Kesenian Baombai Kreasi B udaya Oleh Masyarakat Nagari Padang Laweh

--

Minggu, 27/11/2022 17:27 WIB

OLEH Akhmad Febriansyah Putra 

Ranah Minang, negeri berbudaya yang  tak pernah akan habis untuk dikulik. Mulai dari keindahan alamnya, kekayaan budayanya hingga adat isitiadat yang tak pernah lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan. Walaupun memang harus diakui arus globalisasi semakin kuat menerjang setiap kebudayaan yang ada di Indonesia, tak terkecuali di Minangkabau. Banyak dari adat, kebiasaan dan tradisi yang mulai burubah, luntur atau bahkan hilang. Memang perubahan kebudayaan adalah suatu hal yang tidak bisa dicegah. Perubahan kebudayaan adalah suatu hal yang alamiah dan wajar, laju dan bagaimana prosesnya tergantung kepada masyarakat yang menciptakan dan memiliki kebudayaan.

Proses perubahan suatu kebudayaan bisa dikatakan baik jika menyesuaikan dengan jiwa zamannya, bahkan suatu budaya yang tidak berubah-ubah bisa dikatakan primitif. Budaya yang tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dan kebutuhan zaman sudah sepatunya dirubah atau mungkin dihilangkan. Namun, yang paling paling bijak jika tidak bisa mempertahankan bentuk suatu kebudayaan secara utuh adalah dengan modifikasinya atau mengembangkannya tetapi tetap mempertahankan nila-nilai yang terkandundung di dalamnya. Sebagai contoh seperti yang dilakukan masyarakat di Nagari Padang Laweh yang mengembagkan suatu budaya menjadi kesenian baru.

Nagari padang Laweh terletak di Kecamatan Koto VII, Kabupaten Sijunjung. Secara topografi Nagari Padang Laweh merupakan daerah berbukit yang terletak di daerah rangkaian bukit barisan. Memiliki tanah yang subur membuat Nagari Padang Laweh cocok dijadikan lahan pertanian. Mayarakat Padang Laweh mayoritas bekerja sebagai petani padi, hal ini dapat dilihat dari bentangan lahan sawah yang luas di nagari ini.

Di Nagari padang Laweh terdapat budaya yang sangat luhur dan menggabarkan bagaimana karakter masyarakat Minagkabau umumnya dan Nagari Padang Laweh khususnya, yaitu budaya gotong royong. Pada dasarnya, gotong ronyong merupakan salah satu bentuk dari kesetiakawanan sosial yang  menjadi aset penting  dalam mewujudkan kehidupan mayarakat damai dan harmonis. Gotong royong menjadi suatu kebudayaan luhur dan diwariskan secara terus-menerus kepada generasi berikutnya. Lahirnya budaya gotong royong ini tidak lepas dari rasa keamanusiaan, kesadaran dan kepedulian sesama manusia yang merupakan mahkluk sosial.

Begitupun dengan masyarakat Nagari padang Laweh. Dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sebagai masyarakat pedesaan, buadaya gotong royong masih sangat dijunjung tinggi di Nagari Padang Laweh. Salah satu sistem gotong royong ada di Nagari Padang Laweh dikenal dengan nama batoboh.

Budaya batoboh adalah kegiatan gotong masyarakat dalam melakukan kegiatan di sawah, seperti mempersiapkan lahan, menanam benih, menyiangi atau membersihkan lahan hinga panen. Batoboh dilakukan secara swasembada oleh masyrakat dengan kerelaan hati dan sebagai ajang silaturahmi. Dalam menjalankan kegiatan batoboh masyarakat akan mengisinya dengan berpantun dan berdendang, kebiasaan ini kemudian  disebut dengan kegiatan baombai.

Dari sebuah kebiasaan yang dilakukan ketika turun kesawah, baombai kemudian dikembangkan oleh masyarakat menjadi seni tari yang dipertunjukan dan mempunyai nilai-nilai semangat gotong royong di dalamnya. Tari Baombai menjadi tarian khas Kabaupaten Sijunjung, selain tari tanduak, tari talempong unggan dan lainnya.

Asal mulai Kesenian Baombai tidak lepas dari kegiatan turun ke sawah pada masyrakat Nagari Padang Laweh.  Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, kisahnya dahulu kala ada sekolompok orang yang sedang melakukan batobo  di daerah muaro buntan. Ketika tengah hari, orang-orang yang sedang melakukan batobo berhenti sejenak untuk beristirahat di dangau sawa (semacam pondokan untuk berteduh), sedangkan cangkul ditinggalakan di lahan sawah. Namun, ketika orang-orang tengah berteduh di dangau sawah,  sayup-sayup terdengar suara nyanyian secara beramai-ramai dan cangkul-cangul yang dibiarkan tadi bekerja sendiri. Hanya suaranya yang terdengar, sedangkan orangnya tidak terlihat. Orang-orang yang melihat kejadian itu kemudia menirunya dan dirunkan secara turun temurun kepada generasi berikutnya sampai sekarang, terutama yang memiliki kemauan untuk batoboh. Dari kebiasaan benyanyi dan berpantun ketika sedang batoboh inilah kemudian dikenal dengan kegiatan baombai. Pada perjalananya, kegiatan baombai pun dikreasikan masyrakat menjadi kesenian yang dipertunjukkan bernama Tari Baombai

