
-
OLEH Zulfikarni (Mahasiwa S3, Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Negeri Padang)
PANDEMI Covid-19 telah mengubah banyak terutama dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia di semua tingkat. Melalui pemanfaatan teknologi yang terus semakin maju dan tersedianya berbagai faslitas memungkinkan kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara luring maupun daring pada masa pandemi.
Sekarang pandemi sudah dapat dikatakan berlalu, namun kegiatan pembelajaran masih dapat dilaksanakan secara luring maupun daring dengan memanfaatkan semua media pembelajaran yang memungkinkan dapat digunakan oleh guru maupun siswa.
Melalui pembelajaran Bahasa Indonesia siswa diharapkan memiliki kemampuan berbahasa Indonesia yang baik dan benar serta dapat menghayati bahasa dan sastra Indonesia sesuai dengan konteks komunikasi baik lisan maupun tulisan. Agar pembelajar bahasa terampil dalam berkomunikasi.
Maka dalam hal ini, guru/dosen dituntut untuk dapat melakukan berbagai inovasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan hasil yang diharapkan lebih maksimal baik itu secara daring maupun luring. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan merancang penyusunan materi pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan pembelajaran berbasis tugas baik pembelajaran yang dilaksanakan secara daring maupun luring.
Pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis tugas (task-based language. teaching) merupakan metode pembelajaran bahasa yang menggunakan seperangkat tugas sebagai kegiatan inti untuk merencanakan, menyusun bahan/materi, dan aplikasi dalam pembelajaran bahasa dan dapat dilaksanakan secara daring maupun luring sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pada masa pascapandemi ini. Penugasan menjadi pokok utama pembelajaran bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Melalui pembelajaran berbasis tugas ini siswa diharapkan mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, seperti cara mewawancarai seorang ahli, cara meminjam, menawarkan suatu produk,seperangkat tugas sebagai kegiatan inti untuk merencanakan, menyusun bahan/materi, dan aplikasi dalam pembelajaran bahasa dan dapat dilaksanakan secara daring maupun luring sesuai dengan kebutuhan pembelajaran pasa masa pascapandemi ini. Penugasan menjadi pokok utama pembelajaran bahasa untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Melalui pembelajaran berbasis tugas ini siswa diharapkan mampu berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, seperti cara mewawancarai seorang ahli, cara meminjam, menawarkan suatu produk, meyakinkan orang lain, menyampaikan rasa sedih dan gembira, memberikan pujian pada orang lain, bersosialisasi dengan orang baru dan berkomunikasi untuk kepentingan lainnya sesuai dengan konteksnya.
Pembelajaran bahasa berbasis tugas bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bereksperimen dan mengeksplorasi bahasa lisan dan tulisan melalui pembelajaran. Kegiatan yang dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam penggunaan bahasa yang praktis dan fungsional untuk tujuan yang bermakna. Peserta didik didorong untuk mengaktifkan dan menggunakan bahasa apapun dalam proses menyelesaikan tugas.
Pemberian tugas juga akan memberikan konteks yang jelas dan terarah untuk pengajaran dan belajar tata bahasa dan fitur bahasa lainnya serta keterampilan berbahasa. Secara keseluruhan, peran pembelajaran bahasa berbasis tugas adalah untuk merangsang keinginan alami pada peserta didik untuk meningkatkan bahasa mereka. Melalui kompetensi yang dimiliki akan menantang mereka untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berarti.
Pembelajaran bahasa berbasis tugas (task-based language teaching) merupakan metode pengajaran bahasa yang menggunakan tugas-tugas sebagai unit inti untuk merencanakan dan menyusun bahan/materi dalam pembelajaran bahasa.
Dengan kata lain, pertama, pengajaran bahasa adalah penggunaan tugas-tugas sebagai cara untuk mencapai tujuan pengajaran. Berdasarkan definisi tersebut, PBBT menekankan pada perolehan makna bahasa daripada perolehan aturan (bentuk) bahasa. Kedua, tugas mengharuskan pembelajar memperoleh kemampuan komunikatif sebagai tujuan dan hasil belajar. Ketiga, tugas meningkatkan kemampuan linguistik melalui konteks komunikasi alamiah.
