
Pada Rabu 29 Juli 2020 lalu KMDM menyelenggarakan lokakarya pengelolaan sampah, pembuatan eco enzyme, ecobrick, komposter, dan solar biodigester yang diikuti masyarakat.
Padang, sumbarsatu.com—Koperasi Mandiri dan Merdeka (KMDM) mencoba berkontribusi dalam pemberdayaan setiap orang untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang mengancam kehidupan manusia di muka bumi.
Pada Rabu 29 Juli 2020 lalu KMDM menyelenggarakan lokakarya pengelolaan sampah, pembuatan eco enzyme, ecobrick, komposter, dan solar biodigester yang diikuti masyarakat. Kegiatan ini sekaligus hadirnya Bank Sampah dan Eco Enzyme (BaSE) KMDM dengan Direktur Dikky Dores, seorang Sarjana Ilmu Teknik Lingkungan yang juga anggota KMDM.
Menurut Syaifuddin Islami, Direktur Bank Sampah Unit (BSU) Andalas Sepakat dan Ketua Komunitas Eco Enzyme Padang (KEEP)Eco enzyme, salah seorang pemateri dalam kegiatan itu mengatakan, enzyme adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Sedangkan ecobrick adalah botol plastik yang dikemas dengan plastik bekas kepadatan kepadatan tertentu. Berfungsi sebagai blok bangunan yang dapat digunakan kembali.
“Ecobricks dapat digunakan untuk menghasilkan berbagai barang, termasuk furnitur, dinding taman, dan struktur lainnya. Komposter adalah alat pengolahan sampah organik rumah tangga melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong bekas yang dibenamkan ke dalam tanah atau pembuatan kompos yang membantu dekomposer atau bakteri pengurai untuk menguraikan bahan organic,” kata Syaifuddin Islami, seperti ditulis dalam laporan Virtuous Setyaka, Dosen HI FISIP Unand dan Ketua KMDM dilansir sumbarsatu, Jumat (7/8/2020).
Dijelaskannya, pengaplikasian sistem solar biodigester berada di ruang terbuka, merupakan kombinasi dari sistem biopori (lubang resapan) dan komposting. Mediumnya adalah tanah yang digali, lalu menyerap kandungan sampah organik melalui proses panas matahari.
Sampai saat ini, tambah Virtuous Setyaka, BaSE-KMDM sebelumnya pada Rabu, 5 Agustus 2020, telah menyelenggarakan juga pelatihan pengelolaan bank sampah dan pembuatan eco enzyme di Gudang Pasar Rabu Tani (PRT) dan Kantor KMDM di Palimo Cluster, Cupak Tangah, Pauh, Padang, Sumatera Barat.
Sebelumnya, juga diselenggarakan Workshop Online Koperasi Mandiri dan Merdeka (KMDM) bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Andalas via Zoom Meeting, pada 18 Juni 2020 dengan narasumber yang sama dan dimoderatori oleh Novalinda (anggota KMDM).
Nasabah BaSE-KMDM sejak dibuka pertama kali sudah mencapai enam orang yang untuk pembukaan rekeningnya harus menyetorkan sampah non-organik seperti berbahan kertas, plastik, kaca, dan logam. Para nasabah tersebut terutama adalah dosen-dosen Universitas Andalas yang sudah bergabung di KMDM.
Selain itu ara produsen dan konsumen PRT KMDM. BaSE-KMDM dalam penyelanggaraan pelatihan operasi bank sampah dan pembuatan eco enzyme, selain bekerja sama dengan BSU Andalas Sepakat dan KEEP, juga dengan Bank Nagari melalui program Corporate Social Responsibility (CSR)-nya.
Dikky Dores menyampaikan bahwa selain menyelenggarakan pelatihan langsung di kantornya, juga akan menyelenggarakan di kompleks perumahan dan di kampung-kampung di Kota Padang melalui kerja sama dengan para pemangku kepentingan setempat.
Menurut Virtuous Setyaka, masalah lingkungan menjadi isu global yang meresahkan bagi hampir semua umat manusia di atas bumi. Saat ini ada lebih dari 7.700.000.000 orang di planet Bumi.
“Butuh waktu hingga awal 1800-an bagi populasi dunia untuk mencapai satu miliar, kini penambahan sebanyak satu miliar orang pada setiap 12-15 tahun,” katanya.
Menghilangnya keanekaragaman hayati, perubahan iklim, polusi, penggundulan hutan, kekurangan air dan makanan, jelasnya, semua itu diperburuk oleh jumlah orang yang membesar dan terus meningkat, dampaknya terhadap lingkungan adalah produk dari konsumsi dan jumlah manusia.
Ada 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atau Sustainable Development Goals (SDGS) bertujuan untuk mencapai kehidupan layak bagi semua orang di bumi yang sehat pada tahun 2030.
“Sebagian besar tujuan tersebut kemungkinan akan terlewatkan karena telah mengalami kegagalan dalam mengatasi pertumbuhan populasi manusia. Solusi positif yang memberdayakan penduduk bumi menjadi kunci untuk memenuhi SDGs,” terang Virtuous Setyaka. SSC/Rel