
OLEH Sondri Datuak Kayo (Caleg DPRD Provinsi Sumbar Dapil VI dari Partai Hanura)
Kota Padang Panjang yang Dingin
Saya sekolah di kota kecil yang dingin ini. Masih teringat saya naik angkutan umum pada tahun 1990 dari kampung menuju sekolah SMA Negeri Padang Panjang. Setelah turun di terminal, biasanya saya berjalan kaki ke arah sekolah. Beberapa hal yang saya ingat tentang kota ini. Kantor Pos, terminal yang beberapa kali pindah, stasiun tua, asrama tentara, lapangan pacu kuda Bancah Laweh dan juga Pasar Padang Panjang yang selalu ramai pada hari Jumat.
Pasar Padang Panjang merupakan salah satu pusat penjualan sayur mayur dari masyarakat petani di sekitar kaki Gunung Marapi dan Singgalang.
Salah satu peristiwa yang cukup menggemparkan adalah longsornya Bukik Tui. Banyak masyarakat yang jadi korban dan bahkan untuk mengenang peristiwa itu dibuat satu monumen atau tugu di kawasan Lembah Anai.
Padang Panjang dulunya juga dikenal sebagai pusat pendidikan. Beberapa pusat pendidikan yang terkenal, yaitu Perguruan Thawalib yang didirikan ulama-ulama di Padang Panjang. Kemudian ada kampus Diniyah Putri dan juga pusat pendidikan Muhammadiyah yang dikenal dengan Kauman.
Menurut informasi dulunya banyak orang-orang dari luar Padang Panjang bahkan dari Malaysia serta daerah lain yang sekolah dan menuntut ilmu di Padang Panjang.
Belakangan dalam sejarah perkembangan dunia pendidikan di kota ini berdiri satu perguruan tinggi seni yang bernama ASKI. Kinii ASKI telah menjadi bernama ISI Padang Panjang.
Hal lainnya yang akan mengingatkan orang-orang pada kota ini, yaitu kuliner Sate Syukur dan Rumah Makan Gumarang.
Berbicara soal perekonomian masyarakat di Kota Padang Panjang tentu terdiri dari pedagang di pasar, petani dan pegawai. Areal pertanian masih terdapat di beberapa kawasan pinggir kota.
Kecilnya wilayah geografis Kota Padang Panjang tentu selalu menjadi persoalan bagi siapa saja wali kota yang memimpin untuk berpikir mengembangkan kota ini. Di sisi lain sebenarnya kehidupan dan penghidupan masyarakat Kota Padang Panjang disangga oleh dua kecamatan yang berada dalam wilayah Kabupaten Tanah Datar, yaitu Kecamatan Batipuah dan Kecamatan X Koto. Secara historis, Kecamatan X Koto dan Kecamatan Batipuah terkait sosial budayanya tak bisa terlepas dari sejarah dan perkembangan Kota Padang Panjang.
Lalu apakah strategi dan kebijakan yang mungkin dipikirkan dan dilakukan oleh wali kota dan para pemangku kepentingan di kota ini? Secara sepintas sudah dapat disimpulkan upaya pengembangan dan kemajuan Kota Padang Panjang yang mengandalkan pada perluasan wilayah geografis sudah mentok alias buntu. Hanya upaya kreatif dan improvisasi yang bisa dijadikan strategi prioritas dalam agenda memajukan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat kota.
Hal lain yang memungkinkan untuk dilaksanakan adalah membangun sinergisme dan kolaboratif dengan Pemerintah Kabupaten Tanah Datar dan juga memperkuat upaya kerja sama informal dengan masyarakat di Kecamatan Batipuah dan Kecamatan X Koto.
Hal demikian sudah mesti menjadi kesadaran dan strategi eksekutif dan legislatif Kota Padang Panjang. Bahkan sudah menjadi rahasia umum dalam kontestasi pemilu dan pilkada pun, biasanya melibatkan tokoh-tokoh dan masyarakat di Kecamatan Batipuah dan Kecamatan X Koto baik langsung maupun tidak langsung. **