Tari “Tanun” dan “Layuak Batoboh” Karya Maestro Ery Mefri Tampil di Pamungkas KABA Festival X Nan Balega

Minggu, 13/04/2025 11:26 WIB
Sanggar Canang Badantiang ari Kota Sawahlunto menampilkan tari Tanun karya Ery Mefri

Sanggar Canang Badantiang ari Kota Sawahlunto menampilkan tari Tanun karya Ery Mefri

Padang, sumbarsatu.com—Pada hari terakhir KABA Festival X 2025 Nan Balega, Sabtu, 12 April 2025, Sanggar Canang Badantiang dari Kota Sawahlunto menampilkan tari Tanun dan Layuak Batoboh dengan nuansa tradisi Minangkabau. Kedua tari ini diciptakan oleh maestro Ery Mefri.

Tari Tanun diciptakan tahun 2004 dan tari Layuak Batoboh di tahun 2014. Keduanya bercerita tentang kehidupan sosial-budaya masyarakat di Sawahlunto.

“Tari Layuak Batoboh mengisahkan keseharian masyarakat Kenagarian Kolok, Kecamatan Barangin, Kota Sawahlunto dalam bercocok tanam. Sifat gotong-royong dan saling menjaga menjadi nilai dasar dari koreografi ini, “ ujar Syukri, salah satu pengurus dari Sanggar Canang Badantiang, saat diwawancarai sumbarsatu, Sabtu, (12/4/2025).

Sementara, tani Tanun bercerita tentang aktivitas kaum perempuan di Kenagarian Silungkang yaitu menenun. Silungkang dikenal memiliki songket sulam emas, salah satu kain tradisional tertua di Indonesia. Proses kerja menenun mulai dari memintal benang hingga memamerkan hasilnya menjadi inspirasi dari penciptaan Tari tersebut.

“Kedua tari ini merupakan permintaan dari Pemerintah Kota Sawahlunto kepada Ery Mefri. Saat itu Wali Kotanya Bapak Ir. H. Amran Nur. Penciptaan tari khas Sawahlunto ini dalam rangka mendukung visi-misi Kota Sawahlunto menjadi kota wisata tambang yang berbudaya,” jelas Syukri.

Lanjutnya, tari tersebut diajarkan ke setiap sanggar dan sekolah yang ada di Kota Sawahlunto melalui workshop pelatihan yang diadakan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Sawahlunto. Sanggar Canang Badantiang merupakan salah satu peserta dalam workshop saat itu, tahun 2015.

Setelahnya, setiap peserta workshop diperbolehkan menampilkan tarian ini ketika diundang mewakili Sawahlunto dalam berbagai iven. Dampaknya, tari tersebut menjadi identitas Sawahlunto dalam berbagai iven promosi kota baik di skala nasional maupun internasional.

“Sebetulnya ada satu lagi tarian ciptaan Ery Mefri. Judulnya Tambang. Tari ini bercerita tentang kondisi hidup orang rantai di areal tambang Sawahlunto. Tapi perkembangan tari ini masih menghadapi tantangan karena kesulitan mencari penari laki-laki. Karena keseluruhan penari Tambang adalah laki-laki,” ceritanya.

Sanggar Canang Badantiang berdiri tahun 2015 di Kota Sawahlunto. Canang berarti talempong dalam sebutan masyarakat Sawahlunto. Badantiang artinya berdenting. Jadi bisa diartikan bahwa sanggar yang bergerak di seni musik dan tari ini akan menyuarakan soal budaya dari masyarakat multikultural di Sawahlunto.

Canang Bandantiang telah mengikuti berbagai iven lokal, nasional maupun internasional mewakili Kota Sawahlunto seperti Sawahlunto Internasional Songket Silungkang Carnaval (2015, 2016, 2020, 2022), Parade Tari Nusantara (2017), Kongres Jaringan Kota Pusaka Indonesia/JKPI (2021), Presenting Indonesia Heritage to the World di UNESCO, Paris – Prancis (2019), dan lainnya.

Pada helatan yang diadakan oleh Nan Jombang Dance Company, ini adalah kali ke-2 bagi Canang Badantiang. Sebelumnya sanggar ini pernah tampil di Festival Nan Jombang Tanggal 3 di Ladang Tari Nan Jombang, 3 Juli 2021.

“Ini kali kedua bagi kami terlibat di acara yang digelar Nan Jombang. Suatu kebanggaan bagi sanggar Canang Badantiang tampil di KABA Festival dan membawa karya dari Ery Mefri, maestro tari asal Sumatera Barat,” pungkas Syukri.

KABA Festival X 2025 merupakan program tahunan dari Nan Jombang Dance Company. Festival bertajuk Nan Balega ini digelar di Taman Budaya Sumatera Barat sejak 9-12 April 2025. Helatan tahun ini didukung oleh program strategis Dana Indonesiana – LPDP dari Kementerian Kebudayaan Indonesia.

Selain Canang Badantiang, juga tampil 14 kelompok dan sanggar seni tradisi dari daerah lain yang ada di Sumatera Barat seperti randai, sirompak, silek, turuk laggai dari Mentawai, dan lainnya. Kegiatan juga dimeriahkan dengan penampilan dari Kelompok Pemusik Jalanan (KPJ) Kota Padang.

“42 tahun perjalanan Nan Jombang Dance Company adalah proses yang tidak pernah berhenti untuk berkarya di dunia seni pertunjukan. Melalui berbagai program, kami mendorong para penggiat seni pertunjukan tradisi di Sumatera Barat untuk maju bersama. Hal itu untuk membuktikan bahwa kita akan terus ada,” ujar Angga Mefri, Direktur Festival dari KABA Festival. SSC/LIKE

 



BACA JUGA