Tolak Bangun Hotel, Lagu “Bongkar“ Warnai Panggung Ekspresi Seniman

--

Sabtu, 14/01/2023 07:18 WIB

Padang, sumbarsatu.com—Sepanjang hari, sejak pukul 14.00 hingga pukul 22.00, Jumat (13/1/2023) pelataran Taman Budaya Sumatra Barat Jalan Diponegoro Padang bergema membahana. Sejumlah pegiat kesenian dan kebudayaan Sumatra Barat menggelar Panggung Ekspresi dan Orasi Budaya.  

Ada yang baca puisi, melukis, pertumjukan seni, dan nyanyi. KPJ Padang membawakan lagu legendaries perjuangan “Bongkar” Iwan Fals. Orasi budaya disampaikan Khairul Jasmi, wartawan plus sastrawan komisaris berjudul “Kita-kita, Kaum Mendang-mending.”

Tujuan digelarnya Panggung Ekspresi dan Orasi Budaya ini ialah wujud ekspresi sebagai penolakan keras terhadap rencana pengalihfungsian pembangunan Zona C Gedung Kebudayaan menjadi hotel. Rencana ini memunculkan polemik tajam. Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi sudah menggaransi secara lisan dalam sebuah pertemuan dengan seniman dan budayawan, tidak ada pembangunan hotel di kawasan Taman Budaya Sumatra Barat.

Koordinator Panggung Ekspresi Jefenil, mengatakan, panggung ekspresi yang diselenggarakan secara spontan ini,  merupakan ekspresi seniman yang  menolak rencana pembangunan hotel berbintang di zone C Gedung Kebudayaan Sumbar. Selain mendesak agar zone B (Taman Budaya) yang mangkrak sejak 2 tahun ini segera diselesaikan menurut hukum yang berlaku, dan tetap menyelesaikan gedung kebudayaan sesuai rencana semula

Sementara itu, Khairul Jasmi dalam orasinya mentyebutkan, wacana tentang  akan dibangun hotel  di kawasan Taman Budaya lebih dahsyat dari gempa Pasaman.

“Sejumlah seniman dan budaywan menolak, dan ada yang meradang, sedang gempa Pasaman  beritanya tidak sedahsyat  ini,” kata Khairul Jasmi.

Menurutnya, kalaupun ada yang menolak, sebaiknya ditolak dengan cara yang cerdas seperti malam Panggung Ekspresi ini.

“Sebagai manusia yang berpikir, kita harus menyiasatinya dengan konsep yang jelas. Sejarah taman budaya yang telah melahirkan sejumlah seniman nasional, bahkan international. Media sosial telah membuat kita  jauh dari peradaban dan dalam diam pikiran kita diculiknya. Medsos punya isme sendiri, itulah yang harus dilawan,” urainya.

Rasa sakit itu muncul karena kita berpikir, karenanya pikiran sering kita bunuh", katanya. Kaje, demikian akrabnya, tidak percaya kalau Minangkabau berbudaya lisan.  Banyak manuskrip tentang Minangkabau yang disembunyikan dan tidak boleh dibaca.

Taman Budaya sebagai sentrum berpikir, mengolah rasa secara estetika adalah sarana literasi yang tidak boleh mati.

Taman Budaya  punya sejarah panjang bagi kehidupan seni budaya daerah bisa hilang jejaknya akibat ruang bisnis yg lebih mementingkan aspek ekonomi dan mematikan ruang seni dan budaya yang berpijak pada kearifan lokal.

Panggung Ekspresi yang berlangsung Jumat sore sampai malam ini antara lain atraksi seni monolog, musik dan lagu, tari, melukis spontan, dan baca puisi.SSC/MN



BACA JUGA