Festival Bahari Rabab Pasisia, Hindari Pemeringkatan Juara

DIBUKA GUBERNUR SUMBAR

Sabtu, 07/08/2021 19:08 WIB
Festival Bahari Rabab Pasisia dibuka Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah ditandai dengan gesekan alat musik tradisi rabab pasisie bersama dengan Wakil Bupati Pessel, Rudi Hariyansyah, dan anggota DPRD Sumbar Muhayatul.

Festival Bahari Rabab Pasisia dibuka Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah ditandai dengan gesekan alat musik tradisi rabab pasisie bersama dengan Wakil Bupati Pessel, Rudi Hariyansyah, dan anggota DPRD Sumbar Muhayatul.

Sungai Nyalo, sumbarsatu.com—Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan menggelar iven budaya yang dilabeli dengan nama Festival Bahari Rabab Pasisia, yang digelar selama dua hari, 7-8 Agustus 2021 di  Sungai Nyalo, Kawasan Wisata Mandeh, Kecamatan Koto XI Tarusan.

Sebuah festival bukan dikesankan mencari juara dengan menggunakan peringkat seperti yang dilakukan selama ini. Seni tradis rabab dalam Festival Bahari Rabab Pasisia ini tak bisa dpaksakan mencari juara tapi memunculkan penampil terbaik itu masuk akal.  

Pada Sabtu (7/8/2021) Festival Bahari Rabab Pasisia dibuka Gubernur Sumatra Barat Mahyeldi Ansharullah ditandai dengan gesekan alat musik tradisi rabab pasisie bersama dengan Wakil Bupati Pessel, Rudi Hariyansyah, dan anggota DPRD Sumbar Muhayatul. 

Dalam sejarah tradisi masyarakat di pasisia, rabab merupakan salah satu kesenian musik khas Minangkabau yang diwariskan secara turun temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya.

Menurut Mahyeldi, rabab merupakan suatu media pembelajaran tentang kearifan budaya yang ada di Minangkabau.

“Upaya pelestariannya harus dilakukan secara berkesinambungan dengan sistematis dan terukur. Festival Bahari Rabab Pasisia ini diharapkan salah satu ikhtiar untuk merawat seni tradisi ini,” kata Mahyeldi.

Selain Festival Bahari Rabab Pasisia yang baru pertama kali dihajat ini, Pesisir Selatan juga setiap tahun menggelar Festival Langkisau yang berorientasi  penggalian potensi budaya, olahraga, dan pariwisata.

"Kita patut bangga kerena kesenian rabab ini merupakan salah satu kesenian khas Kabupaten Pesisir Selatan, dan tidak ada di tempat lain," kata Mahyeldi.

Kegiatan ini Festival Bahari Rabab Pasisia diikuti 20 orang parabab yang merupakan anggota Himpunan Seniman Babiola. Kegiatan ini untuk membuka kembali kecintaan masyarakat terhadap rabab.

Wakil Bupati, Rudi Hariansyah, Festival Bahari Rabab Pasisia ini terlaksana karena alokasi dana pokok pikiran (pokir) anggota DPRD Provinsi Sumatera, Muhayatul.

"Saya harap kolaborasi program antara Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Pesisir Selatan terus terjalin guna mendorong upaya pelestarian budaya dan pariwisataan, yang berdampak pada perekonomian masyarakat," kata Rudi Hariansyah.

Menurut almarhumah Adriyetti Amir (2006), ada beberapa bermacam permainan rabab yang tersebar di daerah Minangkabau yaitu rabab darek, rabab pariaman, dan rabab pasisie.

Rabab darek adalah rabab yang hidup di daerah darek (darat), di Kabupaten Tanah Datar, Limapuluh Kota, dan Agam. Rabab darek kurang terkenal di luar daerahnya. Rabab ini hanya diminati oleh khalayak dari daerah itu saja. Tidak seperti halnya rabab pasisia.

“Rabab piaman berkembang di daerah Piaman. Dalam rabab piaman, kaba yang akan diceritakan dalam pertunjukan rabab tidak ditentukan, boleh dipilih oleh tukang rabab itu atau oleh khalayaknya jika kaba tersebut sudah biasa dibawakan oleh tukang rabab itu,” tulis Adriyetti Amir, peneliti tradisi lisan Minangkabau dari FIB Unand ini.

Sementara rabab pasisie, tambahnya, juga merupakan suatu tradisi menceritakan kaba dengan diiringi alat musik mirip biola. Meskipun dari namanya tradisi ini bersifat lokal, namun ia dikenal hampir di seluruh wilayah Minangkabau.

Rabab Pasisie adalah dianggap memiliki ciri khas yang berbeda dengan rabab darek dan piaman. Pada rabab pasisia alat musik gesek biola yang dipengaruhi budaya Portugis. Rabab pasisia dianggap rabab yang paling bagus karena suara gesekan yang halus, lembut, dan mendayu-dayu dibandingkan dengan rabab yang lainnya.

Salah seorang pengamat seni pertunjukan, Nasrul Azwar, mengatakan, sebuah iven budaya dan seni tradisi masyarakat, dalam , yang dilabeli dengan sebuah festival, sangat tidak mungkin dilombakan.

“Festival Bahari Rabab Pasisia saya sarankan agar tidak membuat lomba-lomba karena standard an kriteria seni tradisi, seperti babiola atau barabab ini, sulit menentukan standar nilainya. Apalagi dipakai label juara 1, 2, 3 dan seterusnya. Festival itu sebuah perayaan penampilan kesenian tradisi masyarakat. Tak ada pakai juara-juara,” kata Nasrul Azwar.

Menurutnya, jika pun harus ada yang akan dipilih, maka ambil yang terbaik tanpa ada peringkat dan peringkingan juara. “Selama ini kita telah keliru memahami apa yang disebut dengan festival,” tegasnya. SSC



BACA JUGA