Surau Tinggi Calau : Peninggalan Sejarah Islamdi Nagari Muaro, Sijunjung

--

Minggu, 27/11/2022 17:12 WIB
Surau Tinggi Calau

Surau Tinggi Calau

Oleh SyaedAlqivari

Pendahuluan

Surau merupakan salah satu unsur penting didalam sebuah nagari. Hal tersebut terbukti dalam kato pusaka Minang babalaibamusajik, basukubanagari, bakorongbakampuang, balabuahbatapian, basawahbaladang, bagalanggangpamedanan, bapandambapakuburan. Di Minangkabau surau menjadi tempat sarana belajar agamadan berfungsi sebagai lembaga sosial masyarakat. Dalam sejarah, surau pertama kali menjadi lembaga pendidikan tradisional dimasyarakat dikembangkan oleh SyeikhBurnahundin di Ulakan, Pariaman. Pada perkembangan selanjutanya surau terus tumbuh dan berkembang, terlebih pada akhir abad 19 yang mana Tarekat berkembang pesat dalam kehidupan umat islam di Minangkabau. Surau banyak menyimpan data penting atas sejarah islam, salah satunya Surau Tinggi Calau di Nagari Muaro, Sijunjung.

Surau Tinggi Calau adalah salah satu surau yang menggunakan tarekat Syatariah di Minangkabau. Pada masanya surau Calau merupakan  pusat pengajaran islam yang maju, salah satu buktinya yaitu dengan ada banyaknya peninggalan manuskrip di surau ini. Sejarah berdirinya surau calau tidak terlepas dari peranan Syeikh Abdul Wahab, yaitu seorang ulama besar yang menyebarkan islam yang berpusat di Calau, SubarangSukam, Nagari Muaro, Sijunjung. Dalam menyebarkan agama islam beliau mendirikan surau yang kemudian bernama Surau Tinggi.Syeikh Abdul Wahab adalah ulama yang menyebarkan Islam sekitar abad 17. Beliau mengajarkanislam yang berpedoman pada MahzabSyaifii dengan aliran tarekat Syattariah. Pada saat itu beliau sudah memilki 450 murid. Diketahui bahwa Syeikh Abdul Wahab adalah murid dari syeikhTibarau.

Berdirinya Surau calau tinggi memilki hubungan dengan sungai batang kuantan yang mana dalam sejarah sebelum syeikhAbdul Wahab, dahulu ada seorang syeikh bernama Amiluddin, seorang yang pertama kali mengajarkan islam di Sijunjung pada abad 16. SyeikhAmiludin belajar mendalami agama ke Taram, Kabupaten Lima Puluh Kota. Selepas belajar disana, beliau pergi merantau ke Siak, Riau  untuk dalam rangka mengembangkan agama islam. Disana ia memperoleh murid dan kembali ke sijunjung yang mana melewati batang Kuantan. Saat di jorong Pudak beliau mendirikan surau untuk tmpat mengajar.

Pada saat abad 17 , syeikhAmiludin mengutus Syeikh Abdul Wahab. Datangnya syeikhAbdul Wahab di calau adalah dengan cara yang unik, yaitu dengan menghanyutkan batu apung di sepanjang aliran batang sukam. Pada saat batu itu berhenti pada satu titik, maka wilayah tersebut menjadi tempat baru untuk tempat mengembangkan ajaran agama. Batu yang dihanyutkan berhenti di jorong SubarangSukam, Calau. Dengan artinya Calau menjadi tempat baru dalam mengembangkan agama untuk Syeikh Abdul Wahab.

Surau Tinggi Calau adalah surau yang memiliki banyak peninggalan sejarah. Memiliki bentuk yang khas, surau ini tidak terlihat seperti rumah ibadah pada umumnya. Surau Tinggi Calau juga menyimpan naskah kuno yang memuat berbagai bahasa. Akan tetapi naskah tersebut tidak terawat yang dikarenakantidaktahuan masyarakat akan isi dan makna dari naskah tersebut.

Dilansir dari Kemendikbud.go, naskah kuno tersebut berisi berbagai konteks diantaranyaNazam Ulakan, Silsilah Syatariah Surau Tinggi Calau, Ajaran Tuanku Abdurrahman al-Syattari, Hikayat Sijunjung, Kaji Tubuh, Syair Johan Perkasa Syah  Alam dari Pamansiangan dan yang lainnya.

Dari pernyataan diatas dapat kita ketahui bahwa dari Surau Tinggi Calau ini banyak menyimpan sejarah baik yang berkaitan dengan islam maupun daerah Sijunjung itu sendiri.

Surau tinggi calau menjadi bukti sejarah dari perjuangan dari syeikh Abdul Wahab dalam mengajarkan islam di nagari Muaro, Sijunjung.Karena manyimpan sejarah yang penting, BPCB Batusangkar telah menjadikan Surau Tinggi calau sebagai cagar budaya.

