
Padang, sumbarsatu.com—Malam ini, Minggu (27/8/2025), KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek memasuki hari ketiga. Malam ketiga ini, Gedung Mati Menuik diisi tiga kelompok pertunjukan seni dari Kota Padang, yaitu Old Track Theatre, Rio Dance Theatre, dan Komunitas Seni Gaung Ganto.
Perhelatan seni pertunjukan kontemporer yang berbasis tradisi ini, pada malam kedua, Sabtu, (26/4/2025), sukses dengan tiga penampilan musik. Seperti malam pembukaan pada Jumat, malam kedua juga diapresiasi ratusan penonton yang memadati Gedung Manti Menuik Ladang Tari Nan Jombang.
Malam malam kedua, Sabtu, (26/4/2025), KABA Festival X Nan Maurak Alek, panggung dibuka Grup Tambua Sabariyah dari Kenagarian Sungai Batang Maninjau, Agam. Pertunjukan berbasis alat musik tradisi gandang tambau-tansa, yang berdurasi 25 menit, dengan judul Induak Tambua (Bapilu), penonton menikmati dengan khusuk sajian komposisi bebunyian tambua tansa dengan sentuhan koreografi ini.
Ada tujuh orang pemain tambua tansa meliua di panggung, yang pada dasarnya, sangat jarang permainan Gandang tambua tansa dimainkan Gedung prosenuim, biasanya di lapangan terbuka, medan nan bapaneh. Pertunjukan ini dikoreografi Alfairu Zabady, penata musik Fajri dan Mahda, sedangklan tata gerak Reynaldo, dan Rahman Alf, dengan pemain Arga, Rafa, Ahdan, Rafa, Azi, Zacky, dan Randy.
Selanjutnya, Grup Musik Prokontra dengan komposer Avant Garde Dewa Gugat menyanjikan nomor komposisi Manggili Buni. Manggili Buni menuturkan dengan nada kontemporer tentang keindahan tidak selalu terikat pada bentuk, tetapi dapat muncul dari maksud, tujuan, maupun ekspresi.
Grup yang didirikan awal tahun 2019 di Kota Padang Panjang pada malam itu menawarkan pertunjukan musik yang bersumber dari kesenian tradisional Minangkabau, namun dikemas dalam bentuk dan sudut pandang yang berbeda—eksperimental, kontemporer, dan reflektif. Tiga personil di atas panggung tampil ekspresif dan hidup sehingga panggung kian berwarna.
Penampilan terakhir malam kedua KABA Festival X Nan Maurak Alek adalah Kelompok Parewa Limo Suku dengan menyuguhkan komposisi musik tradisi Minangkabau, Panggung dibangun dengan suasana saat petani di nagari-nagari memanen padi.
Judul komposisi berjudul Langkah Bersenandung merepresentasikan kehidupan sehari-hari masyarakat Minangkabau, malambuik padi (mairiak), maangin padi, dan lain sebagainya. Nuansa keseharian saat panen padi itu diperkaya dengan senandung dan gurauan para pemain, menjadikan karya ini tidak hanya musikal, tetapi juga merekam atmosfer sosial dan budaya.
Kelompok Parewa Limo Suku didirikan pada 4 April 2003 oleh sembilan pelaku seni tradisi Minangkabau, yaitu Irmun Krisman, Devi Hasri, Ery Mefri, Yutri Kemala, Amrina Rosada, Amsadri, Jawahir, Saparman, dan Musra Dahrizal Katik.
Pada malam ketiga, Minggu (27/4/2025), Panggung Manti Minuik diisi tiga pertunjukan seni kontemporer.
- Rio Dance Theatre
Rio Dance Theatre dengan koreografer-teater (koreoteater) Rio Mefri menampilkan karya berjudul Tangka yang mencerikan tentang kurenah anak laki laki, setangka apapun tetap ayah dan ibu tempat berlabuh.
Rio Mefri merupakan penari utama dari Nan Jombang Dance Company dan telah ikut pertunjukan di beberapa negara di empat benua: Amerika, Eropah, Australia dan Asia. Rio berkarya sejak tahun 2010 dan belajar menari dari kecil dengan papanya tercinta maestro Ery Mefri.
- Old Track Theatre
Dalam KABA Festival X 2025, Old Track Theatre mementaskan Ruang Hampa, karya dan sutradara Rizal Tanjung.
Drama Ruang Hampa menggambarkan pergulatan batin seorang Pemikir yang merasa terasing di tengah modernisasi yang menggerus esensi kebudayaan. Di perpustakaan, ia berdialog dengan seorang Perempuan yang mempertanyakan makna hidup. Kegelisahan Pemikir tentang dangkalnya kebudayaan dan realitas pahit Perempuan terungkap.
Saat dua lelaki mencari buku untuk pemimpin muda, Perempuan sinis menawarkan bacaan tentang korupsi, mengkritik penguasa. Ia kemudian mengaku terjerumus dalam dunia pelacuran demi bertahan hidup. Meski mencintai Perempuan, Pemikir tak mampu mengubah nasibnya. Drama berakhir dengan tarian pasrah Perempuan, melambangkan kehampaan makna hidup, krisis moral, dan ironi peradaban modern.
