
Padang, sumbarsatu.com— Pameran Patung Internasional 95 Tahun Arby Samah yang digelar pada 19–23 Juni 2025 di Galeri Taman Budaya Sumatera Barat bukan sekadar perayaan seni rupa tiga dimensi, tetapi juga menjadi momentum refleksi dan kebangkitan seni patung di Indonesia, khususnya di Sumatera Barat.
Pameran ini menampilkan puluhan karya dari pematung Indonesia dan mancanegara, serta menghadirkan diskusi panel, lokakarya, dan pemutaran film dokumenter tentang kehidupan dan karya Arby Samah—maestro patung abstrak asal Minangkabau yang berkiprah di dunia seni sejak dekade 1950-an.
Arby dikenal sebagai pelopor seni patung modern Indonesia, dan karyanya telah banyak dikoleksi oleh museum dalam dan luar negeri.
Ali Umar, kurator pameran, menekankan bahwa acara ini bukan hanya ruang apresiasi seni, tetapi juga menjadi seruan penting atas menurunnya perhatian terhadap seni patung di kalangan generasi muda.
“Saat ini kita menghadapi krisis regenerasi. Di berbagai sekolah seni, jurusan patung nyaris tidak lagi ditemukan. Padahal, pada masa 1980–1990-an, SMSR Padang dan beberapa kampus seni di Indonesia menjadikan patung sebagai jurusan yang prestisius,” ujarnya.
Fakta ini diperkuat oleh laporan dari Asosiasi Pematung Indonesia (API) yang mencatat penurunan signifikan jumlah mahasiswa jurusan patung di berbagai perguruan tinggi seni. Beberapa kampus bahkan telah menggabungkan jurusan patung dengan konsentrasi seni rupa murni, yang berdampak pada berkurangnya fokus kurikulum pada praktik seni patung secara spesifik.
Sementara itu, Plt. Kepala Taman Budaya Sumatera Barat, Zulkifli, menyatakan bahwa pameran ini adalah bagian dari strategi revitalisasi seni rupa yang lebih inklusif.
“Kami berkomitmen untuk menyediakan ruang yang adil bagi seluruh cabang seni, termasuk patung yang selama ini kurang terekspos. Taman Budaya juga telah memberikan penghargaan khusus kepada Arby Samah pada tahun 2022 sebagai bentuk pengakuan atas kontribusinya,” ungkap Zulkifli.
Ia menambahkan bahwa pihaknya tengah menjajaki kerja sama dengan Dinas Pendidikan dan kampus seni untuk menginisiasi kembali pelatihan patung melalui program residensi, kelas pendek, dan beasiswa seni bagi pemuda di daerah.
Pameran ini menjadi bukti bahwa dengan kolaborasi antara seniman, lembaga budaya, pemerintah, dan masyarakat, seni patung dapat menemukan kembali relevansinya.
Karya-karya yang ditampilkan menunjukkan kekayaan ekspresi dalam medium tiga dimensi—dari figuratif hingga eksperimental, dari batu hingga logam dan resin—yang membuktikan bahwa patung tidak kehilangan daya pesona dan daya ucapnya.
Selain itu, hadirnya seniman muda dalam forum diskusi dan workshop selama pameran menunjukkan antusiasme baru yang patut disambut dengan strategi pembinaan berkelanjutan.
Pemerintah daerah, kampus, dan komunitas seni diharapkan mampu menjawab tantangan ini dengan membentuk ekosistem yang kondusif bagi pertumbuhan seni patung.
Pameran Arby Samah ke-95 bukan hanya menjadi penghormatan bagi seorang maestro, tetapi juga menjadi titik tolak bagi kebangkitan seni patung Indonesia.
Harapan pun kembali menyala—bahwa seni patung akan kembali memiliki tempat terhormat dalam lanskap seni rupa dan pendidikan seni di tanah air. ssc/mn