Dahulunya kegiatan baombai dilakukan di lahan sawah dengan menggunakan pakaian sebagaimana akan ke sawah, dengan baju, penutup kepala dan kain samping. Akan tetapi jika ditampilkan dalam sebuah pertunjukan tari, para penari menggunakan baju bundo kanduang,  yang terdiriri dari penutup kepala atau deta cincing dan kain samping yang semuanya berwarna hitam. gerakan dari Tari Baombai merupakan aktivitas masyarakat ketika pergi ke sawah, mulai dari menyangkual (mencangkul), menyembuah (mertatakan tanh), menanam sampai menyiang. Setiap gerakan diiringi dengan nyanyi-nyanyian yang berisi kisah parasaian hiduik (perasaaan, penderitaan, penaggungan atau pengalaman hidup ) para petani dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.

Tari Baombai memiliki gerakan dan musik pengiring yang unik. Tarian dimulai dengan berjalan menuju dangau sawah atau dalam hal pertunjukan berjalan menuju tempat menari sambil diiringi bunyi talempong yang dimainkan oleh penari. Kemudian setelah sampai di tempat menari, talempong diletakan dan para penari  mulai bernyanyi dan berpantun sambil berjalan membentuk lingkaran dengan memegang cangkul yang di letakan diatas bahu. Setelah selesai, gerakan selanjutnya merupakan penyimbolan-penyimbolan kegitan dalam menanam padi. Pertama adalah mencatuak atau mencangkul. Para penari melakukan gerakan seolah-olah sedang mencangkul tanah. Gerakan kedua yaitu malunyah atau menginjak-injak, dengan menghentakan-hentakan kaki dan cangkul ke tanah. Setelah malunyah gerakan berikutnya adalah manyimbua. Gerakan manyimbua dilakukan dengan tujuan untuk meratakan kembali bagian tanah yang belum rata.

Setelah tanah sawah sudah rata, gerakan selanjutnya adalah batanam atau menanam benih padi. Dalam gerakan batanam terdapat dua macam gerakan. Yang pertama gerakan membagi-bagikan benih kepada orang-orang yang nantinya akan menanam atau disebut dengan kakcik tobo yang ketek, kemudian dilanjutkan dengan gerakan menanam benih. Setelah gerakan menanam padi selesai selanjutnya adalah besiang atau menyiangi. Dalam menanam padi, menyiangai adalah istilah untuk kegiatan mencabut gulma atau tanaman liar yang berada di sela-sela tanaman agar tidak menggangu pertumbuhan padi dan sekaligus menggemburkan tanah.

Semua gerakan-gerakan tari dari awal sampai akhir merupakan aktivitas rutin yang biasa dilakukan masyarakat Padang Laweh, sebab sebagian besar masyarakat adalah petani padi. Kegiatan bertani, bergotong-royong, berbincang-bincang, bernyanyi dan berpantun di tegah sawah kemudian dikemas oleh masyarakat menjadi kesenian tari yang memiliki keunikan dan keindahan gerak. Tidak hanya tentang gerakan, bunyi-bunyian yang menjadi pengiring tarian  juga membuat setiap gerakan menjadi lebih bernyawa. Bunyi-bunyian itu berasal dari permainan talempong diawal tarian, kemudian bunyi hentakan-hentakan kaki dan cangkul, sahut-sahutan  dan nyanyian yang dilantunkan oleh penari.

Saat ini grub-grub Kesenian Baombai sudah semakin jarang ditemukan, hal ini terjadi karena Kesenian Kaombai hanya diminati oleh ibu-ibu. Sedangkan  anak perempuan dari kalangan generasi muda banyak yang tidak tau atau kurang minat untuk mempelajari kesenian ini. Salah satu grub kesenian yang masih bertahan adalah grub Kesenian Baombai Rumpun Malayu. Meskipun demikian, pemerintah kabupaten Sijunjung sangat berharap Kesenian Tari Baombai dapat terus dilestarikan masyarakat terutama oleh generasi muda sebagai pewaris budaya di padang laweh khususnya, kabupaten sijunjung umumnya. Pemerintah Kabupaten Sijunjung mendukung agar tari baombai ditetapkan sebagai warisan budaya nasional tak benda dari kabupaten Sijunjung Sumatra barat.

Apa yang dilakukan oleh masyarakat Nagari Padang Laweh dalam mengembangkan budaya gotong royong atau batoboh menjadi sebuah kesenian adalah bentuk usaha dalam mempertahankan budaya yang semakin tergerus oleh zaman. Sebagai generasi penerus kita sama-sama memiliki tanggung jawab dalam melestarikan dan memberdayakan kebudayaan yang ada di Indonesia .

 

 



BACA JUGA