Ekonomi Indonesia Diproyeksi Tumbuh 5 Persen di 2025, Pemerintah dan BI Perkuat Sinergi Kebijakan

Sabtu, 05/07/2025 16:35 WIB
-

-

 

Jakarta, sumbarsatu.com– Pertumbuhan ekonomi Indonesia terus menjadi fokus utama di tengah meningkatnya ketidakpastian global, terutama akibat kebijakan tarif proteksionis Amerika Serikat dan ketegangan geopolitik di sejumlah kawasan.

Meskipun demikian, prospek pertumbuhan ekonomi nasional pada semester II tahun 2025 diperkirakan membaik, didorong oleh penguatan permintaan domestik dan peningkatan kinerja ekspor nonmigas.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pada triwulan II 2025, ekspor nonmigas mencatatkan pertumbuhan sebesar 6,2% (year-on-year), meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 3,8%.

Peningkatan ini sebagian besar dipicu oleh strategi front loading yang dilakukan eksportir nasional sebagai respons terhadap kebijakan tarif baru yang diumumkan oleh pemerintah AS pada Mei lalu.

Di sisi lain, konsumsi rumah tangga—penopang utama Produk Domestik Bruto (PDB)—masih menunjukkan daya tahan. Berdasarkan data Kementerian Keuangan, realisasi belanja negara hingga pertengahan tahun telah mencapai 48,3% dari target APBN, dengan penyaluran gaji ke-13 ASN dan subsidi transportasi menjadi salah satu penggerak konsumsi domestik.

“Pemerintah mempercepat realisasi belanja, termasuk penguatan bantuan sosial kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM), guna menjaga daya beli masyarakat kelas bawah,” ujar Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Juli 2025. “Di sisi fiskal, kami memastikan APBN tetap sehat namun ekspansif untuk mendorong pertumbuhan yang inklusif.”

Bank Indonesia (BI) juga memainkan peran penting melalui bauran kebijakan moneter yang akomodatif. Dalam Rapat Dewan Gubernur terakhir, BI menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin menjadi 5,25%, serta memperluas insentif likuiditas makroprudensial kepada perbankan yang menyalurkan kredit ke sektor prioritas seperti UMKM, pertanian, dan manufaktur hijau.

“Kami menilai ruang stimulus moneter tetap terbuka dengan menjaga stabilitas nilai tukar dan inflasi yang masih dalam target 2,5±1%,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo. “Ke depan, sinergi antara kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran akan terus kami perkuat bersama kebijakan fiskal Pemerintah dan reformasi struktural sektor riil, termasuk implementasi program Asta Cita.”

Program Asta Cita—yang merupakan kerangka pembangunan jangka menengah 2025–2029—difokuskan pada hilirisasi industri, transformasi digital, pembangunan SDM, dan keberlanjutan energi. Dalam kerangka ini, investasi di sektor-sektor prioritas menjadi salah satu tumpuan utama pertumbuhan.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, menyebut bahwa prospek pertumbuhan Indonesia masih solid, namun bergantung pada keberhasilan menjaga daya beli masyarakat dan efektivitas insentif dunia usaha.

“Jika pemerintah konsisten dengan belanja produktif dan BI menjaga likuiditas di pasar, maka target pertumbuhan ekonomi di atas 5% cukup realistis,” ujar Tauhid Ahmad.

Secara keseluruhan, Bank Indonesia memprakirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 berada dalam kisaran 4,6% hingga 5,4%, lebih tinggi dibanding realisasi tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,05%. Tantangan utama tetap datang dari ketidakpastian global, perlambatan ekonomi Tiongkok, serta fluktuasi harga komoditas.

Namun dengan respons kebijakan yang terkoordinasi dan sinergi antarlembaga yang terus diperkuat, pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tetap resilien dan inklusif. ssc/mn 



BACA JUGA