
OLEH Buya Hery Firmansyah, SH Tuanku Khalifah (Khalifah XV Syekh Burhanuddin Ulakan)
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
Terlebih dahulu, saya mohon maaf lahir dan batin. Tulisan ini bukan untuk memperkeruh suasana yang tengah berkembang saat ini, bukan pula untuk mencari siapa yang benar dan siapa yang salah. Saya yakin, Allah tidak pernah tidur dan Mahatahu atas segala sesuatu.
Saya tidak berniat menjatuhkan atau menyanjung siapa pun. Tidak pula ingin membenarkan atau menyalahkan siapa saja. Tulisan ini lahir murni sebagai ungkapan hati, kejujuran dari lubuk terdalam, dan rasa prihatin yang mendalam.
Atas nama Keluarga Besar Yayasan Ahli Waris Syekh Burhanuddin Ulakan, dan juga sebagai alim ulama di Ulakan, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ade Novalia selaku Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Padang Pariaman.
Menurut saya pribadi, Ibu Ade telah bekerja keras dan teguh sesuai aturan serta bidang tugasnya. Ia membawa kemajuan berarti bagi kebudayaan di Kabupaten Padang Pariaman, jauh lebih baik dibandingkan periode sebelumnya.
Saya menyampaikan ini bukan tanpa dasar. Sebagai pelaku kebudayaan yang aktif di Padang Pariaman, saya menjadi saksi kerja keras dan komitmen Ibu Ade. Kami kerap berbagi informasi, bertukar pikiran, dan berjuang bersama dalam upaya pelestarian kebudayaan agar tetap hidup dan diakui secara nasional—bukan diklaim oleh pihak luar.
Saya juga terlibat langsung dalam berbagai upaya yang digagas bersama Ibu Ade untuk mendaftarkan sejumlah elemen budaya lokal sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTb) ke tingkat provinsi hingga nasional. Antara lain: basapa, malamang, silek, ulu lambek, juadah, maniliak bulan, makan bajamba, marosok, dan badikia syarafal anam.
Namun, yang paling besar jasanya bagi kami, keluarga besar Syekh Burhanuddin Ulakan, adalah keberhasilan Ibu Ade menyelamatkan manuskrip warisan Syekh Burhanuddin. Naskah-naskah tersebut kini telah terdaftar sebagai Ingatan Kolektif Nasional (IKON) di Perpusnas RI, sebanyak 48 manuskrip yang tersimpan di Surau Pondok Ketek, Ulakan.
Ibu Ade juga tengah berjuang mendaftarkan komplek makam Syekh Burhanuddin Ulakan sebagai Cagar Budaya Nasional. Bahkan, naskah Tazkir Al-Ghabiy karya beliau juga sedang diupayakan menjadi bagian dari Memory of the World (MoW) Asia, dan ke depannya menuju UNESCO sebagai Memory of the World Internasional.
Kegigihan dan dedikasi Ibu Ade sungguh luar biasa. Ia tak gentar menghadapi tantangan, bahkan ketika harus berbeda pendapat dengan pimpinan. Ia tetap menjaga etika dan bersikap hormat sambil menjelaskan segala hal sesuai aturan kebudayaan.
Saya sangat memahami karakter Ibu Ade: tegas, ikhlas, berani, dan penuh cinta terhadap kebudayaan serta tokoh ulama Syekh Burhanuddin Ulakan. Ia menjalankan tugas bukan sekadar pekerjaan, tetapi sebagai bentuk pengabdian.
Kami turut bersedih atas mundurnya Ibu Ade dari jabatan Kabid Kebudayaan. Apakah ia diminta mundur atau mengundurkan diri secara sukarela, hanya Allah yang tahu. Namun, jasa dan pengabdiannya akan selalu kami kenang.
Semoga semua usaha dan perjuangan Ibu Ade dicatat sebagai amal jariyah dan menjadi warisan yang tak terlupakan bagi masyarakat Padang Pariaman, terutama bagi para pelaku budaya dan generasi mendatang.
Selamat jalan, Buk Ade. Bapisah bukannyo bacarai. Kami hanya bisa memanjatkan doa: semoga Allah Swt senantiasa menyertai langkah Ibu Ade, memberi kekuatan dan keikhlasan, serta mengangkat derajat Ibu Ade ke tempat yang lebih tinggi. Aamiin yaa Rabbal ‘Alamiin.
Ingatlah pesan kami, Buk: "Sabaik-baik untuang taniayo, sajahek-jahek untuang maniayo." Serahkan semua kepada Allah, karena Dia-lah yang Maha dari segala-galanya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.