Old Track Theatre merupakan kelanjutan dari Teater Moeka, yang didirikan pada tahun 1979 dan telah mementaskan puluhan drama di berbagai wilayah Indonesia. Pada tahun 2004, Teater Moeka berganti nama menjadi Old Track Teater, dengan pementasan perdana Perjuangan Suku Naga karya W.S. Rendra. Sejak itu, teater ini terus memproduksi berbagai naskah yang dipentaskan di berbagai provinsi dan ajang seni.
- Komunitas Seni Gaung Ganto
Komunitas Seni Gaung Ganto yang didirikan pada 23 September 2015 ini dalam KABA Festival 2025 memanggungkan teater berjudul Lingkar Dendam yang disutradarai Widya Husin mengisahkan tentang tokoh Ajo Sidi yang dianggap memang kurang ajar. Dia menerkam dengan aksara. Membunuh dengan kata.
Kini aksara mencari empunya. Kata mencari tuan. Pementasan didukung sebagai pelakon Nata, Tama, Indah, Alfi, Vatur, dan Oliv. Musiknya digarap Dika dan Rekpal.
Komunitas ini juga sering menampilkan pertunjukan teater, tari, musik, dan musikalisasi dan dramatisasi puisi dan telah melakukan pementasan dalam perbagai iven seni di Indonesia.
KABA Festival X 2025 Nan Maurak Alek merupakan perhelatan besar seni pertunjukan kontemporer berbasis tradisi dipusatkan di Gedung Manti Minuik Ladang Nan Jombang, Padang, sejak 25-28 April 2025.
Menurut Ery Mefri, KABA Festival X 2025 tak hanya menjadi ruang apresiasi seni, tetapi juga momentum refleksi budaya yang menghubungkan tradisi dan modernitas dalam satu bingkai yang harmonis.
KABA Festival X Nan Maurak Alek menampilkan kolosal Gandang Tambua Tansa dan pementasan tari Asok Dari Tungku karya Ery Mefri dari Nan Jombang, Parewa Limo Suku Padang, Kelompok Prokontra, Padang Panjang, Grup Tambua Sabariyah Maninjau, Komunitas Seni Gaung Ganto, Padang, Rio Mefri dari Padang, Old Track Teater, Padang, Mila Rosinta dari Yogyakarta, Muhd Sharul Mohd dari Singapura, Razan Wirjosandjojo,Solo, dan Rianto dari Banyumas.
KABA Festival, sebuah iven seni pertunjukan di Padang yang digelar secara rutin sekali setahun semenjak 2014 oleh Nan Jombang Dance Company, dipilih untuk menjalankan program strategis kebudayaan dari Kementerian Kebudayaan dengan memanfaatkan Dana Indonesiana-LPDP tahun 2024. Ada 12 grup atau kelompok di Indonesia yang terpilih dalam program serupa.
Rangkaian KABA Festival X yang sudah dilaksanakan dengan sukses adalah Diskusi Kelompok Terpumpun dengan tema “Program Strategis Nan Jombang Dance Company Lima Tahun ke Depan”, pada Selasa 28 Januari 2025, lalu Kamis, 30 Januari 2025, juga Diskusi Kelompok Terpumpun tentang “Program Strategus KABA Festival 5 Tahun ke Depan” yang keduanya dilaksanakan di Hotel Daima Padang.
Selanjutnya, pada Minggu-Senin, 16-17 Februari 2025 dilaksanajan workshop Pengelolaan Arsip Nan Jombang Dance Company. Sedang Rabu, Kamis dan Jumat, 19-21 Februari 2025 akan lokakarya Penulisan Apresiasi Seni Pertunjukan, yang juga dilaksanakan di Hotel Daima Padang.
Pertunjukan seni tradisi KABA Festival X Nan Balega menampilkan 15 kekayaan seni-seni tradisi dari Sumatera Barat (kota dan kabupaten) dilaksanakan selama 4 hari, Rabu- Sabtu, 9-12 April 2025 di kawasan Taman Budaya.
Lalu, setelah KABA Festival X Nan Maurak Alek ini, pada 14 Mei 2025 dilaksanakan dua sesi seminar: pertama seminar seni pertunjukan bertema “Posisi Seni Pertunjukan dalam Spektrum Perubahan Kebudayaan Saat Ini dan Akan Datang” dan seni kedua” Menelisik Perubahan Sosial di Sumatera Barat Melalui Seni Pertunjukan” yang digelar di digelar Universitas Negeri Padang.
Penutup festival, digelar bedah buku “Salam Tubuh Bumi: Perjalanan 40 Tahun Karya Ery Mefri” yang ditulis jurnalis Hendra Makmur. Selain itu, juga diluncurkan buku “Retrospeksi KABA Fertival”. SSC/MN