Rahasia Racikan Racun akan Dibuka pada Festival Panah Tradisional Mentawai

-

Sabtu, 08/07/2017 21:43 WIB
Festival Panah Tradsional Mentawai akan digelar pada 26-28 Juli mendatang, di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut

Festival Panah Tradsional Mentawai akan digelar pada 26-28 Juli mendatang, di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut

Tua Pejat, sumbarsatu.com—Pemerintah Kabupaten Kepulauan Mentawai melalui Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga, menggelar Festival Panah Tradisional Mentawai pada 26-28 Juli mendatang, di Desa Muntei, Kecamatan Siberut Selatan, Pulau Siberut.

Desti Seminora, Kepala Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Kepulauan Mentawai, mengatakan, Festival Panah Tradisional Mentawai yang pertama kali dilaksanakan ini,  bukan sekadar melihat alat panah semata, tetapi wisatawan nusantara dan mancanegara dapat menyaksikan mengetahui bagaimana masyarakat Mentawai meracik racun anak panah yang selama berabad-abad dirahasiakan dan menjadi senjata andalan saat berburu.

“Panah dalam bahasa Mentawai “rourou”. Bagi laki-laki Mentawai, panah adalah benda penting yang selalu dibawa, terutama kalau pergi ke hutan. Fungsi utama panah sebagai senjata jika menemukan binatang buruan yang kemudian dibawa pulang ke rumah untuk dimakan sekeluarga. Dan panah adalah benda yang selalu ada di rumah orang-orang Mentawai,” kata Desti Seminora, Sabtu (8/7/2017).

Menurut Desti, hampir semua panah Mentawai dibubuhi racun yang tujuannya untuk mempercepat kematian binatang buruannya. Bahan racun panah Mentawai berasal dari tumbuhan yang diracik secara khusus yang kemudian dioleskan pada ujung anak panah.

Jika tepat sasaran, maka seketika buruan akan lemas terkena racun panah tersebut. Manusia juga harus berhati-hati agar tidak tersentuh racun tersebut. Tersedia juga obat penawar dari racun yang juga diracik dari tumbuhan yang berasal dari hutan sekitar rumah.

“Panah adalah sesuatu yang sudah dikenalkan pada semua anak laki-laki Mentawai bahkan kepada anak balita, pengenalan benda ini biasanya dirayakan dengan pesta adat. Tentunya dengan jenis panah yang berbeda sesuai dengan usia dari anak laki-laki tersebut,” ujar Desti.

Akan tetapi seiring dengan modernisasi yang mulai memasuki Mentawai, terang Desti, telah terjadi pergeseran pemakaian senjata khas berburu Mentawai.

“Kini masyarakat Mentawai mulai menggunakan senapan angin daripada panah itu sendiri. Dan melalui kegiatan Festival Panahan Tradisional Mentawai ini, ditanamkan kembali kecintaan dan kebanggaan bagi masyarakat Mentawai tentang budayanya sendiri yakni salah satunya adalah “rourou” Mentawai,” papar Desti sembari menjelaskan alasan digelarnya festival itu.

Menurut Desti, Festival Panah Tradisional Mentawai ini selain bertujuan untuk pelestarian nilai-nilai luhur kebudayaan Mentawai dan upaya penyatuan para pemanah tradisional Mentawai, juga untuk mengangkat budaya Mentawai yang unik dan eksotis sebagai kalender tahunan iven pariwisata Mentawai.

“Sekaligus untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara ke Mentawai dengan memperkenalkan kembali kekayaan benda budaya Mentawai,” tambahnya.

Ditambahkannya, tujuan festival ini agar tumbuh rasa bangga dan cinta bagi generasi muda Mentawai terhadap budayanya sendiri, selain untuk menjaring bibit-bibit pemanah tradisional yang andal yang bisa menjadi cikal bakal atlet panah nasional.

“Karena itu, peserta terbuka bagi siapa saja. Bahkan pihak panitia juga mengundang atlet panahan nasional dan provinsi di Indonesia untuk berpartisipasi, uji nyali memanah dengan alat panah tradisional khas Mentawai,” terangnya.

Selain itu, pada Festival Panah Tradisional Mentawai juga akan ditampilkan tarian Mentawai oleh sikerei dan bazar cendera mata serta kuliner khas Mentawai.

“Jadi ini kesempatan langka bagi wisatawan untuk menambah pengetahuan dan menikmati seni-budaya dan keindahan alam Mentawai, khususnya Pulau Siberut yang menjadi paru-paru dunia dengan jenis kera endemik seperti joja, bokkoi, simakobu, dan beragam jenis hutan yang asri dan lestari di kawasan Taman Nasional Siberut Selatan,” kata Desti Seminora.  (SSC/Rel)



BACA JUGA