Ternyata Begini Cara Manipulasi Data dalam Sistem Sirekap, Rakyat Tak Yakin Satu Putaran

52 JUTA DPT SILUMAN DIPERTANYAKAN

Jum'at, 01/03/2024 06:32 WIB
aksi-emak-emak-demo-di-gedung-kepresidenan-yogyakarta-tolak-pemilu-curang-lMx7tQRycO

aksi-emak-emak-demo-di-gedung-kepresidenan-yogyakarta-tolak-pemilu-curang-lMx7tQRycO

Jakarta, sumbarsatu.com– Dalam proses penghitungan suara hasil Pemilu 2024 melalui aplikasi Sirekap KPU dinilai banyak pihak terjadi kesalahan. Ternyata, ada pendapat yang menyebut bahwa yang beroperasi dalam penghitungan suara Pemilu 2024 bukanlah aplikasi Sirekap itu. Masyarakat Indonesia taky akin, pasangan calon nomor urut 02 menang dalam satu putaran.

“Maka yang terjadi adalah Sirekap tidak berfungsi. Yang berfungsi itu Situng 2019 yang difungsikan sebagai Sirekap 2024 dengan alamat pemilu2024.go.id yang beralamat server di Zhenjiang Cina. Jadi ini yang beroperasi, bukan Sirekap tapi Situng 2019, tapi orang menyebutnya Sirekap,” ungkap ahli IT, Muhammad Agus Maksum dalam podcast dengan host Abraham Samad dalam Channel Youtube Abraham Samad Speak Up.

Penemu sekaligus pelapor temuan 54 juta Daftar Pemilih Tetap (DPT) siluman dalam Pemilu 2024 ini mengisahkan, dirinya pernah mempresentasikan di KPU pada 14 April 2019, atau 3 hari sebelum Pilpres 2019. Saat itu, dirinya datang bersama Hasyim adik Prabowo Subianto. Dia menyebut, temuan DPT siluman saat itu sejumlah 17,5 juta. Dan sekarang pada Pilpres 2024 sebanyak 54 juta.

Pada Pilpres 2019 dengan jumlah DPT siluman sebanyak 17,5 juta, tambah Agus Maksum, pihaknya menemukan kode-kode khusus. Yakni ada di tanggal lahir pemilih. Dan saat itu terkumpul di 19.400 TPS. Dirinya sudah mengecek bahwa DPT itu tidak ada orangnya. Ketika itu dirinya sudah minta untuk dihapus.

“Kalau tidak maka algoritmanya akan begini. Nanti akan terjadi klaim kemenangan melalui quick count, lalu Situng akan menghasilkan suara sama dengan quick count,” ucap Agus Maksum memperjelas temuannya.

Untuk Pemilu 2024, kata dia, lebih parah lagi jumlahnya hingga 54 juta DPT. Sedangkan saat ini KPU tidak menyertakan NIK KK dan tanggal lahir. Sehingga kode-kode yang pernah ia temukan tidak bisa dilihat lagi. Meski begitu, dirinya yakin kodenya masih ada tapi disembunyikan. Karena sudah pernah dibongkar pada 2019.

“Saya sudah minta KPU untuk divalidasi dan diverifikasi karena ini ada masalah. Masalahnya adalah usia di bawah 17 tahun, ada 16 tahun, ada 14 tahun, ada 4 tahun, ada 0 tahun. Kemudian ada orang usia di atas 100 tahun, bahkan ada usia 1.030 tahun. Juga ada DPT ganda, keterangan RT RW nol atau kosong,” tutur Agus Maksum.

Dia mencontohkan, ada 1 nama tapi muncul 11 kali. Padahal sebenarnya jelas hanya 1 nama. Dan pasti cetak surat suaranya 11 nama itu. Jika demikian, 10 kartu suara itu kemana. Artinya, ada potensi penggelembungan suara. Ini hanya salah satu contoh dari sekian banyak temuan.

“Tolong KPU validasi dan verifikasi berapa sebenarnya yang valid. Misal dari 54 juta yang valid 34 juta, maka jumlah DPT harus dikurangi 20 juta jadi jumlahnya menjadi 184 juta. Dan kalau begitu surat suara sebanyak itu di mana, jangan didistribusikan, ayo dimusnahkan bersama,” ujar Agus Maksum.

Jauh hari pihaknya sudah memprediksi, bahwa pada hari H coblosan akan ada klaim kemenangan berdasarkan quick qount. Kemudkan diikuti Situng yang sekarang bernama Sirekap itu. Pihaknya sudah melakukan investigasi aplikasi Sirekap.

