Sawahlunto; dorongan pengelolaan warisan budaya yang mencerminkan identitas, kepentingan, dan kebutuhan lokal bagi generasi mendatang; penekanan peran Situs Warisan Dunia di Indonesia sebagai sarana diplomasi kebudayaan global; serta penguatan jaringan internasional dalam pengelolaan, pemeliharaan, dan pemanfaatan situs melalui kerja sama lintas negara.
Wali Kota Sawahlunto dalam sambutannya menegaskan bahwa Dokumen Sawahlunto adalah wujud komitmen bersama yang lahir dari forum internasional ini. Ia menyatakan, sebagai kota warisan dunia, Sawahlunto bangga menjadi tuan rumah lahirnya gagasan besar yang tidak hanya memperkuat jejaring pengelolaan warisan dunia di Indonesia, tetapi juga di tingkat global.
Dengan berakhirnya simposium ini, Sawahlunto kembali menorehkan sejarah sebagai ruang pertemuan global yang melahirkan aksi nyata. Rencana aksi yang tertuang dalam Dokumen Sawahlunto diharapkan menjadi tonggak penting bagi keberlanjutan pengelolaan warisan dunia, sekaligus memperkuat posisi Indonesia dalam diplomasi kebudayaan internasional.
Direktur Promosi Kebudayaan, Undri, yang hadir mewakili Kementerian Kebudayaan, menyampaikan rasa bangga kepada para pengelola situs yang menjadi peserta simposium. Ia berharap WASM ke depan semakin berkembang dan berkontribusi lebih besar terhadap pengelolaan situs warisan dunia.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri bidang Diplomasi Budaya dan Hubungan Internasional, Nissa Rengganis, menilai WASM memiliki posisi strategis dalam perbincangan tata kelola situs warisan dunia. Ia berharap WASM semakin melibatkan lebih banyak pengelola dari berbagai kawasan, termasuk Afrika dan Amerika Latin.
“Saya berharap WASM dapat berkolaborasi dengan pengelola situs dari Afrika dan Amerika Latin, karena dua benua tersebut menyimpan banyak warisan dunia yang luar biasa,” ujar Nissa menutup pernyataannya. ssc/rel