OLEH Dr. Mohammad Isa Gautama, M.Si
Bismilahirrahmanirrahiim….
Assalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Yang terhormat, wakil dari pemerintah provinsi Sumatra Barat, dalam hal ini mungkin diwakili oleh Kepala Taman Budaya Sumbar.
Yang terhormat, para sesepuh dan senior seniman dan budayawan yang tidak dapat saya sebut satu persatu namanya.
Yang saya banggakan, Panitia pentas seni.
Undangan dan para hadirin sekalian,
BUDAYA adalah salah satu pilar utama yang menopang kehidupan manusia dalam peradaban. Ia bukan sekadar representasi dari kebiasaan atau tradisi yang diwariskan secara turun-temurun, namun juga sebagai kekuatan dinamis yang menciptakan identitas kolektif, mencetak pola pikir, dan memberi arah pada peradaban. Dalam arus globalisasi yang semakin kompleks, budaya merupakan kompas yang menunjukkan nilai-nilai dasar yang perlu dijaga dan dilestarikan, sekaligus sebagai sumber inspirasi bagi kemajuan peradaban itu sendiri.
Sebagai landasan substansial kemajuan peradaban, budaya memiliki peran yang tak tergantikan. Dalam pandangan filsuf terkenal, Confucius, "Budaya adalah akar dari sebuah bangsa, tanpa akar, sebuah bangsa tidak akan dapat berkembang." Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa budaya adalah sumber kekuatan yang memberi arah pada perkembangan masyarakat. Tanpa dasar budaya yang kuat, sebuah peradaban mudah terombang-ambing oleh arus perubahan yang tidak terarah.
Budaya juga memainkan peran penting dalam pembentukan nilai-nilai sosial dan etika. Mengutip Mahatma Gandhi , "Budaya adalah kekuatan untuk membawa perubahan melalui perdamaian dan kesadaran." Melalui budaya, peradaban dapat berkembang tanpa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan. Itulah sebabnya mengapa penting untuk terus menjaga keberagaman budaya dalam menghadapi tantangan zaman.
Hadirin yang mulia,
Seiring berkembangnya teknologi dan pergeseran pola hidup masyarakat, budaya sering kali terpinggirkan. Padahal, seperti yang dikatakan oleh Edward Said, "Budaya adalah cara kita mengartikan dunia." Budaya memberi kita lensa untuk melihat dan menilai dunia sekitar kita, memberi kita kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi, sambil tetap mengakar pada nilai-nilai yang kita percayai.
Berpijak dari ini semua, urgensi budaya dalam arus peradaban menjadi semakin jelas. Budaya adalah pengingat sekaligus jati diri kita dan merupakan alat untuk membangun peradaban yang lebih baik dan manusiawi. Sebagai warga dunia yang semakin terkoneksi, kita harus mampu menjaga keseimbangan antara mempertahankan kekayaan budaya lokal dengan merangkul perkembangan global yang terus berubah.
Dalam konteks ini, Taman Budaya Sumatra Barat telah lama menjadi pusat kegiatan seni dan budaya. Sebagai ruang interaksi, pendidikan, dan ekspresi budaya, Taman Budaya memegang peran strategis dalam pembentukan identitas masyarakat. Pertanyaannya, apakah keberadaan Taman Budaya telah diimbangi dengan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pentingnya pelestarian budaya lokal? Dalam pidato ini, kita akan mengelaborasi peran Taman Budaya sebagai katalisator mental sadar budaya di tengah modernisasi dan tantangan globalisasi.
Konteks dan Pentingnya Kesadaran Budaya
Para seniman, budayawan dan hadiri yang saya hormati,
Tantangan globalisasi terus menggerus nilai-nilai lokal, termasuk nilai-nilai khas minangkabau. Studi UNESCO (2023) menunjukkan bahwa 40% generasi muda di kawasan Asia Tenggara lebih mengenal budaya populer global dibandingkan tradisi lokal. Fenomena ini juga terlihat di Sumatra Barat, di mana generasi muda lebih akrab dengan budaya luar dibandingkan dengan seni tradisional seperti randai atau saluang.
