Mengumpulkan Kenangan Masa Lalu Bersama Lala Bohang dan Lara Nuberg

17000 PULAU IMAJI-ERASMUS HUIS

Sabtu, 28/08/2021 23:14 WIB
-

-

Jakarta, sumbarsatu.com—Indonesia dan Belanda memiliki keterkaitan dan keterikatan yang menyimpan banyak sejarah. Interaksi yang terjadi antara rakyat Indonesia dan pendatang Belanda di Nusantara selama 350 tahun di masa lampau, melahirkan peleburan dalam berbagai lini kehidupan.

Kolonialisme yang berlangsung di Hindia Belanda (nama Indonesia di masa itu) tidaklah melulu hitam putih antara penjajah-terjajah, baik-jahat, superior-inferior. Selalu ada wilayah “antara” atau “abu-abu” yang memungkinkan oposisi tersebut melebur dan tumpang tindih.

Ada banyak penelitian, tulisan, dan berbagai produk seni yang belakangan meninjau lagi hubungan kedua negara. Merupakan hal yang selalu menarik untuk mengulik sudut-sudut sejarah yang tidak tersentuh untuk mencari keterkaitan yang lebih dalam dari sekedar objek dan subjek penjajahan.

Buku The Journey of Belonging hasil kolaborasi antara Lala Bohang dan Lara Nuberg merupakan bukti nyata dari bagaimana keterikatan sejarah yang terjadi antara Indonesia dan Belanda adalah hal nyata yang dalam, yang teraplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, yang secara perlahan dan pasti berubah dan diakuisisi sebagai bagian dari kekayaan budaya negara yang bersangkutan.

Isi tentang buku ini, menjadi bahasan menarik dalam diskusi Out of the Book: Collecting Memories Along The Journey yang diselenggarakan Yayasan 17000 Pulau Imaji dan Erasmus Huis pada Sabtu, 28 Agustus 2021 pukul 16.00 menghadirkan kedua penulis buku The Journey of Belonging: Lala Bohang dan lara Nuberg. Acara yang dilaksanakan secara daring ini bisa disaksikan di kanal Youtube @Pulau_Imaji.

“Dengan berkolaborasi bersama Erasmus Huis, kami ingin memulai suatu cara yang biasa dijalankan di klab-klab buku di mana pembaca dan penulis bisa bertemu dan berdiskusi. Inilah upaya kami untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Tentu saja sesuai dengan judulnya, yaitu Out of the Book, kami akan menampilkan topik-topik yang bermula dari buku dan telah mengelana ke banyak hal. Jika tidak dikarenakan pandemi, acara ini akan mempertemukan para pecinta buku, sayangnya karena masih masa pandemi, diskusi Out of the Book berlangsung virtual. Ke depannya, kami berharap bisa mengadakan lebih banyak acara perbukuan bersama Erasmus Huis,” ujar Laura Bangun Prinsloo, Ketua Yayasan 17000 Pulau Imaji.

“Erasmus Huis dimulai 51 tahun yang laludenganbuku, perpustakaankecil di Menteng, Jakarta dan tumbuhmenjadipusatbudaya yang dinamissepertisekarangini. Orang merasa dan merasakankebutuhanuntukmembaca, belajardariwawasanlain, untukmengetahuiapa yang terjadi di dunia disekitarmereka dan di tempat yang jauh. Kebebasanmenulis dan membacaadalah salah satupilardemokrasi dan oleh karenaitusangatpentingketikakitamembangun dunia kita,” demikianpernyataan Yolande Melsert, Direktur Pusat Kebudayaan Erasmus.

Dalam buku yang telahdialihbahasakankedalam Bahasa Indonesia denganjudul “PerjalananMenujuPulang’’ dan diterbitkan oleh GramediaPustaka Utama pencarianhubungandilakukanmelalui penelusuran sejarah keluarga masing-masing, yang punya keterkaitan secara tidak langsung satu sama lain, Lala Bohang dan Lara Nuberg mencoba merekonstruksi “sejarah” personalnya.

Bagaimana persinggungan keluarga mereka dengan berbagai narasi besar sejarah kedua negara. Leluhur Lala yang punya darah Belanda dan tinggal di Indonesia dengan leluhur Lara yang punya darah Indonesia dan tinggal di Belanda. Hasil rekonstruksi tesebut tentu bukan untuk menandingi atau membantah sejarah yang telah ditulis sebelumnya, namun untuk melihat perca-perca masa lalu di mana hubungan antar personal atau antar kultur tumbuh dan saling mempengaruhi satu sama lain.

Persinggungan ini tergambar sedari awal buku. Dalam pengantarnya diceritakan bagaimana Lala bercerita mengenai neneknya yang sering memasak sup brenebon Belanda yang berakulturasi dengan budaya Indonesia dan sekarang menjadi ciri khas dari jenis makanan dari Manado. Cerita yang membuat Lara mengerutkan kening dan bertanya-tanya jenis makanan apa itu.

Di sisi lain, Lara bercerita mengenai neneknya sering memasak makanan dengan cita rasa Indonesia, yaitu nasi goreng dan roti kukus atau yang lebih dikenal sebagai bolu kukus. Melalui diskusi inilah, kedua  penulis dipandu Lalitia Apsari, mendiskusikan sejumlah aspek dalam buku Journey of Belonging, termasuk soal proses kolaborasi kedua penulis dan berbagai bentuk tulisan yang ada dalam buku tersebut. SSCRel

 



BACA JUGA