Nomor 1 Modal 'Suara', Nomor 2 Modal 'Hepeng'

Kamis, 23/07/2015 10:20 WIB

OLEH Asraferi Sabri (Pengamat poitik praktis)

Siapa sajakah pasangan kandidat Walikota Bukittinggi periode 2015-2020?

Beberapa bulan terakhir, banyak nama yang mendaftar ke berbagai partai politik di Bukittinggi. Nama-nama mereka cukup akrab di mata warga. Nama yang mendaftar untuk posisi balon walikota adalah Ismet Amzis (Wako 2010-2015) dan Harma Zaldi (Wawako 2010-2015). Lalu yang inginnya cuma di posisi Wakil Walikota banyak, yakni H. Trismon, Fauzan Haviz, Amril Anwar (politikus), Sadri MK (wiraswasta), Young Happy, Ardyan (aktivis/profesional), Azwarlis (Angkatan), dan Feby Dt. Bangso nan Putiah (wiraswasta/politikus) siap di posisi Wako atau Wawako.

Satu-satunya pasangan kandidat Walikota dan Wakil Walikota Bukittinggi yang maju melalui jalur nonpartai atau perseorangan (sering disebut calon independen) adalah H. M. Ramlan Nurmathias Dt. Nan Basa (wiraswasta) dengan pasangan Irwandi Dt. Nan Batujuah (mantan birokrat).

Nasib peminat yang masuk lewat jalur partai, tergantung full dari partai. Itu pun pengurus pusat partai yang berkuasa. Pengurus daerah partai hanya membuka lamaran dan mengirim nama-nama yang mendaftar ke pengurus di atasnya. Untuk Bukittinggi tidak satu pun partai yang bisa mengusung sendiri. Harus berkoalisi, dua atau lebih partai dengan jumlah kursi minimal 9, untuk bisa mengusung pasangan kandidat.

Sementara nasib pasangan yang memakai jalur perseorangan ditentukan cukup atau tidaknya mereka mengumpulkan jumlah dukungan warga yang dibuktikan dengan KTP. Persyaratan perseorangan untuk kandidat Wako dan Wawako Bukittinggi sebanyak 12.500 KTP (10 persen x 122.000 jiwa penduduk).

Jika ada pengamat politik dan pemilukada di Kota Bukittinggi yang coba-coba menganalisa, akhirnya akan pusing sendiri. Semua serba tidak jelas, dan bagalau. Jadi, lebih baik ditunggu saja. Semua akan jelas pukul 00.00 WIB; 28 Juli 2015 depan.

Muncul Nama Baru

Beberapa waktu terakhir , dari sekian nama yang ditulis koran dan medsos, yang katanya ‘siap maju jadi Bukittinggi 1 atau Bukittinggi 2’, ada nama yang agak asing muncul. Tiba-tiba saja di ruang publik Kota Bukittinggi terpampang baliho/papan reklame berisi wajah baru. Drs. H. Zulbahri Majid, M.Pd. Begitu nama lengkapnya; pakai Haji dan gelar pendidikan formal depan dan belakang. Profil di baliho tersebut, seorang laki-laki (bertampang khas Minang, tidak gagah-gagah amat, terkesan agak innocent), memakai peci, berbaju koko, berkumis dan barisan gigi atas terlihat (tersenyum setengah lebar) dengan sarung petak-petak tergantung di leher.

Para kandidat walikota yang lain memasang baliho/gambar dengan menyewa kontruksi baliho milik swasta. Zulhabri muncul  tenang, didahului dengan memasang baliho/gambar di beberapa titik di Bukittinggi.

Kontan topik politik pilkada ‘kota-jagad’ (boleh diartikan ‘kota jam-gadang’) beralih dari biasanya. Di kedai-kedai kopi tempat nongkrong para aktivitis politik dan lembaga swadaya masyarakat, figur baru tersebut jadi pembahasan. Uniknya, nama orang baru disebut dengan enteng dan yakin: Samsul Bahri (tokoh novel klasik Siti Nurbaya, yang terkenal itu). Bukannya Zulbahri. Hebatnya, tidak ada yang protes atau meralat kesalahan nama tersebut.

Berbagai informasi diketengahkan. Samsul Bahri (mestinya Zulbahri Majid) datang ke Bukittinggi atas ajakan ‘orang penting’ Bukittinggi untuk dipasangkan (sebagai Wakil) dengan Ismet Amzis. Ada beberapa bukti yang mengarah ke kemungkinan itu; pertama, Zulbahri bersama-sama Ismet Amzis ketika mendaftarkan diri ke partai berlambang burung garuda. Kedua, gambar Zulbahri ditempatkan memakai konstruksi baliho yang biasa dipakai untuk keperluan publikasi Pemda Bukittinggi. Ketiga, “orang penting’ yang dikabarkan mengajak Zulbahri adalah orang-orang dekat partai berlambang garuda. Nah,  partai Ismet Amzis yakni partai berlambang mercy akan dikawinkan dengan partai burung garuda sehingga memenuhi syarat mengusung pasangan Ismet dan Zulbahri.

Tidak hanya itu, di mana Ismet Amzis mendaftar seperti pada partai berlambang banteng moncong putih, Zulbahri juga mendaftar. Bahkan di sini Zulbahri terang-terangan mengatakan: “Dengan niat dan tekad yang tulus kita serahkan formolir pendaftaran balon wakil walikota ke DPC PD­IP. Kita berharap PD­IP da­pat memverifikasi pen­daf­ta­ran sekaligus dapat merekomendasikannya ke DPP se­bagai wakil walikota yang akan mendamping Ismet Amzis pada pilkada Bukit­tinggi nanti.

Kehadiran Zulbahri yang begitu “pede” memang menjadi bahan pembicaraan. Sebab, jarang orang yang tidak pernah aktif di Kota Bukittinggi ‘berani’ masuk gelanggang pencaturan Pemilukada Kota Bukittinggi. Cerita yang lebih hebat bersiliweran, bahwa Zulbahri siap seratus persen mendanai kebutuhan jika dia berpasangan (menjadi calon Wakil Ismet Amzis). Tidak hanya siap mencari tambahan kursi/partai dengan segala konsekuensinya, tapi juga membiayai keperluan untuk pemenangan.

Lalu, siapa dan di mana Zulbahri selama ini? Meski minim informasi yang dia ekspos, cerita yang beredar tersimpul; dia adalah putra Agam. Tepatnya kampungnya di Nagari Lasi, Candung. Dia lahir 26 Agustus 1953 (sekarang berusia 62 tahun). Dia seorang birokrat dan politikus. Pernah menjadi anggota DPD RI 2004-2009 dari daerah pemilihan Kepulauan Riau (informasi itu tercantum juga di baliho). Juga Ketua Bakor Agam DKI Jakarta (tidak ada informasi tahunnya di baliho). Selama ini, Zulbahri bermukim dan berusaha di Batam, juga di Pekanbaru.

Lihat Angin

Menarik mengikuti percaturan balon-balon Wako-Wawako Bukittinggi yang dipermain-mainkan tiupan angin parpol. Para balon yang memasang niat untuk dipilih Ismet Amzis (incumbent) sebagai wakil mulai dapat perkembangan terbaru. Di koran cetak muncul iklan Zulbahri dengan moto: seayun-selangkah, bukittinggi juara. Moto tersebut jadi guyonan pahit sekaligus memberi sinyal bahwa Zulbahri sudah keluar sebagai juara hanya dengan sekali ayun dan sekali langkah. Figur yang awalnya berpotensi digandeng Ismet merasa sudah didahului Zulbahri Majid.

Sekarang, diskusi beralih ke topik dan soal lain. Apa yang membuat Zuhbahri berani mendayung pembiayaan sendirian jika Ismet Amzis mau menjadikan dia sebagai balon Wakil Walikota Bukittinggi 2015-2020?

Hari ginii..setidaknya dana Rp3 miliar bisa habis untuk biaya maju jadi kepala daerah di kota sekecil Bukittinggi. Belum lagi biaya konsekuensi parpol. Semuanya ditanggung balon Wakil Walikota.

Incumbent Ismet Amzis menurut pikiran orang pragmatis, wajar memasang posisi tersebut. Artinya membebankan semua tanggungan ke calon Wakil. Sebab, dari sisi kontribusi suara, sang Wakil tidak mumpuni karena tidak publik figur di Bukittinggi. Sederhananya; potensi suara jadi modal Nomor 1, dan hepeng jadi modal Nomor 2.

Luar biasa, jika hitung-hitungan pasangan Ismet Amzis – Zulbahri tidak hanya di atas kertas. Saya jadi ingat slogan: Vini Vidi Hazy  ehh..Vini Vidi Vici --yang benar ya...

*)Hazy = Kabur, bisa juga Kabua (dalam Bahasa Minang)

 



BACA JUGA