“Investigasi ke KPPS-KPPS hingga H-6 Sirekap tidak berfungsi, aplikasi dalam bentuk apk, itu aplikasi yang tidak siap. Kalau sudah siap itu ada di playstore atau appstore,” tandasnya.

Dari investigasi juga ditemukan, sambung Agus Maksum, bahwa ketika KPPS mencoba aplikasi itu error-nya banyak sekali. Jadi kemungkinan belum melalui proses apa yang dinamakan UAT (User Acceptance Testing).

“Saya berkesimpulan Sirekap di hari H coblosan menghasilkan angka simulasi. Dan pasti simulasinya mengikuti hasil quick count,” jelas Agus Maksum.

Salah Input pada 154.541 TPS

Masyarakat Indonesia taky akin paslon 02 menang satu putaran. Sebelumnya, KPU RI menjelaskan hingga saat ini ada kesalahan input data perolehan suara pada Sistem Informasi Rekapitulasi Suara Pemilu (Sirekap) tercatat ada di 154.541 TPS. KPU mengaku sudah mengoreksi kesalahan input data di Sirekap tersebut.

Kesalahan yang mencapai lebih 18 persen dari total 823.220 TPS di seluruh Indonesia ini membuat masyarakat tidak yakin paslon 02 Prabowo-Gibran menang satu putaran. Pasalnya kesalahan tersebut cenderung menguntungkan atau menambah suara pada paslon 02.

Muhammad Adi Alim, warga Seyegan, Sleman, Yogyakarta mengatakan, kesalahan input data pada Sirekap sangat banyak. Dari pencermatannya, termasuk yang banyak beredar di media sosial dan media massa, salah input data di Sirekap condong menguntungkan paslon 02.

“Kalau ditanya apaakah paslon 02 unggul 58 persen atau menang satu putaran, saya jawab sama sekali saya tidak yakin,” tegasnya kepada KBA News, Kamis, 29 Februari 2024.

Caleg Partai Demokrat ini mengungkapkan, suara paslon 02 memang banyak, namun tidak sebanyak seperti quick count maupun real count KPU yang berbasis data dari Sirekap. Data quick count maupun real count itu konstan 58 persen.

“Jika jujur perolehan suara paslon 02 maksimal dapat 44 persen. Jadi tidak sampai 50 persen lebih, artinya tidak menang satu putaran,” ungkapnya.

Pria yang akran disapa Adi Marz ini mengungkapkan, kesalahan input data di Sirekap tidak hanya terjadi pada Pilpres. Kesalahan juga terjadi di Pileg, baik DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan pemilihan DPD RI.

Dia sendiri sebagai caleg Partai Demokrat juga merasa menjadi korban Sirekap. “Perolehan suara saya juga banyak yang berkurang. Dugaan saya dilaihkan ke partai tertentu,” ungkapnya.

Dosen Komunikasi UAD Yogyakarta Mariana Ulfah mengatakan, kesalahan input data di Sirekap sudah terlalu parah. Saat audiensi dengan KPU DIY, juga sempat menanyakan Sirekap ini, namun tidak ada jawaban.

“Jawaban andalan KPU hanya minta maaf. Terlalu sering minta maaf, namun kesalahan terus terjadi. “Ini membuat permintaan maaf seperti hilang makna. Inilah yang membuat kecurigaan muncul di tengah-tengah masyarakat,” jelasnya.

Dia juga nyaleg lewat Partai NasDem. Perolehan suaranya juga berkurang di data Sirekap. “Awalnya dapat 6.000-an suara, lalu kini turun menjadi 900 suara,” kata Mariana.

Seperti diketahui, Ketua KPU Hasyim Asy’ari mengaku KPU sudah melakukan koreksi terhadap kejadian data anomali pada Sirekap. Data yang ditampilkan mengalami anomali dari Form C Hasil yang discan lalu diunggah di Sirekap.

Dia mengatakan, data anomali yang sudah dikoreksi sejak 15 Februari untuk Pilpres jumlahnya 154.541 TPS, Pemilihan DPR RI yang dikoreksi 13.767 TPS, DPD RI sebanyak 16.450 TPS. Sedangkan pemilihan DPRD provinsi dikerjakan oleh KPU provinsi dan Pemilihan DPRD kabupaten/kota dilakukan KPU kabupaten/kota. SSC/KBA



BACA JUGA