
Berawal dari sulitnya mendapatkan sapi kurban setiap Iduladha, akhirnya berdirilah sebuah usaha di bawah bendera Raudhah Farm, ungkap pendiri usaha patungan itu, Bagindo Firdaus.M, S.Si, dalam perbincangan dengan sumbarsatu, Senin (28/9/2020) di Lubuk Basung.
Agam, sumbarsatu.com-Berawal dari sulitnya mendapatkan sapi kurban setiap Iduladha, akhirnya berdirilah sebuah usaha di bawah bendera Raudhah Farm, ungkap pendiri usaha patungan itu, Bagindo Firdaus.M, S.Si, dalam perbincangan dengan sumbarsatu, Senin (28/9/2020) di Lubuk Basung.
Menurut pendiri Perguruan Raudhatul Jannah itu, Raudhah Farm merupakan usaha peternakan sapi, yang melibatkan beberapa pihak antara lain pemodal, pengelola, dan pihak manajemen.
Pemodal menyediakan sapi (modal) yang dipelihara oleh pengelola (petani/peternak) dan pihak Raudhah Farm bertindak selaku manajemen.
“Mulai dari tahun 2016 kami selalu kekurangan sapi untuk memenuhi pasar kurban, lebih-lebih di saat PSBB beberapa waktu lalu, kita tidak bisa beli sapi luar daerah. Lalu saya berpikir, kenapa ini tidak dijadikan peluang untuk menggaet pemodal sekalian membantu petani,” ujarnya.
Ia menilai, investasi dalam bentuk sapi merupakan usaha yang terus bergerak. Berbeda dengan investasi dalam bentuk emas maupun deposito.
Untuk menginvestasikan satu ekor sapi di Raudhah Farm, pihaknya membuka empat macam pola. Pertama pembelian secara cash, kedua melalui tabungan, ketiga dengan cara kredit, dan terakhir melalui arisan sapi.
“Untuk cash sekarang harga sapi berkisar antara Rp12,5 juta sampai Rp15 juta. Kalau tabungan, prinsipnya sama dengan tabungan umrah, jika sudah setara satu ekor sapi baru diberikan sapi dalam bentuk fisik,” ujarnya menjelaskan.
Sapi yang sudah bisa dijual akan dibagi hasil, dengan rincian 40 persen untuk si pemodal, 50 persen untuk petani pengelola, dan 10 persen untuk manajemen.
Bermodal pengalaman sejak 2013, Firduas menyakini pengelolaan sapi betina secara tradisional, peluang perkembangbiakan jauh lebih besar ketimbang konvensional. Dalam pengamatannya, satu sapi bisa menghasilkan satu anak sapi dalam setahun.
Ketika pemodal menginvestasikan sapi, petani dari Raudhah Farm akan mengelolanya secara “dikimpau”, atau digembalakan di padang rumput. Malam baru dibawa ke kandang. Berdasarkan pengalamannya, cara ini lebih cepat menghasilkan anak sapi.
Untuk menjamin keamanan, Raudhah Farm memberi garansi dalam bentuk perjanjian kerja sama melalui akte notaris. Kemudian, pihaknya menyediakan aplikasi yang bisa diunduh di play store, guna melihat perkembangan sapi tersebut.
Terkait risiko kematian atau kehilangan sapi, pihaknya membagi kedalam dua kategori. Jika sapi mati karena kelalaian pengelola (petani), maka akan diganti. Namun jika mati karena sakit, pengelola dan pemodal sama-sama menanggung kerugian.
“Kami sebagai pengelola menjaga betul agar sapi ini tidak sakit atau pun hilang, karena kami menjaga kepercayaan investor,” ujarnya lagi.
Saat ini, ada ratusan ekor sapi yang tengah dikelola belasan masyarakat petani pengelola. Mereka tersebar di Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari, dan Lubuk Basung.
Sedangkan peserta (pemodal) berasal dari kalangan PNS, TNI, Polri, pedagang, dan lainnya. SSC/MSM