Inti untuk merencanakan dan menyusun bahan/materi dalam pembelajaran bahasa. Dengan kata lain, pertama, pengajaran bahasa adalah penggunaan tugas-tugas sebagai cara untuk mencapai tujuan pengajaran. Berdasarkan definisi tersebut, PBBT menekankan pada perolehan makna bahasa daripada perolehan aturan (bentuk) bahasa. Kedua, tugas mengharuskan pembelajar memperoleh kemampuan komunikatif sebagai tujuan dan hasil belajar. Ketiga, tugas meningkatkan kemampuan linguistik melalui konteks komunikasi alamiah. Keempat, tugas dirancang sebagai kegiatan kelas yang berhubungan dengan kegiatan keseharian.
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan pendekatan berbasis tugas ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu tugas sebagai target dan tugas pedagogik. Tugas sebagai target mengacu pada penggunaan bahasa dalam kegiatan sehari-hari di luar ranah pembelajaran dan disesuaikan dengan kontek komunikasi, sedangkan tugas pedagogik mengacu pada penggunaan bahasa dalam pembelajaran di kelas baik lisan maupun tulisan.
Dalam melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis tugas secara daring maupun luring ini guru/dosen diharapkan dapat menyesuaikan materi yang dirancang dengan kebutuhan komunikasi siswa atau kontek momunikasi. Tugas yang dirancang hendaklah mempertimbangkan ketersedian media dan sarana yang memadai baik itu untuk pembelajaran yang dilaksanakan secara luring maupun daring. Selanjutnya, hal yang perlu dipertimbangkan adalah kemudahan dalam melakukan penilaian/mengukur tugas yang diberikan kepada mahasiswa/siswa.
Selanjutnya rancangan materi yang disiapkan untuk pembelajaran berbasis tugas ini haruslah memiliki empat karakteristik utama. Pertama, makna dari bahasa yang diekspresikan itu penting dan jadi prioritas. Kedua, ada tujuan yang harus dicapai dari tugas yang diberikan. Ketiga, rancangan kegiatan belajar atas tugas yang diberikan harus bisa dievaluasi hasilnya. Keempat, rancangan kegiatan belajar harus berhubungan dengan kegiatan keseharian atau fungsi komunikasi dalam kehidupan nyata. Keempat karakteristik tersebut secara jelas memberi penekanan pada perolehan makna dari bahasa yang digunakan harus sesuai dengan konteks dan berkaitan dengan kehidupan nyata.
Banyak hal yang telah diterapkan pada pemberian tugas sebagai kegiatan untuk pembelajaran bahasa. Yang terpenting adalah penekanan pada komunikasi dan penyelesaian. Pemberian tugas harus mengkomunikasikan informasi untuk membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan mencapai hasil. Mereka harus akurat dan komprehensif dalam berkomunikasi. Suatu tugas dianggap selesai jika tugas ini haruslah memiliki empat karakteristik utama.
Pertama, makna dari bahasa yang diekspresikan itu penting dan jadi prioritas. Kedua, ada tujuan yang harus dicapai dari tugas yang diberikan. Ketiga, rancangan kegiatan belajar atas tugas yang diberikan harus bisa dievaluasi hasilnya. Keempat, rancangan kegiatan belajar harus berhubungan dengan kegiatan keseharian atau fungsi komunikasi dalam kehidupan nyata. Keempat karakteristik tersebut secara jelas memberi penekanan pada perolehan makna dari bahasa yang digunakan harus sesuai dengan konteks dan berkaitan dengan kehidupan nyata.
Banyak hal yang telah diterapkan pada pemberian tugas sebagai kegiatan untuk pembelajaran bahasa. Yang terpenting adalah penekanan pada komunikasi dan penyelesaian.
Pemberian tugas harus mengkomunikasikan informasi untuk membuat keputusan, menyelesaikan masalah, dan mencapai hasil. Mereka harus akurat dan komprehensif dalam berkomunikasi. Suatu tugas dianggap selesai jika ada keputusan, masalah diselesaikan, dan hasil dicapai. Tugas pemecahan masalah, misalnya, dapat berasal dari pembelajaran daring atau panduan bentuk lain yang didaringkan.