Beranjak dari hal itu, globalisasi tidak dapat dihindari, tetapi dampaknya dapat dikelola. Salah satu strategi yang dapat kita lakukan adalah dengan memperkuat kesadaran budaya lokal melalui program edukasi dan partisipasi masyarakat. Di sinilah peran Taman Budaya menjadi sangat penting. Program seperti festival seni tradisional yang dikelola serius dan masif, seminar kebudayaan, dan pelatihan seni yang edukatif dapat menjadi alternatif untuk membangkitkan kembali minat terhadap budaya lokal. Hal ini menurut saya urgen, disebabkan kesadaran budaya terkait erat dengan kesadaran identitas. Masyarakat yang memiliki kesadaran budaya yang kuat cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi arus globalisasi. Mereka mampu menyaring pengaruh luar tanpa kehilangan jati diri. Oleh karena itu, Taman Budaya harus berperan sebagai katalisator dalam membangun kesadaran kolektif ini.
Hadirin Sekalian,
Membangun kesadaran budaya memerlukan pendekatan sistemik. Hal ini termasuk kurikulum pendidikan yang menonjolkan nilai-nilai budaya lokal, menanamkan karakter dan mental sadar budaya kepada generasi penerus yang notabene di masa depan akan menjadi agen perubahan dan pemajuan kebudayaan itu sendiri. Pendidikan sadar budaya mesti dapat diupayakan dan bukan suatu hal yang tidak mungkin tumbuh dan direkomendasikan dari Taman Budaya, tempat bermukimnya para seniman dan budayawan. Pendidikan dasar dan menengah, yang dikelola oleh Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten dan Provinsi tentunya mesti membuka diri tidak saja dari akademisi budaya namun juga dari para seniman dan budayawan dalam merancang materi kurikulum sadar budaya.
Sekali lagi, kesadaran budaya tidak hanya penting untuk mempertahankan identitas, tetapi juga untuk memperkuat daya saing. Dengan budaya sebagai modal sosial, Sumatra Barat diyakini dapat menghadapi tantangan globalisasi dengan percaya diri. Kesadaran budaya juga berkaitan dengan penguatan solidaritas sosial. Budaya dapat menjadi perekat yang menyatukan berbagai elemen masyarakat, terutama di tengah ancaman polarisasi sosial yang kian meningkat.
Taman Budaya sebagai Ruang Interaksi Budaya
Hadirin yang saya muliakan.
Sebagai ruang publik, Taman Budaya berpotensi menjadi tempat interaksi lintas generasi dan lintas komunitas. Sayangnya, data kunjungan menunjukkan bahwa hanya 25% masyarakat lokal yang memanfaatkan fasilitas ini secara rutin. Sebagian besar pengunjung terdiri dari wisatawan atau komunitas seni tertentu.
Untuk mengoptimalkan fungsi ini, Taman Budaya perlu memperluas program yang melibatkan masyarakat umum. Kolaborasi dengan sekolah dan perguruan tinggi perlu dirancang secara optimal agar dapat meningkatkan kunjungan pelajar dan mahasiswa ke Taman Budaya, sehingga mereka lebih mengenal warisan budaya daerah.
Lebih jauh, teknologi juga dapat dimanfaatkan untuk memperluas akses dan keterlibatan masyarakat. Dengan adanya platform digital dan media sosial, Taman Budaya dapat menawarkan tur virtual, dokumentasi seni tradisional, dan aplikasi edukasi budaya. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan visibilitas, tetapi juga membuat budaya lokal lebih relevan di era digital.
Interaksi lintas komunitas ini juga mendorong dialog antarbudaya. Melalui kegiatan yang melibatkan berbagai suku, agama, dan kelompok sosial, Taman Budaya dapat menjadi ruang untuk merayakan keberagaman sekaligus memperkuat persatuan. Inisiatif iven seperti "Hari Keberagaman Budaya" dapat menjadi salah satu langkah konkret untuk membangun harmoni sosial.
Lebih dari itu, ruang interaksi ini dapat menjadi arena pendidikan lintas budaya. Dengan mengundang partisipasi dari komunitas luar daerah atau bahkan luar negeri, Taman Budaya dapat memperkenalkan kekayaan seni lokal kepada dunia internasional sekaligus belajar dari tradisi budaya lainnya.
Pendidikan dan Kesadaran Budaya
Hadirin, tamu dan para simpatisan yang saya hormati,
Pendidikan memainkan peran kunci dalam menanamkan mental sadar budaya sejak dini. Saat ini, masih banyak sekolah di Sumatra Barat belum sepenuhnya mengintegrasikan muatan budaya lokal ke dalam muatan kurikulum. Padahal, kurikulum berbasis budaya dapat menjadi media untuk mengenalkan nilai-nilai "Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah."
