
Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat, Fatmawati, ST, M.Eng mengikuti virtual meeting pembukaan Pengabdian Masyarakat secara Serentak se-Indonesia. Foto Dok
Laporan Lismomon Nata
Pagi jelang pikuk. Pada Sabtu (5/2 2022) lalu lintas Kota Padang belum bising. Tiga mobil rombongan bertolak dari Kantor Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat di Jalan Khatib Sulaiman Padang. Ada istimewa pagi itu. Rombongan BKKBN Sumatera Barat ini menuju titik sasar yang selama ini belum pernah didatangi, yaitu Rumah Tahanan (Rutan) Kelas II B Padang yang berada di Jalan Anak Aie, Batipuah Panjang, Koto Tangah, Kota Padang, Sumatera Barat.
Kendati hari Sabtu merupakan hari libur kerja, tapi tetap membuat kami senang karena yang dituju dalam program Bangga Kencana (pembangunan keluarga, kependudukan dan keluarga berencana) ini ialah warga binaan Rutan Kelas II B Padang yang tentu saja pendekatannya agak khusus.
Terutama bagi saya, kegiatan di rutan merupakan pengalaman yang luar biasa. Ini pertama kalinya saya belajar bersama dan berbagi pengalaman dengan lebih kurang 218 orang warga binaan di lapas perempuan yang berada dalam lokasi Rutan Kelas II B Padang. Latar belakang mereka sebagai warga binaan di rutan ini, secara persuasif membutuhkan komunikasi yang terbuka.
Di rutan ini menemui 218 orang warga binaan, saya mendapatkan pengalaman membatin saat bekerja. Hampir lebih kurang 16 tahun saya menggeluti proses belajar mengajar (formal-informal) secara intens sebelum menjadi ASN. Pengalaman sebagai mengajar di LPK Adzkia, Bimbel Nurul Fikri (NF), dari mentor berikat hingga penanggung jawab NF Gajah Mada, dosen terbang di beberapa Akper, sekolah tinggi atau universitas. Tapi, di Rutan Kelas II B Padang menjadi sesuatu banget dalam diri saya.
Pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat secara serentak se-Indonsia kolaborasi antara BKKBN, Kagama-Dok (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada Kedokteran), Asosiali Rumah Sakit TNI-Polri, Kagama (Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada), Koseindo, YHKI, Kemenkumham dan komponen lain yang dilakukan di Sumatera Barat dengan lokus yang dipilih Rutan Kelas II B Padang.
Kegiatan bakti sosial tersebut ada beberapa kegiatan, seperti pengobatan massal, vaksinasi Covid-19, pelayanan KB, Iva tes dan penyuluhan pentingnya kesehatan reproduksi (kespro) dan berbagi pengalaman tentang bahaya napza. Data yang didapat pihak Rutan Kelas II B Padang di lapas perempuan 80 persen warga binaan tersandung kasus narkoba.
Mobil kami melesat menelusuri jalan pinggiran kota, Jalan Anak Air, Batipuh Panjang. Ketika memasuki kawasan Batipuah Panjang ini masih terasa keasrian dan suasana alam perkampungan, sawah-sawah, lalu bukit mengelilinginya. Menjelang memasuki bangunan besar berbentuk persegi yang berwarna abu-abu kombinasi merah maron, terlihat umbul-umbul KB, spanduk sebagai ciri sedang adanya kegiatan KB. Itulah bangunan Rutan Kelas II B Padang.
Di halaman parkir sebelah pintu gerbang masuk rutan, terlihat sebuah tenda pleton berdiri. Tenda ini tersebut tempat pelayanan KB bagi pasangan usia subur (PUS) pada masyarakat sekitar. Kami menuju pintu masuk rutan, yaitu sebuah pintu yang terbuat dari plat besi tebal yang tertutup rapat. Sesegera mungkin minta izin untuk dapat masuk dengan cara mengetuk pintu tersebut.
Sejurus kemudian, sipir lapas mengintip dari sebuah lubang yang ia buka dari dalam. Setelah mengetahui identitas, maksud dan tujuan kami barulah petugas membukakan pintu dalam ukuran secukupnya yang cuma untuk ukuran badan saja, Kedua pintu itu terikat dengan rantai besi. Masing-masing kami diberikan kartu visitor.
Setelah melewati ruang masuk pertama, terlihat sebuah halaman ukuran persegi yang cukup luas. Beberapa langkah dari pintu ruang pertama menuju halaman, terlihat sebuah garis merah yang di lantai bertuliskan ‘Batas Steril’. Tidak beberapa jauh, terlihat taman dengan kolam ikan yang berornamen sebuah kapal pinisi.
Kemudian kembali mesti melewati sebuah pagar berputar, sehingga mesti masuk hanya bisa untuk dilalui hanya satu orang saja. Di sebelah kanannya terlihat sebuah masjid yang berdiri bagus dengan cat cerah. Setelah beberapa waktu kegiatan berlalu, saya menyempatkan diri ke masjid tersebut. Tempat ibadah yang bersih dan nyaman. Kami bergerak ke arah kiri dan di sepanjang jalan terlihat tenda pleton berdiri berjejer.
