BEM KM UGM Desak Rektor Nyatakan Mosi Tak Percaya kepada Lembaga Pemerintah

Sabtu, 24/05/2025 21:08 WIB
Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ova Emilia, terlibat desak-desakan pasca walk out dari diskusi dengan massa aksi Okupasi Balairung di Yogyakarta, 21 Mei 2025. Dok. Aliansi Mahasiswa UGM

Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Ova Emilia, terlibat desak-desakan pasca walk out dari diskusi dengan massa aksi Okupasi Balairung di Yogyakarta, 21 Mei 2025. Dok. Aliansi Mahasiswa UGM

 

Yogyakarta, sumbarsatu.com—Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada  menyatakan secara terbuka mosi tidak percaya terhadap Rektor UGM Ova Emilia. Sikap itu disampaikan Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Keluarga Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (BEM KM) UGM, Tiyo Ardianto, dalam surat terbuka dengan judul MOSI TIDAK PERCAYA yang beredar pada Sabtu, 25 Mei 2025.

"Terpilihnya pelanggar  HAM,  Prabowo  Subianto sebagai  Presiden Republik Indonesia dan nepo-baby,  Gibran Rakabuming Raka,  yang menjadi  Wakil Presiden dengan   mengubah   konstitusi   atas   bantuan   'Raja   Jawa'   Jokowi-yang dapat sedemikian berkuasa atas dukungan UGM. Demikian pembuka surat itu," kata Ketua BEM KM UGM.

Selanjutnya dalam surat itu, segala kebijakan ditetapkan oleh pemerintahan Prabowo diberlakukan tanpa konsiderasi lebih jauh makan  gergizi gratis, inpres mengenai efisiensi anggaran, dan Danantara. Tak sampai di situ, Prabowo menghendaki revisi UU TNI sebagai langkah permulaan mengembalikan Dwi Fungsi TNI dengan mengubur cita-cita Reformasi. Militerisme merangsek ke beberapa lingkungan kampus  dengan dalih penguatan nasionalisme. Lebih jauh, mahasiswa yang menyampaikan ekspresi kritiknya mendapatkan represi dan bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Demokrasi dalam bahaya!

“Kami hanya ingin mengembalikan marwah UGM sebagai kampus kerakyatan, yang artinya harus berpihak semata-mata demi kepentingan rakyat dan bukan kepentingan penguasa," kata Tiyo Ardianto seperti dilansir tempo.co, Sabtu (24/5/2025).

Berikut surat MOSI TIDAK PERCAYA BEM KM UGM secara lengkap:

MOSI TIDAK PERCAYA

Terpilihnya Pelanggar HAM, Prabowo Subianto sebagai Presiden Republik Indonesia dan nepo-baby, Gibran Rakabuming Raka, yang menjadi Wakil Presiden dengan mengubah konstitusi atas bantuan 'Raja Jawa' Jokowi—yang dapat sedemikian berkuasa atas dukungan UGM. Segala kebijakan ditetapkan oleh pemerintahan Prabowo diberlakukan tanpa konsiderasi lebih jauh. Makan Bergizi Gratis, Inpres mengenai Efisiensi Anggaran, dan Danantara. Tak sampai di situ, Prabowo menghendaki Revisi UU TNI sebagai langkah permulaan mengembalikan Dwi Fungsi TNI dengan mengubur Cita-Cita Reformasi. Militerisme merangsek ke beberapa lingkungan kampus dengan dalih penguatan nasionalisme. Lebih jauh, mahasiswa yang menyampaikan ekspresi kritiknya mendapatkan represi dan bahkan ditetapkan sebagai tersangka. Demokrasi dalam bahaya!

Berangkat dari berbagai masalah yang timbul, Mahasiswa UGM melakukan aksi kemah di Balairung. Mahasiswa menuntut Rektor UGM menyatakan Mosi Tidak Percaya terhadap lembaga pemerintah yang menciptakan kebijakan amburadul sebagai sikap keberpihakan pada Rakyat. Rabu, 21 Mei 2025, setelah satu pekan okupasi, Ova Emilia selaku Rektor UGM menemui massa aksi dan melakukan dialog. Hasilnya? Omon-omon!

Atas kekecewaan terhadap respons yang diberikan oleh Rektor, BEM KM UGM menyatakan MOSI TIDAK PERCAYA kepada Ova Emilia selaku Rektor UGM. Betapa malu kami sebagai mahasiswa Kampus Kerakyatan menyaksikan rektor lembek pada berbagai ketidakadilan dan penindasan yang terang benderang. Kami tidak akan mencabut mosi ini sampai Rektor menyatakan Mosi Tidak Percaya sebagai bukti keberpihakannya kepada Rakyat atau sesuatu yang setara dengannya.

Suro Diro Jayaningrat
Lebur Dening Pangastuti

Tiyo Ardianto
Ketua BEM KM UGM

 



BACA JUGA