OLEH Wiztian Yoetri (Wartawan Senior)
JEGIATAN gotong royong (goro) akbar tercatat dalam 100 hari Pemerintahan Bupati Padang Pariaman, John Kenedy Azis dan Wakil Bupati Rahmat Hidayat. Goro yang menyasar Batang Ulakan ini tergolong besar, diikuti lebih kurang seribu orang yang terdiri dari ASN, TNI-Polri, serta masyarakat.
Goro akbar pada era Bupati JKA ini mengingatkan kita pada masa pemerintahan Bupati Padang Pariaman, Anas Malik. Lokasinya pun tak jauh, masih di seputaran Ulakan. Ketika itu, Bupati Anas Malik tampil dengan semangat Manunggal Bhakti ABRI bersama masyarakat.
Anas Malik memperlancar arus transportasi dengan membangun dua buah jembatan dari pohon kelapa, yakni Jembatan Talao Busuk di Kenagarian Ketaping dan Jembatan Ulakan.
Kedua jembatan tersebut kala itu sangat vital bagi masyarakat, terutama sebagai jalur penghubung dari Ketaping-Ulakan menuju Pariaman. Jembatan dari pohon kelapa itu dimaksudkan oleh Bupati Anas Malik untuk “memancing” datangnya bantuan dana dari pemerintah provinsi atau pusat, hingga akhirnya dibangun jembatan permanen.
Sementara itu, hari ini, Bupati John Kenedy Azis mempelopori kegiatan gotong royong dari hilir ke hulu Batang Ulakan sepanjang kurang lebih 1 kilometer. Seperti diketahui, selama bertahun-tahun, tiga nagari di Kecamatan Ulakan Tapakih menjadi langganan banjir. Nyaris tidak ada solusi dari Pemkab Padang Pariaman, meskipun kawasan tersebut termasuk wilayah kewenangan provinsi dan Balai Wilayah Sungai.
Tiga nagari yang menjadi langganan banjir setiap kali curah hujan tinggi adalah Nagari Kampuang Galapuang, Nagari Sandi Ulakan, serta Nagari Manggopoh Palak Gadang.
Goro yang berlangsung sehari penuh itu benar-benar membawa berkah bagi masyarakat, apalagi masyarakat terlibat langsung turun tangan. Kegiatan ini mencakup pembersihan sepanjang Batang Ulakan dan penebangan pepohonan di kiri-kanan sungai.
Goro juga mendapat dukungan dari sejumlah pihak swasta, seperti PT Statika Mitra Sarana yang membantu dengan alat-alat berat untuk memperlancar pengerukan material yang selama ini menghambat arus sungai.
Menurut Bupati John Kenedy Azis, Goro di Batang Ulakan menjadi momentum penting bagi Padang Pariaman. Artinya, tidak semua kegiatan pembangunan harus dibiayai dengan dana pemerintah—adakalanya semangat gotong royong bisa menjadi solusi sekaligus “pemancing” pembangunan.
Setelah pelajaran dari hilir ke hulu Batang Ulakan, kita tinggal menunggu dukungan dari Dinas PSDA Provinsi dan Balai Wilayah Sungai Sumatera V. Mudah-mudahan dalam waktu dekat akan ada bantuan berupa jetty atau krib sebagai pengaman pantai. Sebab, banjir dan luapan air biasanya terjadi ketika air pasang bertemu dengan curah hujan tinggi.
Kesamaan kepemimpinan Anas Malik dan Bupati JKA lainnya adalah bahwa Bupati Anas Malik naik pangkat dari Letnan Kolonel menjadi Kolonel, bersamaan dengan suksesnya Manunggal Bhakti Ulakan. Kenaikan pangkat itu diserahkan langsung oleh Kasad Jenderal Poniman, bersamaan dengan kunjungan Pangdam se-Indonesia untuk melihat keberhasilan Manunggal Bhakti ABRI di Padang Pariaman.
Sementara itu, Bupati Padang Pariaman John Kenedy Azis, tak lama setelah goro akbar dan dalam masa 100 hari pemerintahannya, juga berhasil lulus ujian tertutup Program Doktor Ilmu Hukum di Universitas Trisakti, Jakarta. JKA pun kini berhak menyandang gelar Doktor.
Maka, semangat gotong royong, selain membuka isolasi dan menggerakkan potensi Padang Pariaman, juga menjadi spirit baru masyarakat bersama pemerintah di tengah efisiensi anggaran.
“Semangat gotong royong yang digelorakan Pak Bupati JKA akan menjadi budaya baru menuju perubahan Padang Pariaman,” ujar Inspektur Hendra Aswara dan Direktur RSUD Parit Malintang, dr. Hj. Syafrinawati, MARS.
Sudah saatnya momentum-momentum gotong royong berikutnya diagendakan dengan objek berbeda menuju Padang Pariaman yang lebih baik.*