
Karamba Jala Apung (KJA) di Danau Maninjau
Agam, sumbarsatu.com- Usaha budi daya ikan sistem keramba jaring apung (KJA) hanya cocok untuk kalangan menengah ke atas. Karena usaha tersebut padat modal, dan beresiko tinggi.
Hal itu disampaikan Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKPK) Agam, Ermanto, S.Pi, M.Si, dan Wali ngari Koto Malintang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, ketika ditemui secara terpisah, Senin (19/0/2016).
Hermanto, di ruang kerjanya mengatakan, secara ekonomi, usaha KJA baru menguntungkan bila dilakukan dengan jumlah KJA 20 petak ke atas. Untuk itu, dibutuhkan modal yang tidak sedikit.
Untuk membuat KJA ukuran 5 x 5 meter, dibutuhkan biaya sekitar Rp25 juta/petak. Bila hanya memiliki 4 petak KJA, sama sekali tidak akan ada untungnya. Malah, menurut perhitungannya, petani ikan yang hanya memiliki 4 petak KJA, akan merugi.
Untuk membangun KJA sampai 20 petak, dibutuhkan biaya sekitar Rp500 juta. Itu dengan perhitungan ukuran KJA 5x5 meter/petak. Mereka yang mampu membiayai usaha sebesar itu hanya kalangan menengah ke atas.
Hal senada disampaikan Wali Nagari Koto Malintang, N. Dt. Palimo. Menurutnya, anak nagari Salingka Danau Maninjau, yang mampu membangun KJA sampai 20 petak, adalah mereka yang memiliki kerabat sukses di rantau. Mereka, adakalanya, bekerja sama dengan pemodal kuat lainnya. Kerja sama bisa saja dalam bentuk “bagi duo.”
Dalam kondisi demikian, petani ikan yang menyediakan bangunan KJA, sekaligus sebagai pengelola, dan pemodal menyediakan benih ikan dan pakan. Keuntungan usaha akan dibagi dua.
Ada juga warga melakukan kerja sama dengan pemodal, dengan sistem “patigoan.” Petani ikan hanya menyediakan lahan dan tenaga pengelola,sedangkan pembangunan KJA, pengadaan benih ikan, dan pakan dilakukan pemilik modal. Keuntungan usaha akan dibagi tiga, pemodal mendapatkan dua pertiga keuntungan.
Juga ada petani ikan, yang memiliki 4 petak KJA. Setiap petak diisi dengan 3.000 benih ikan. Tgetapi ikan dalam KJA tidak diberi makan seperti layaknya usaha KJA. Ikan dalam KJA mendapatkan makanan dari plankton yang banyak di perairan danau. Usaha seperti itu juga menguntungkan, walau masa panen mencapai 5 bulan. Dalam kondisi usaha budi daya, panen akan berlangsung setelah 2,5 sampai 3 bulan benih ikan ditebarkan ke dalam KJA.
“Usaha seperti itu hanya sambilan bagi warga, karena mereka memiliki usaha pokok lain, seperti bertani. Terkadang, hanya 1 petak saja yang diisi benih ikan,” ujar Dt. Palimo.(MSM)