
Peluncuran buku kompilasi tujuh seri Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) yang dilaksanakan sejak Maret-Juni 2025 sebagai rangkaian Pekan Nan Tumpah tahun ini berjudul Sebelum Dunia Punya Istilah, Kami Sudah Melakukannya di Halaman Rumah yang dieditori Nasrul Azwar dan Mahatma Muhammad, Minggu 24 Agustus 2025.
Padang, sumbarsatu.com – Direktur Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan (PPPK) Kementerian Kebudayaan membuka dan sekaligus memberikan apresiasi positif terhadap praktik baik Pekan Nan Tumpah pada Minggu (24/8/2025) malam di kawasan kalcer Fabriek Padang.
Dihahadiri seribuan lebih pencinta seni, festival dua tahunan yang digagas Komunitas Seni Nan Tumpah ini berlangsung hingga 30 Agustus, menampilkan beragam seni dan lokakarya selama sepekan dengan melibatkan partisipasi public dan komunitas.
Malam itu juga diluncurkan buku kompilasi tujuh seri Diskusi Kelompok Terpumpun (DKT) yang dilaksanakan sejak Maret-Juni 2025 sebagai rangkaian Pekan Nan Tumpah tahun ini berjudul Sebelum Dunia Punya Istilah, Kami Sudah Melakukannya di Halaman Rumah yang dieditori Nasrul Azwar dan Mahatma Muhammad. Lalu dilanjutkan dengan penampilan tari Budaya Tanah Merdeka dari Komunitas Kiraiku Nan Jombang dari Padang Pariaman.
Dirjen PPPK Kementerian Kebudayaan Ahmad Mahendra dalam sambutan yang dibacakan Sekdirjen PPPK Judi Wahjudin mengatakan, Pekan Nan Tumpah 2025 dinilai bukan sekadar ajang pertunjukan, melainkan ruang kolaborasi lintas disiplin seni dan ruang temu gagasan yang secara konsisten dilaksanakan sejak tahun 2011. .
“Dengan ekosistem budaya yang kuat, Indonesia optimistis melahirkan lebih banyak talenta yang diakui di tingkat nasional maupun internasional. Pekan Nan Tumpah dinilai bukan sekadar perayaan seni, melainkan telah berkembang menjadi laboratorium kolaborasi lintas disiplin,” sebut Judi Wahjudin.
Dalam kesempatan itu, Dirjen juga menyirit pernyataan sastrawan Minangkabau A.A. Navis: “Seni itu bukan sekadar hiburan. Ia adalah cara manusia menyatakan dirinya, mengkritik lingkungannya, dan merawat kemanusiaannya.” Kutipan ini, menurutnya, relevan dengan semangat Pekan Nan Tumpah yang menghadirkan ruang refleksi sekaligus menumbuhkan solidaritas melalui seni.
Dirjen juga menegaskan komitmen Kementerian Kebudayaan untuk memperkuat ekosistem budaya Indonesia melalui program Dana Indonesiana-LPDP.
Ia menilai, Pekan Nan Tumpah telah konsisten menjadi wadah pertemuan seniman dan masyarakat, sekaligus arena eksperimen kreatif yang memperkuat ekosistem seni budaya.Penyelenggaraan tahun ini juga mendapat dukungan Dana Indonesiana melalui program Manajemen Talenta Nasional Seni Budaya dengan dua agenda khusus: Presentasi dan Ikon Inspirasi. Program tersebut menekankan pengembangan talenta seni pertunjukan, mulai dari sutradara, penulis lakon, penari, koreografer, hingga produser.
Program ini, katanya, memberi perhatian pada pengembangan talenta di bidang seni pertunjukan, mulai dari sutradara, penulis lakon, koreografer, penari, perupa, hingga produser.
“Dengan dukungan kebijakan yang kuat, ditambah ekosistem seni budaya yang hidup di tengah masyarakat, kami optimistis Indonesia dapat melahirkan lebih banyak talenta yang diakui di tingkat nasional maupun mancanegara,” ujarnya.
Ia juga menegaskan komitmen Menteri Kebudayaan Fadli Zon yang senantiasa memperkuat ekosistem budaya Indonesia, mulai dari tahap kreasi, produksi, distribusi, hingga pengakuan internasional.
Direktur Festival Pekan Nan Tumpah, Mahatma Muhammad, mengatakan, selama 14 tahun perjalanannya, Pekan Nan Tumpah dibangun secara konsisten dengan alas bakul sebagai wadah pertemuan antara seniman dan masyarakat; tempat lahirnya kolaborasi lintas disiplin, serta arena eksperimen kreatif yang menguatkan ekosistem seni budaya dan seni.
Pekan Nan Tumpah yang diawali gagasannya di halaman rumah sebagai ruang temu festival kini terus menjadi ruang belajar publik seni, berkolaborasi, dan berinovasi, sehingga mampu memperkuat jati diri kebudayaan Indonesia sekaligus memberi kontribusi nyata bagi pemajuan kebudayaan dan seni.
Usai pembukaan yang meriah, dilanjutkan dengan pementasan tari karya Siska Aprisia berjudul Lidah yang Tersangkut di Kerongkongan Ibu dan pementasan teater Indomii Rasa Rendang, Sambil Menyelam Minum Plastik dari Komunitas Seni Nan Tumpah dengan sutradara Mahatma Muhammad.
Setelah dua pementasan seni, Judi Wahjudin, Sekdirjen PPPK Kementerian Kebudayaan menggunting pita sebagai penanda dibukanya pameran seni yang diikuti hampir 50 perupa dengan berbagai karya rupa.
Pembukaan Pekan Nan Tumpah 2025 dihadiri antara lain Nurmatias, Kepala BPK III Sumatera Barat Kementerian Kebudayaan, Angelique Maria Cuaca, Nesya Fitriyona, Jumadil Firdaus ketiganya kurator dan Manajer Artistik Yusuf Fadly Aser, budayawan Afrizal Malna dan Edy Utama, seniman teater Yusril Katil, Indra Arifin, Hoirul Hafifi (Solo), Kurniasih Zaitun, Hernawan, Alizar Tanjung, perupa Aprimas, Nasrul Palapa, Dony Erros, dan para senimanm budayawan. Tapi, anehnya, iven yang dihadiri ribuan orang ini, tidak tampak hadir pejabat di Dinas Kebudayaan Sumatera Barat dan UPTD-nya.
Agenda Senin, 25 Agustus 2025
- Diskusi Buku dan Pelatihan Menulis bersama Ikhawanul Arif dan Irman Syah (pukul 10.00)
- Pelatihan Sablon
- Diskusi Seni bersama Afrizal Malna dan Edy Utama (pukul 13.00)
- Pementasan tari Piriang Hoyak Badarai (SMAN 9 Padang pukul 13.00)
- Pertunjujan Gemulau Harmoni Nusantara (SMK Negeri 4 Sijunjung pukul 13.30)
- Pertunjukan Manuisia yang Menjadi Pohon Sagu (Komunitas Sinuruik Mattaoi Mentawai pukul 16.15)
- Pemutaran Film
- Pertunjukan Teater KM 0 (Komunitas Payung Sumatra pukul 20.00)
- Pertunjukan Gala Resonant (Muhammad Giffary pukul 20.40)
- Pertunjukan Chaos: Metode Riset Artistik dan Autobiografi dalam Performa yang Harus Kandas (Arung Wardana pukul 21.00) ssc/mn