Keanu Reeves dan Alex Winter Bintangi Pementasan Teater "Menunggu Godot" di Broadway

BANGKITNYA TEATER KLASIK

Sabtu, 06/09/2025 13:49 WIB
Keanu Reeves dan Alex Winter: Persahabatan Layar Lebar yang Kini “Menunggu” Godot di Broadway foto New York Time

Keanu Reeves dan Alex Winter: Persahabatan Layar Lebar yang Kini “Menunggu” Godot di Broadway foto New York Time

New York, sumbarsatu.com— Pementasan teater Waiting for Godot yang dibintangi Keanu Reeves dan Alex Winter akan digelar di Hudson Theatre, Broadway, New York, mulai 13-30 September 2025, selama 12 hari. Dilansir www.newyorktheatreguide.com, pemesanan tiket sudah dibuka. Untuk harga tiket pada 13 September dibuka harga tiket $337 atau setara dengan Rp5.547.894, yang marupakan harga tertinggi dari 12 hari pementasan. Harga tiket paling murah sejumlah $181.      

Pertunjukan teater Waiting for Godot ini disutradarai oleh Jamie Lloyd, sosok yang dikenal lewat gaya minimalisnya dalam menafsirkan naskah-naskah klasik. Kehadiran Reeves juga akan didampingi Alex Winter, sahabat lamanya sejak era Bill & Ted, yang ikut kembali ke panggung setelah absen lebih dari empat dekade.

Bagi penggemarnya, ini kesempatan melihat Reeves dalam wajah lain—bukan sebagai pahlawan laga, melainkan sebagai manusia yang rapuh, reflektif, dan filosofis. Bagi dunia teater, ini persilangan menarik antara Hollywood dan warisan Beckett.

Dan bagi Keanu Reeves sendiri, mungkin inilah cara merayakan hidup yang penuh kehilangan: berdiri di panggung, menatap penonton, dan melalui Beckett berkata bahwa meski dunia absurd, kita tetap bisa bertahan—satu langkah demi satu langkah.

Bayangkan Keanu Reeves berdiri di panggung Broadway, bukan sebagai Neo yang menyelamatkan dunia atau John Wick yang dingin tanpa kompromi, melainkan sebagai seorang gelandangan malang yang menunggu sesuatu yang mungkin tak pernah datang.

Bersamanya, sahabat lamanya, Alex Winter, kembali ke panggung setelah absen lebih dari empat dekade. Bersama, mereka akan menghidupkan kembali salah satu drama paling legendaris dan enigmatik dalam sejarah teater: Waiting for Godot karya Samuel Beckett.

Pertunjukan yang digelar di Hudson Theatre ini menjadi momen bersejarah. Reeves, yang selama ini lebih dikenal sebagai aktor layar lebar, untuk pertama kalinya menjejak Broadway. Sementara Winter, partner setianya dalam film kultus Bill & Ted, kembali setelah puluhan tahun. Di balik reuni dua sahabat ini, ada sutradara Jamie Lloyd—nominator Tony Award yang dikenal dengan pementasan minimalis nan menusuk.

Waiting for Godot bukan sekadar drama absurd. Ia adalah cermin yang memantulkan absurditas kita sendiri,” kata Lloyd dalam sebuah wawancara. “Menyandingkan Reeves dan Winter, dua aktor dengan persahabatan nyata, memberi energi baru pada kisah Vladimir dan Estragon.”

Lloyd adalah pakar dalam bekerja sama dengan selebritas untuk menciptakan kembali karya teater yang dicintai: Jessica Chastain membintangi produksinya yang mengharukan, A Doll's House , dan ia membawa Nicole Scherzinger ke Broadway dalam Sunset Boulevard . Kini, Keanu Reeves ( The Matrix ) dan Alex Winter ( Bill & Ted's Excellent Adventure ) akan beradu akting sebagai Estragon dan Vladimir, masing-masing, dalam versi baru dari karya klasik Beckett ini.

Dalam pernyataan bersama, Reeves dan Winter mengatakan, “Kami sangat gembira bisa tampil di atas panggung bersama dan bekerja sama dengan Jamie Lloyd yang hebat dalam salah satu drama favorit kami.”

Lloyd mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Merupakan suatu kehormatan yang nyata untuk berkolaborasi dengan Keanu Reeves dan Alex Winter yang brilian dalam mahakarya Samuel Beckett yang agung — salah satu drama terhebat sepanjang masa.”

Dalam Waiting for Godot , Estragon dan Vladimir menanti seorang pria bernama Godot. Entah ia akan datang atau tidak, mungkin bukan inti dari drama ini, yang telah memikat penonton sejak penayangan perdananya di tahun 1953. Bill Irwin, Ian McKellen, dan Patrick Stewart telah tampil dalam beberapa versi drama ini, yang masih sangat terbuka untuk diinterpretasi.

Meski kariernya di Hollywood menjulang tinggi lewat The Matrix dan John Wick, Reeves tidak pernah jauh dari panggung teater. Di Toronto, ia sempat membintangi beberapa drama Shakespeare. Namun, keterlibatannya dalam Waiting for Godot kali ini terasa berbeda.

Reeves kerap dianggap aktor tak biasa di Hollywood. Ia tidak hidup berfoya-foya, lebih memilih naik transportasi umum, dan pernah menyumbangkan sebagian besar honor filmnya untuk kru. Filosofi hidupnya sederhana: menghargai waktu, menerima kehilangan, dan terus bergerak maju.

Filosofi itu membuat kehadirannya di Waiting for Godot terasa begitu tepat. Beckett melukiskan dunia absurd, di mana para tokoh terus berbicara, berdebat, dan menunggu sesuatu yang tak pernah datang. Sementara Reeves, lewat kehidupannya, telah merasakan absurditas itu secara nyata.

Reuni Dua Sahabat

Bagi banyak penonton, Reeves dan Winter adalah ikon pop yang terikat selamanya dengan komedi sains-fiksi Bill & Ted. Namun kini, keduanya masuk ke dunia Beckett yang gelap, filosofis, sekaligus penuh humor getir. Estragon (diperankan Reeves) dan Vladimir (diperankan Winter) adalah dua manusia biasa, menunggu sosok misterius bernama Godot. Penantian itu, yang tak kunjung berakhir, menghadirkan percakapan tentang harapan, waktu, dan ketidakpastian hidup.

Keterlibatan Reeves menjadi sorotan tersendiri. Selama puluhan tahun, ia dikenal sebagai bintang film aksi yang jarang menyentuh panggung teater besar. Debut Broadway ini adalah pertaruhan artistik yang memperlihatkan sisi lain Keanu: bukan hanya bintang Hollywood, tapi juga seorang aktor yang haus eksplorasi.

Ada magnet tersendiri dalam persahabatan Reeves dan Winter. Di layar, mereka selalu terlihat ringan, jenaka, dan penuh energi muda. Di panggung Broadway, persahabatan itu diuji dalam bentuk lain: interaksi penuh kesunyian, pengulangan, dan absurditas Beckett.

Siap untuk 'Godot'

Setelah bertahun-tahun berlatih (badut, Butoh, dan banyak lagi), sahabat lama ini mengambil alih drama megah Samuel Beckett di Broadway.

Keanu Reeves sedang asyik membaca di rak-rak sempit perpustakaan, terjepit di antara biografi dan tesis Ph.D., ketika—bukan untuk pertama kalinya pada sore di bulan April itu—ia mulai menirukan salah satu karya Samuel Beckett yang paling terkenal. "Kau melihatku?" tanyanya, berdiri tegak dengan satu tangan terentang dan berseru dengan gaya Estragon, dari "Menunggu Godot." "Tapi, kau melihatku? "

Di sampingnya ada Alex Winter, sahabatnya selama hampir empat dekade, Bill yang tak pernah pudar bagi Ted-nya yang paling baik, siap untuk terjun dan menyelesaikan pemikiran itu. Mereka telah pergi ke Universitas Reading, Inggris, untuk menjelajahi arsip Beckett yang lengkap , sambil bersiap untuk membintangi "Waiting for Godot" di Broadway musim gugur ini.

Reeves, yang akan memulai debutnya di Broadway dengan memerankan Estragon yang malang, dan Winter, sebagai rekannya yang lebih bersemangat, Vladimir, telah menghabiskan waktu berjam-jam di hari yang cerah itu untuk memeriksa manuskrip, membaca arahan panggung tulisan tangan Beckett, dan melihat foto-foto lama.

Dengan penuh semangat, mereka menggali setiap detail yang mungkin dari James Knowlson, seorang penulis biografi Beckett berusia 92 tahun yang bermata berbinar -binar, yang karyanya terinspirasi oleh persahabatannya selama puluhan tahun dengan penulis Irlandia peraih Nobel tersebut, yang meninggal pada tahun 1989. Di perpustakaan, mereka membahas hubungan Beckett dengan James Joyce (yang mendalam, dan terkadang profan), hubungan romantisnya—"dia memang agak suka main perempuan," aku Knowlson—dan hubungannya dengan Tuhan.

