
Osman berbaju warna coklat bersama rekan kerjanya Dasrul (dok FB)
Padang, sumbarsatu.com—Ucapan duka cita atas kepergian untuk selamanya Osman, salah seorang produser yang kreatif dan punya talenta tinggi di Padang TV menghiasi linimasa media sosial Facebook dan aplikasi obrolan di WhatsApp, serta Youtube.
Umumnya, mereka merasa kehilangan dan sedih karena Osman—sebagian teman dekatnya menyapanya Ujang—dipanggil sang Ilahi begitu cepat. Osman dengan nama populer Osman D Qiray meninggal dunia, Kamis (19/11/2015) sekitar pukul 17.45 WIB saat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat M Djamil Padang dalam usia 37 tahun karena usus buntu. Osman lahir di Padang pada 5 Maret 1978.
Nurkholis, salah seorang pangajar musik klasik di ISI Padang Panjang, di dinding akun Facebooknya menulis tentang kepergian Osman itu, begini: Duh adinda... lunglai persendianku mendengar kabar tentang dirimu. Dari semalam sejak aku ditelepon oleh karibmu Babab (Afrizal Harun). Bayangan dirimu sejak 1998 sampai perjumpaan akhir kita pada September kemarin di Cengkeh berkeliaran dalam ingatanku, dan semuanya hanya tentang candamu yang membuat kami selalu senyum dan tawa. Semoga sifat dan sikapmu yang selalu menyenangkan banyak orang tersebut menjadi pelita bagimu di alam berikutnya. Innalillahi wa inna Ilaihi rojiun dan rinduku menyertaimu adinda Osman D Qray.
Vinna Melwanti, Pemimpin Redaksi Padang TV, menulis: Osman mengajarkan bahwa hidup ini sederhana dalam bingkai senyum. Produser talenta yang kami punya. Moga keluarga yang ditinggalkan kembali menjadi keluarga di surgaNya. Moga kita yang diizinkan belajar dari setiap peristiwa, mendapat ilmu dan hidayah yang terselip dari kedukaan ini. Selamat pulang lebih dulu produ, Osman D Qray
Nofal Wiska, Wakil Pemimpin Redaksi Padang TV, menyebut, Osman adalah sahabat, guru dan motivator terbaik, yang tak pernah lelah memberi nasihat dan masukan, tak pernah berhenti memompa semangat. Kita punya sebuah waktu tenggelam dalam duka, dan terbang di tengah suka, selamat jalan bang Osman D Qray teruslah ke surga
Enrico Alamo, salah seorang sutradara dan pendiri Teater Sakata, juga sekretaris Jurusan Teater ISI Padang Panjang, mengisahkan dalam statusnya kedekatan dua orang anaknya— Giat Syailillah dan Gian Sabillilah—dengan sosok almarhum.
Enrico menulis: Rupanya, hujan begitu lebat dua malam ini dengan petir sambar menyambar begitu dahsyat, dan kondisi tubuh yang sedang tidak elok adalah tanda. Aldi memberi kabar pada kami, membuatku tak mampu berkata-kata, kupanggil anakku Giat Syailillah dan Gian Sabillilah. "Giat, Gian..Om Os (nama akrab saudaraku ) meninggal." Anakku berdua diam. Matanya menerawang ke atas seperti mengingat sesuatu: masa lalu mereka tak lepas dari gendongan Omnya yang sabar dan baik hati ini. Selamat jalan Om Osman D Qray kebaikanmu selalu tersimpan dihati kami sekeluarga.
Afrizal Harun atau Babab adalah sosok dalam pertemanan yang paling dengan dekat dengan almarhum. Semasa kuliah di ISI Padang Panjang, mereka satu kamar kos. Saking dekatnya dan sebaya, keduanya dalam berkomunikasi memakai diksi “den” dan “ang” (aku dan kamu). Dalam pergaulan sosial masyarakat Minang, sapaan demikian menandakan mereka sudah sangat dekat.
“Innalillahi Wa Inna Ilahiraji'un. Selamat jalan sahabat den. Kawan salapiak-sakatiduran, kawan dalam suka dan duka, teman yang selalu memberi motivasi. Ndak nyangko den, ang pai Jang Osman D Qray. Semoga segala ingatan tentang dunia, selalu terpatri di alam sana. Jadilah aktor dan manajer di alam selanjutnya kawan. Mungkin ikolah firasat den, tadi malam 18 November 2015, dengan semangat den bacarito tentang waang mengenang kisah kita ngamen bareng di Minang Plaza, kehidupan kos “Istana Putih” dan “Istana Koran”, baa samaso mahasiswa di kampus--ingatan den tentang waang, sampai akhir hayat indak akan lupo. Sekali lagi, Selamat Jalan Sahabat!”