Penulis melakukan komunikasi informasi dan edukasi pentingnya kesehatan reproduksi, sehat mental dan sosial dalam kehidupan di depan ratusan warga binaan lapas Padang. Foto Dok
Kami, tim Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar dibagi tugas. Saya ditugaskan oleh pimpinan memberikan komunikasi informasi dan edukasi kesehatan reproduksi (Kie Kespro) pada warga binaan perempuan lapas. Setelah dari paginya mereka diberikan informasi oleh penjaga lapas bahwa hari itu akan ada kegiatan, maka mereka bersiap-siap, hampir semua warga binaan ikut serta. Terlihat mereka menggunakan baju kaos yang telah disediakan panitia, mengenakan jilbab bagi yang muslim. Saya mengamati, mereka bersolek dan di wajahnya terlihat rasa senang.
Hal ini senada dengan ungkapan salah seorang pimpinan lapas perempuan tersebut. Ia menggungkapkan kepada saya bahwa warga binaan sangat senang bila ada kegiatan di lapas. Biasanya di sana pun memang sudah ada juga kegiatan-kegiatan pemberian life skill sebagai ‘bekal’ ketika mereka nanti kembali ke tengah-tengah masyarakat.
Kegiatan kami dilakukan secara cair, santai tapi serius. Ada dua topik, yaitu saya memberikan informasi terhadap pentingnya menjaga kesehatan reproduksi, mental dan sosial. Kemudian adik-adik Genre (Duta Generasi Berencana) berbagi pengalaman tentang pengalaman hidup mereka.
Kami tim mempersiapkan beberapa hadiah, seperti handuk kecil, payung dan tumbler botol minuman, serta baju kaos yang diberikan selama kegiatan. Bagi peserta yang dapat menjawab pertanyaan, berbagi pengalaman, dapat bingkisan. Contohnya inisiatif dari, ‘Uni OD’—sebut saja begitu—yang menceritakan bagaimana ia terlibat narkoba dan terinveksi HIV/AIDS. Sementara suaminya meninggal setelah terinveksi virus ganas dan mematikan ini. Ada juga yang warga binaan berbalas pantun, dan ada juga yang bernyanyi.
Rasa membatin ketika kita bersama bernayanyi bersama lagu ‘Harta Berharga’, soundtrack film “Keluarga Cemara” kita disuarakan. Beberapa warga binaan meneteskan air matanya. Hati mereka meluap dan mungkin saja merindukan keluarga mereka di luar sana. Hampir semua warga binaan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan tersebut.
Setelah saya memberikan materi, saya menepi, berdiri di pintu besi keluar ruangan yang tertutup. Di sana berdiri seorang perempuan yang memakai baju sama dengan peserta lainnya. Saya mengetahui bahwa perempuan tersebut juga merupakan salah seorang warga binaan. Saya bertanya: Apakah ia tadi ikut dalam kegiatan? Ia menjawab: Iya.
Lalu kami sempat bercerita sebentar. Sebut saja namanya ‘Uni RN’. Ia terlibat dengan enam temannya yang lain kasus perampokan. Dia dan satu temannya lagi perempuan dan selebihnya laki-laki. Ia mendekati hampir habis masa pembinaannya. Lalu saya menanyakan bagaimana kesannya mengikuti kegiatan tersebut? Ia menjawab sangat senang dan mendapatkan pengetahuan baru. Sebab ia pun mengakui hanya sampai di bangku SD. Saat ia masuk lapas itu, ia masih umur belasan tahun.
Ada beberapa pembelajaran yang saya dapatkan. Pertama bagaimana mereka sesame warga binaan memiliki solidaritas yang cukup kuat. Contohnya cerita yang disampaikan oleh salah seorang penjaga lapas bahwa dulu sebenarnya ada niat dari pihak lapas para ODHA (Orang dengan HIV/AIDS) dipisahkan dari sel warga lainnya, namun teman-teman mereka menolak. Di samping itu, ada juga cerita dari penjaga lapas bahwa mereka itu dapat berperilaku bersih. Di mana di tengah-tengah sesaknya ruang sel, namun mereka dapat mempertahankan kebersihan ruangan tersebut.
Di sana mereka diperlakukan dengan baik, humanis, seperti halnya tujuan awal kegiatan ini bahwa tentu sudah semestinya menjadi hak setiap warga negara Indonesia mesti mendapatkan informasi tentang hak-hak reproduksi meskipun mereka berada di luar tempat umum. Namun tentu suatu saat akan kembali ke tengah-tengah keluarga mereka dan masyarakat.
Semoga melalui kegiatan ini memberikan pengetahuan dan peningkatan pemahaman untuk pentingnya memperhatikan dan menjaga kesehatan reproduksi, kesehatan mental dan sosial dalam kehidupan agar menjadi insani yang sehat. ***
Lismomon Nata, S.Pd, M.Si, CHt kini sebagai Sub Koordinator Kesehatan Reproduksi Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat