
Ilustrasi
Agam, sumbarsatu.com—Perkembangan tumbuhan eceng gondok dinilai telah menimbulkan masalah bagi kebersihan Danau Maninjau. Sebab gulma tersebut menyebar dengan cepat hingga tepi tebing danau tepatnya di Jorong Muko-Muko Nagari Koto Mailntang, Kecamatan Tanjung Raya, Kabuapten Agam.
"Saat ini air Danau Maninjau berada dalam kondisi cemar berat. Diharapkan adanya upaya-upaya penyelamatan agar tingkat pencemaran tidak semakin parah," kata peneliti dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Wilayah Maninjau, Agus Hamdani kepada sumbarsatu.com, Sabtu (21/2/2015).
Eceng gondok, kata dia, memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga sering dianggap sebagai tumbuhan pengganggu (gulma) yang dapat merusak lingkungan perairan. Tumbuhan ini mudah menyebar melalui saluran air ke badan air lainnya.
“Gulma ini tumbuh cepat, terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi serta kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium,” katanya.
Menurutnya, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukannya terhadap lebih 20 parameter yang diteliti menunjukkan telah terjadi pencemaran berat terhadap air di sejumlah lokasi di kawasan selingka Danau Maninjau. Tingkat cemarannya dikategorikan berat yang bisa berakibat kepada kehidupan manusia dan biota dalam danau.
Masifnya pertumbuhan enceng gondok terjadi diseluruh kawasan Danau Maninjau dan kindisi mencemaskan masyarakat sekitar.
"Perlu adanya tindakan penyelamatan, agar pencemaran air Danau Maninjau tidak semakin parah. Ini hal yang mendesak,” katanya.
Memang di satu sisi, tambah dia, tumbuhan air yang banyak mengapung di perairan Danau Maninjau ini bisa dikategorikan tanaman penggangu tidak berguna. Namun jika diolah dan dibuat menjadi hasil industri kerajinan tentu bisa menghasilkan rupiah.
“Tumbuhan eceng gondok bisa menghasilkan keuntungan usaha sebagai bahan dasar berbagai kerajinan tangan, jika jeli mencari peluang pengembangan binisnya,” katanya.
Sementara itu, Ketua Forum Masyarakat Adat Salingka Danau Maninjau (FMA-SDM, Idham Rajo Bintang mengatakan, kerusakan air Danau Maninjau juga ada akibat penggundulan hutan-hutan. Sehingga penyangga air danau membuat debit air Danau Maninjau semakin berkurang. Ditambah lagi keberadaan PLTA yang sudah lama beroperasi juga kurang perhatian terhadap reboisasi lingkungan sekitar.
“Saya merasa ngeri memikirkan dampak yang terjadi atas kerusakan ekosistem Danau Maninjau pada saat sekarang ini. Jika terus dibiarkan, kondisinya akan semakin parah," kata Idham Rajo Bintang. (SSC-2)