Surau Tinggi calau memegang pernana penting dalam perkembangan islam di Sijunung. Dalam surau ini menyimpan begitu banyak arsip dan manuskrip kuno  yang tak ternilai harganya. Naskah naskah tersebut menambah khasanahpernaskahan tentang Islam di Indonesia.Diantara naskah tersenut ialah tentang fiqih, Tasawuf, Nahu syaraf, Sejarah, obat-obatan, dan tentang silsilah.

Berdasarkan arsitekturnya, surau tinggi calauterlihat berbeda dengan surau lain, surau ini memiliki atap seperti gonjong rumah gadang. Dindingnya terbuat dari kayu yang dilapisi paduan warna biru, putih dan coklat. Layaknya rumah gadang, surau tersebut juga ditinggikan dari tanah sehingga memiliki kolong. Kolong tersebut ditutup menggunakan kayu secara vertikal. Atap surau ditutup menggunakan seng dan tangga dari keramik.

Surau ini di topang oleh 20 tiang dan memilki lantai terbuat dari papan. Surau juga dilengkapi dengan 7 jendela yang tersebar pada 4 sisi bangunan.

Ruangan dalam surau terbagi atas lanjar dan ruang yang mana ditandai dengan tiang. Lanjar sendiri adalah deratan tiang depan dan belakang sedangkan ruang merupakan bagian antara tiang kiri dan kanan. Secara total surau memiliki masing 3 lanjar dan ruang. Secara matematika, ukuran denah surau berukuran 537,99 m X 964 m dengan luas lahan 13.015 m2.

Pada beberapa bagian surau terdapat ragam hias dekoratif pada ukiran kayu seperti bada bgaiansingokdiataskunsen pintu, diatas dan dibawahkunsen jendela dan diatas kamban-kamban. Ukiran tersebut bermotif flora, suluran, dan geometris.

Pada perkembangannya surau ini pernah dibakar oleh kolonial belanda pada tahun 1940 karena dianggap sebagai bentuk mobilisasi massa, lalu kembali direnovasi oleh masyarakat dengan gotong royong. Terdapat beberapa perubahan yaitu yang mulanya atapnya dari ijuk ditukar dengan seng. Dalam perkembangannya surau ini telah mengalami 4 kali renovasi.

Didalam surau terdapat kelambu putih yang mana digunakan untuk bersuluk pada bulan ramadhan.didalam juga tersimpan puluhan manuskrip dan kitab kuno yang menjadi landasan bagi jamaah belajar agama. Disana juga terdapat silisalah yang menjelaskan silisalahsyeikhabdulwahab hingga nabi muhamad. Dalam silisalah tersebut nabi muhamad menempati urutan pertama dan syeikhabdulwahab pada urutan ke 33.

Surau tinggi calau memiliki peranan yang besar pada nagari muaro. Selain digunakan sebagai tempat ibadah, surau juga digunakanan sebagai tempat tinggal. Untuk menjaga dan merawat surau, pernah ada 9 orang khalifah ditunjuk yaitu Syeikh Abdul Wahab, Syeikh Jalaluddin, Syeikh Ahmad, Gayek Usman Bagindo Katik, Angku Kuniang, Jangguik, MalinMudo, dan MalinMancayo, Angku Kamaluddin, Imam Kopa dan Buya Khairuddin, dan Umar SL TK Mudo.

Disamping surau juga terdapat tempat whudu yang berbentuk air pincuran tujuh. Pada sisi barat mihrab surau tinggi calau, terdapat makam dari syeikhabdulwahab. Pada setiap bulan rajab dan syaban makan syeikhabdulwahab banyak dikunjungi oleh pengikut tarekat sattariahdari berbagai tempat seperti bengkulu, jambi, riau dan lainnya.

Syeikh Abdul Wahab banyak meninggalkan kitab kitab yang ditulis tangan, tongkat dari manau sonsang, dan tongkat besi. Disamping itu beliau juga meninggalakantopi beragam motif, jam dinding, uang logam, tasbih, cincin, dan anak kunci lemari kuno.

Pada masa sekarang surau sudah lapuk dimakan usia, banyak bangunan yang dimakan rayap. Surau juga hanya ramai digunakan pada saat bulan ramadhan saja. Selain bulan ramadhan surau hanya berisi orang tua yang shalat.

Sebagai sumbar sejarah, surau tinggi calau dikelola oleh BPCB dengan nomor invetaris 09/BCB-TB/A/17/2007 .selain menjadi objek wisata religi, surau juga menjadi objek wisata budaya yang ramai dikunjungi oleh wisatawan.



BACA JUGA