Dosen/guru dapat memberikan tugas kepada mahasiswa/siswa, baik secara individu maupun kelompok dan memastikan informasi yang diperlukan terdistribusi dengan baik melalui media online. Dosen juga harus memastikan bahwa bahan/materi yang didaringkan juga mudah diakses oleh mahasiswa. Dengan demikian PBBT melalui pembelajaran daring dapat berjalan dengan baik. Tugas yang diberikan harus otentik dan sesuai kondisi sosial mahasiswa dalam pembelajaran bahasa.
Aturan dasar pembelajaran bahasa adalah peserta didik menginternalisasi bentuk dan fitur yang siap untuk dipelajari perkembangannya. Namun, item-item yang sulit diketahui ini tidak berkembang dalam urutan dan tahapan, seperti halnya untuk item yang terdiri dari pengembangan pertanyaan. Sebagai gantinya, konteks untuk penggunaannya muncul pada awal perkembangan pembelajar.
Oleh karena itu, kehadiran pembelajaran daring dapat dimanfaatkan dengan maksimal dalam PBBT, khususnya memudahkan penyajian bahan/materi, perluasan akses pembelajar, dan memudahkan para mahasiswa mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya. Mengaktifkan proses pembelajaran daring telah menjadi tujuan mulia para dosen.
Untuk lebih memajukan keaslian tugas, mahasiswa dapat didorong untuk melihat hubungan antara melaksanakan tugas dan mencapai tujuan akademik, profesional, atau pekerjaan yang lebih besar. Tugas kelas harus dirancang dengan mempertimbangkan kondisi ini. Mereka harus mudah diproduksi dan diimplementasikan, dengan arahan yang mudah diikuti.
Namun, item-item yang sulit diketahui ini tidak berkembang dalam urutan dan tahapan, seperti halnya untuk item yang terdiri dari pengembangan pertanyaan. Sebagai gantinya, konteks untuk penggunaannya muncul pada awal perkembangan pembelajar.
Oleh karena itu, kehadiran pembelajaran daring dapat dimanfaatkan dengan maksimal dalam PBBT, khususnya memudahkan penyajian bahan/materi, perluasan akses pembelajar, dan memudahkan para mahasiswa mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya. Mengaktifkan proses pembelajaran daring telah menjadi tujuan mulia para dosen.
Untuk lebih memajukan keaslian tugas, mahasiswa dapat didorong untuk melihat hubungan antara melaksanakan tugas dan mencapai tujuan akademik, profesional, atau pekerjaan yang lebih besar. Tugas kelas harus dirancang dengan mempertimbangkan kondisi ini. Mereka harus mudah diproduksi dan diimplementasikan, dengan arahan yang mudah diikuti. Format mereka harus dapat disesuaikan dengan produksi tugas baru sehingga desain tugas yang diselesaikan dapat berfungsi sebagai tempat untuk tugas di masa depan.
Selain itu, pemberian tugas melalui pembelajaran daring memberikan peluang penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan informasi secara cepat dan akurat.
Hal itu juga sebagai upaya mencapai hasil belajar yang maksimal, hasil belajar yang sangat dinginkan mahasiswa dan dosen. Namun, hal itu tidak mudah dilakukan karena membutuhkan komitmen antara dosen/guru dan mahasiswa/siswa. Harus ada kepercayaan dengan kewajiban dan tanggung jawab masing-masing. Para dosen dan mahasiswa akan mendapatkan informasi yang memadai, lebih profesional, dan terlihat relevan satu sama lain. Dengan demikian, akan muncul peluang untuk kolaborasi dan kerja sama yang lebih besar.
Selama dosen/guru dan mahasiswa/siswa menemukan cara untuk bekerja bersama di kelas (luring) maupun penugasan di luar kelas (daring), dan tetap berkomitmen untuk hubungan jangka panjang dengan pelajar bahasa, maka akan selalu selalu ada harapan bagi pembelajar Bahasa Indonesia untuk lebih baik dari sebelumnya dalam berkomunikasi untuk berbagai kepentingan dan sesuai dengan kontek komunikasi itu sendiri.