Godot yang Tak Pernah Datang

Penonton akan menyaksikan bukan hanya dua karakter yang menunggu, tetapi juga dua sahabat sejati yang kini menapaki bab baru perjalanan seni mereka. “Ada sesuatu yang indah melihat Keanu dan Alex berdiri di panggung, menatap kekosongan bersama-sama,” kata seorang pengamat teater. “Seolah persahabatan mereka sendiri adalah jawaban atas absurditas hidup.”

Samuel Beckett, melalui Waiting for Godot, menghadirkan dunia pascakehancuran dengan tokoh-tokoh yang hidup dalam absurditas dan keterasingan. Tema itu sangat dekat dengan pengalaman Reeves yang akrab dengan kesepian, kehilangan, dan refleksi tentang arti hidup.

“Beckett menulis tentang absurditas hidup, dan Reeves adalah aktor yang telah menjalani absurditas itu dalam kehidupan nyata,” tulis seorang kritikus teater.

Sejak pertama kali dipentaskan di Théâtre de Babylone, Paris, pada 1953, Waiting for Godot telah mengguncang dunia teater. Kritik awal terbagi: ada yang menyebutnya membosankan, ada pula yang menilainya jenius. Namun justru dalam absurditasnya, drama dua babak ini menemukan relevansi abadi.

Di Broadway sendiri, drama ini pertama kali dipentaskan pada 1956. Sejak itu, berbagai aktor besar pernah menghidupkannya, dari Robin Williams hingga Ian McKellen. Kini giliran Reeves dan Winter yang masuk ke daftar panjang tersebut.

Lebih dari 70 tahun setelah debutnya, Waiting for Godot masih memancing diskusi: siapa sebenarnya Godot, dan apa yang kita tunggu dalam hidup? Kehadiran Reeves dan Winter membuat pertanyaan itu terasa lebih dekat, lebih manusiawi, dan mungkin lebih relevan untuk generasi yang tumbuh bersama mereka.

Hudson Theatre kini menjadi tempat di mana absurditas Beckett bersatu dengan mitologi pop Hollywood. Dan mungkin, ketika tirai dibuka, penonton tak hanya menunggu Godot, tapi juga menunggu momen langka: Keanu Reeves dan Alex Winter berbagi panggung dalam drama yang terus mengajarkan kita tentang ketidakpastian.

Dua tahun kemudian, drama ini hadir di London, disutradarai Peter Hall, dan menuai kontroversi sekaligus pujian. Pada 1956, Godot akhirnya mencapai Broadway. Sejak saat itu, panggung dunia berkali-kali menjadi saksi bagaimana Vladimir dan Estragon mencari makna dalam penantian.

Tidak sedikit nama besar yang pernah terlibat dalam drama ini. Tahun 1988, Lincoln Center mempersembahkan pementasan dengan Robin Williams sebagai Estragon dan Steve Martin sebagai Vladimir. Tahun 2009, Broadway kembali menghadirkan Godot dengan Nathan Lane dan Bill Irwin. Empat tahun kemudian, dua legenda Shakespeare, Ian McKellen dan Patrick Stewart, membawakan versi yang penuh bintang dan sukses besar.

Kini, giliran Reeves dan Winter yang melanjutkan tradisi panjang itu. Kehadiran mereka menjadi bab baru dalam sejarah Godot, sekaligus menghubungkan generasi penggemar film dengan karya sastra klasik.

Lebih dari 70 tahun setelah debutnya, Waiting for Godot masih memancing diskusi: siapa sebenarnya Godot, dan apa yang kita tunggu dalam hidup? Kehadiran Reeves dan Winter membuat pertanyaan itu terasa lebih dekat, lebih manusiawi, dan mungkin lebih relevan untuk generasi yang tumbuh bersama mereka.

Hudson Theatre kini menjadi tempat di mana absurditas Beckett bersatu dengan mitologi pop Hollywood. Dan mungkin, ketika tirai dibuka, penonton tak hanya menunggu Godot, tapi juga menunggu momen langka: Keanu Reeves dan Alex Winter berbagi panggung dalam drama yang terus mengajarkan kita tentang ketidakpastian. ssc/mn/newyorktime



BACA JUGA