Bukittinggi, sumbarsatu.com — Di tengah hiruk-pikuk wisata kuliner yang menjamur di Bukittinggi, seorang perempuan bernama Imelda Lina Mustika (45) memilih jalan berbeda. Ia menekuni kerajinan tangan, sesuatu yang kini mulai jarang ditemukan di kota wisata yang terkenal dengan Jam Gadang dan Ngarai Sianok itu.
“Sekarang oleh-oleh kebanyakan makanan. Souvenir atau kerajinan khas Bukittinggi makin sedikit,” kata Imelda saat ditemui di rumah produksinya di kawasan Mandiangin. Dari tangan-tangan terampilnya, lahirlah Azqi Souvenir, usaha kecil yang menjadi simbol keteguhan dan cinta pada kampung halaman.
Bukittinggi memang sedang menikmati geliat wisata yang luar biasa. Tahun 2024 tercatat 764.640 wisatawan mengunjungi berbagai objek wisata berbayar, menyumbang Rp17,5 miliar untuk pendapatan asli daerah (PAD). Bersamaan dengan itu, industri oleh-oleh makanan tumbuh pesat: sanjai, karak kaliang, karamai, hingga kerupuk jangek mendominasi etalase toko oleh-oleh di Pasar Atas.
Namun, di tengah arus itu, Imelda justru melihat ruang kosong. Ia ingin agar pengunjung Bukittinggi tidak hanya membawa pulang rasa pedas manis sanjai, tapi juga sepotong identitas budaya dari kota kelahirannya. “Saya ingin orang datang ke Bukittinggi tidak hanya kenyang, tapi juga punya kenangan yang bisa mereka bawa pulang,” ujarnya sambil tersenyum.
Dari Kegagalan ke Kebangkitan
Perjalanan Imelda tidak mudah. Tahun 2017, ia dan suaminya menutup bisnis keluarga di Palembang dan memutuskan pulang ke Bukittinggi. Di kota inilah ia mencoba kembali peruntungan lewat usaha souvenir. “Waktu itu masih ada beberapa pesaing, tapi makin ke sini tinggal dua yang bertahan, termasuk saya,” kenangnya.
Ia sempat menawarkan produk ke berbagai toko besar, namun sering ditolak. Titik terang muncul ketika ia mulai bekerja sama dengan pedagang kaki lima di depan hotel-hotel wisata. “Mereka beli putus dan sering pesan ulang. Dari situlah usaha saya mulai jalan,” katanya.
Pandemi COVID-19 sempat memukul usahanya habis-habisan. “Waktu itu hotel tutup, turis tak ada, pesanan berhenti total. Kami benar-benar bingung,” ujarnya lirih. Tapi setelah pandemi mereda, ia kembali menata langkah, memulai dari nol dengan semangat baru.
Belajar Teknologi, Membangun Harapan
Tahun 2023 menjadi titik balik. Imelda bergabung dalam program pemberdayaan perempuan SisBerdaya dan mulai mempelajari cara mengelola bisnis dengan lebih modern. “Saya belajar tentang pengelolaan keuangan, teknologi, sampai pembayaran digital lewat DANA Bisnis,” katanya.
Sebelumnya, semua transaksi dilakukan tunai atau lewat transfer bank, membuat pencatatan keuangan sering tertunda. Kini ia bisa memantau seluruh transaksi secara digital dan menyusun anggaran lebih rapi. “Transparan, tanpa biaya tambahan, dan sangat membantu,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Imelda juga membuka ruang bagi ibu-ibu di sekitar rumahnya untuk ikut memproduksi souvenir. “Kalau pesanan banyak, saya ajak mereka. Sambil bekerja, kami ngobrol dan saling menyemangati,” ujarnya.
Kini, Azqi Souvenir telah menembus pasar wisata utama Bukittinggi. Produknya bisa ditemukan di toko oleh-oleh di jalur wisata dan semakin dikenal wisatawan. “Harapan saya sederhana: suatu hari nanti Azqi Souvenir bisa punya toko sendiri dan jadi ikon oleh-oleh khas Bukittinggi,” tutup Imelda dengan mata berbinar. ssc/rel