Di media obrolan WhatsApp (WA) ucapan duka dan belasungkawa mengalir sejak kemarin sore hingga hari ini. Para membernya mengucapkan duka yang mendalam. Seorang bernama Ariz Purnama mempostingkan kisah-kisah dan kenangan semasa hidup dalam bentuk video di Youtube.
Rektor Unand Werry Darta Taifur menulis dalam grup WA TOP 100: Turut berduka cita. Semoga almarhum masuk syurga tempat orang-orang yang dimuliakan Allah SWT.
Yuliandre Darwis, salah seorang pengajar Ilmu Komunikasi di FISIP Unand dalamn grup yang sama juga menulis: Turut berdukacita untuk keluarga besar Padang TV. Semoga almarhum masuk syurga tempat orang-orang yang dimuliakan Allah SWT. Bangga pernah melihat kegigihan almarhum dalam memunculkan dinamika kreatif tv lokal. Selamat Jalan Bang Osman.
Fauzi Bahar semasa menjabat sebagai Walikota Padang, juga merasa kehilangan. “Turut berduka atas meninggalnya adinda Osman yang dulu aktif dalam acara “Masak Sakampuang,” tulisanya dalam pesan WA
Melayat ke rumah duka tampak Rita Gusveniza (GM Padang TV), Vinna Melwanti (Pimpred Padang TV), dan karyawan Padang TV (foto dok)
Hal yang sama juga terbaca dalam grup-grup WA lainnya, antara lain Grup Forum Editor dan Jurnalis Sumbar. Semua member merasa kehilangan. Selain itu, iklan ucapan duka di media cetak juga terlihat.
Sementara itu, dari ISI Padang Panjang, Wakil Rektor Ediwar Chaniago atas nama rektor dan segenap jajaran civitas akademika menyatakan duka cita yang mendalam atas kepergian salah seorang alumninya.
Dede Pramayoza, juga sahabat almarhum, yang kini kandidat doktor seni pertunjukan di UGM, menuliskan puisi yang nama almarhum “Ujang” dijadikan judul.
UJANG
Aku cenderung tidak percaya dengan firasat.
Tapi beberapa hari ini ada rasa muram menjalar hebat
dalam dada, tanpa sebab.
Semula kupikir hanya karena aku merasa kecewa,
karena beberapa upayaku belakangan ini sia-sia
Atau karena kemalangan terasa bertimpa-timpa
Tapi ternyata tidak. Sore ini aku terima kabar duka:
Osman, engkau, sahabat dekat dan saudaraku telah pergi. Selamanya.
Aku ingat,
Beberapa bulan lalu tiba-tiba ia telpon bertanya kabarku di rantau orang.
Juga bercerita rencana-rencana kita ke masa depan.
Tapi semua kini tertulis saja di angin lalu.
Jadi getir tak tertangiskan,
Jadi dingin di kakiku yang tiba tiba gemetar.
Os, hiduplah terus dalam kenangan.
Semoga dimudahkan perjalananmu.
Kepada anak anakku nanti akan kuceritakan tentangmu,
tentang usahamu menghubungkan aku dengan ibu mereka.
Os, apalagi yang hendak kutulis?
Selain sesal tiada habis.
Menurut pihak keluarga, rencananya hari ini, Jumat (20/11/2015) Osman akan dikebumikan di pandam pekuburan keluarga di Parupuak Tabiang. Sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir, jenazah almarhum disemayamkan sejenak dan dilepas di Graha Pena Lubuk Buayo, kantor stasiun Padang TV tempat almarhum bekerja sejak tahun 2009.
Osman meninggalkan seorang istri dan satu orang anak. Sebelumnya, Osman menjalani operasi usus buntu di Rumah Sakit Polda Bhayangkara Jati Padang. Dan pihak rumah sakit sudah membolehkan ia dibawa pulang. Namun mendadak sakit usus buntu kambuh lagi, dan ia dilarikan ke RS M Djamil, dan saat dalam perawatan, Osman menghembuskan napas terakhirnya. Alamat rumah duka di Jalan Gajah 2 RT 002/006 Air Tawar Barat, Padang Utara. (NA)
Baca: Produser Kreatif dan Multitalenta Padang TV Meninggal Dunia