Hari Ketiga Alek Teater VIII Didominasi Tema Menggugat Sistem Pendidikan

MALAM INI PENTUPAN

Sabtu, 09/11/2024 13:38 WIB
Komunitas Teater Balai menampilkan

Komunitas Teater Balai menampilkan "Realitas Kelas Kosong dan Pelajaran Metafora" sutradara Abdul Haris Lubis

Padang, sumbarsatu.com—Alek Teater VIII Sumatera Barat 2024, Jumat, 8 November 2024 yang dilaksanakan Taman Budaya di ruang Lantai IV Gedung Kebudayaan menampilkan 3 pementasan yang didominasi tema gugatan terhadap sistem pendidikan di Indonesia.

Ketiga komunitas teater yang tampil adalah Komunitas Teater Balai menampilkan "Realitas Kelas Kosong dan Pelajaran Metafora" sutradara Abdul Haris Lubis, Komunitas Seni Budaya Ranah Minang Sijunjung dengan teater “Ayahku Datuak” sutradara Zulkani Alfian, dan Teater Langkah dengan garapan "Orang-orang Setia” yang disutradarai Muhammad Fadli.

Galibnya pertunjukan teater, kerap diawali dengan gelap. Lalu cahaya lampu berlahan menerangi panggung. Ini sudah kelaziman setiap pementasan.

Garapan teater Abdul Haris Lubis dan Muhammad Fadli menyoroti secara verbal perkara sistem pendidikan yang bobrok dan soal tenaga guru yang bestatus honorer dan pengabdian seorang penjaga mayat.

"Realitas Kelas Kosong dan Pelajaran Metafora" awal pertunjukan dibuka dengan parodi saat para pejabat menyanyikan lagu-lagu wajib kebangsaan dengan cara karikaturis. Lalu kemudian menampilkan slide statistik capaian dunia pendidikan di Indonesia yang dipaparkan seorang pemeran.

Dibuka dengan parodi lalu tiba-tiba menjadi varbalistik, pertunjukan ini membuyarkan imajinasi penonton. Ia menjadi pertunjukan verbalistik yang sampai mengutip UU Pendidikan segala. Semestinya, konsisten dengan pembukaan awal sebagai konsep pertunjukan yang parodian, sinis, dan sarkas sehingga eksplorasi teks menjadi terbuka dan ambigiuitas. Pertunjukan yang melibatkan penonton, malah tampaknya juga tak membantu capaian artistik dan dramaturginya.  

Sementara itu, yang juga bicara soal pendidikan dalam garapannya, yaitu Teater Langkah, yang menyajikan konsepsi realis juga kewalahan membangun klimaks dan plot cerita. Pementasan ini dilakukan di Kawasan Zona B bangunan mangkrak Gedung Kebudayaan Sumatera Barat bagian dasar gedung dengan risiko distorsi bunyi mesin kendaraan yang lalu-lalang di sekitar lokasi.    

Teater Langkah dengan garapan  Orang-orang Setia” yang disutradarai Muhammad Fadli

Dalam amatan, dialog-dialog dua tokoh di atas panggung tampak monoton. Pergerakan (blocking) 2 laku atau aktor yang berbeda profesi ini: guru honorer (Sarmin) dan penjaga mayat (Rahman) di atas pentas yang realis itu tampak “mati” dan monoton. Miskin blocking dan moving sehingga pertunjukan 45 menit bak menonton sandiwara kampung di masa Lebaran.

Komunitas Seni Budaya Ranah Minang Sijunjung dengan teater “Ayahku Datuak” sutradara Zulkani Alfian

Pertunjukan “Ayahku Datuk” dibuka dengan tari piring. Selain piring, dalam tarian ini improvisasi dilakukan dengan menggunakan properti tangga, yang nantinya tangga ini disisipkan sebagai simbol,  "Bajanjang naik batanggo turun."

“Ayahku Datuk” merupakan cerita tentang orang-orang pendatang yang kurang dianggap dalam adat. Diibaratkan dalam adat dengan "kuning karena kunyit."

“Ayahku Datuk” juga kritik terhadap datuk itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Datuk--dalam konteks kekuasaan-- diperebutkan karena nilai kuasanya. Di sisi lain, peran itu tak dijalankan maksimal untuk mengayomi anak kemenakan.

Pada akhirnya, Datuk terjebak dalam labirin dan mereka tak bisa keluar dari labirin tersebut.

Seperti diberitakan, UPTD Taman Budaya Sumbar menggelar Festival Teater atau Alek Teater VIII  dengan tema “Merespons Ruang Bebas” selama empat hari, Jumat-Sabtu (1-2 November) dan Jumat-Sabtu (8-9 November). Sebanyak 12 komunitas teater tampil. Adapun komunitas teater yang tampil merupakan kelanjutan dari workshop teater yang digelar pada April 2024.

Hari ini, Sabtu 9 November 2024 akan tampil Komunitas Seni Gaung Ganto membawakan naskah karya Elli Delfia “Perempuan dalam Keranda Kaca”, Teater Bunga Padi naskah karya Wisran Hadi berjudul “Kau Tunggu Siapa, Nilo?” dan “Sebatang (Pohon) Kara” karya Amelia Azira dengan sutradara Reva Tri Ayunis dari Rumah Teduh UKS Unand.

Ketiga pertunjukan masih di Lokasi yang sama dengan agenda pertunjukan dengan pengumuman kelompok teater terbbaik pilihan 3 orang pengamat. SSC/*



BACA JUGA