Dalam rangka memecahkan masalah ini, kolaborasi antara Taman Budaya dan institusi pendidikan sangat diperlukan. Melalui program seperti "Kelas Budaya," siswa dapat belajar seni tari, musik tradisional, atau sastra daerah langsung di lingkungan Taman Budaya. Selain itu, pelatihan bagi guru tentang metode pengajaran berbasis budaya juga penting agar nilai-nilai lokal dapat disampaikan secara menarik dan relevan.
Pendidikan informal melalui media sosial juga bisa menjadi strategi yang efektif. Kampanye budaya dengan konten kreatif, seperti video pendek tentang seni tradisional atau kuis interaktif, dapat menarik perhatian generasi muda sekaligus meningkatkan pengetahuan mereka tentang budaya lokal. Di samping itu, melibatkan keluarga dalam pendidikan budaya juga penting. Orang tua dapat diajak untuk aktif mengenalkan budaya lokal kepada anak-anak mereka melalui kegiatan sehari-hari seperti mendongeng atau memasak makanan tradisional. Dengan cara ini, pendidikan budaya menjadi tanggung jawab bersama.
Peran Pemerintah dan Komunitas Lokal
Bapak-bapak, Ibu-Ibu, adik-adik dan para seniman sekalian,
Pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam mendukung revitalisasi budaya lokal. Alokasi anggaran yang memadai untuk program budaya, pemeliharaan fasilitas, dan promosi budaya adalah langkah yang tidak bisa diabaikan. Sayangnya, laporan APBD Sumatra Barat 2023 menunjukkan bahwa hanya 2% dari anggaran daerah yang dialokasikan untuk sektor budaya.
Ke depan, komunitas lokal harus menjadi motor penggerak dalam menjaga keberlanjutan budaya. Melalui kegiatan berbasis komunitas, seperti festival adat atau lomba seni tradisional, masyarakat dapat berperan aktif dalam melestarikan budaya mereka. Sinergi antara seniman, pemerintah, komunitas, dan Taman Budaya akan menciptakan ekosistem budaya yang lebih kuat.
Selain itu, pemberdayaan ekonomi berbasis budaya juga perlu diperhatikan. Produk kerajinan tangan, kuliner khas, dan seni pertunjukan dapat menjadi sumber pendapatan yang mendukung pelestarian budaya. Dengan adanya insentif dan pelatihan kewirausahaan, masyarakat akan lebih terdorong untuk melestarikan warisan budaya mereka.
Yang tak kalah pentingnya adalah, pemerintah juga harus memberikan perlindungan hukum terhadap budaya lokal. Misalnya, hak kekayaan intelektual atas seni dan tradisi lokal harus dilindungi agar tidak dieksploitasi oleh pihak luar tanpa izin. Ini juga akan memberikan motivasi kepada seniman lokal untuk terus berkarya.
Hadirin dan seluruh yang hadir malam ini yang sama-sama saya hormati,
Taman Budaya Sumatra Barat memiliki potensi besar untuk menjadi pusat revitalisasi mental sadar budaya. Namun, potensi ini hanya dapat terwujud melalui kerja sama yang erat antara berbagai pihak, tidak hanya seniman dan budayawan, namun juga pemerintah, komunitas lokal, dan institusi pendidikan. Dengan pendekatan yang inovatif dan inklusif, Taman Budaya dapat menjadi katalisator dalam membangun kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya pelestarian budaya lokal.
Membangun mental sadar budaya bukanlah tugas yang mudah, tetapi ini adalah langkah yang harus diambil demi keberlanjutan identitas budaya kita di tengah arus globalisasi. Mari bersama-sama menjadikan Taman Budaya Sumatra Barat sebagai simbol kebangkitan budaya dan identitas kita.
Akhirul Kalam, Terima Kasih atas kesempatan yang diberikan untuk membacakan pidato ini. Salah dan janggal mohon dimaafkan.
Wabillahi Taufiq Wal Hidayah
Wassalammualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…
Orasi Budaya ini dibacakan pada kegiatan Panggung Ekspresi Forum Perjuangan Seniman Sumatera Barat Sabtu 28 Desember 2024 di Taman Budaya Sumatera Barat