Cerita di Balik 167 Mahasiswa Unand

-

Minggu, 18/07/2021 19:36 WIB
Gerbang Universitas-Andalas

Gerbang Universitas-Andalas

OLEH Elfindri (Direktur SDGs Unand)

Berita yang diturunkan di media daring perihal mahasiswa Unand menarik dan tidak dapat diabaikan begitu saja. Penulis sebagai pendidik melihat berita itu serius untuk dutelusuri. Sekalipun Rektor Unand sudah mengklarifikasi berita mahasiswa yang mengundurkan diri dalam tanda kutip.

Banyak penjelasan yang sebenarnya mesti ditelusuri datanya. Sekalipun laporan sebanyak 167 mahasiswa dari dua fakultas. Artinya banyak jumlah lain yang belum terkuak.

Alasan ekonomi mahasiswa mungkin tidak banyak bisa kita percayai. Mengingat beasiswa tersedia dalam jumlah yang terbatas. Kajian kami menemukan secara nasional hanya 15 persen coverage beasiswa untuk hampir seluruh jenjang.

Jika kita sangsikan atau ragukan bahwa karena miskin juga tidak. Mengingat sekitar 5 persen anak yang berasal dari keluarga miskin untuk sampai ke jenjang Pergutuan Tinggi. Sebelumnya mereka sudah berhenti sekolah pada jenjang SMP dan SMA.

Menariknya info data yang diungkap memang sudah menjadi tugas wartawan. Tetapi kita mesti mampu menelusuri lebih lagi ada apa di belakang kejadian itu?

Kenapa di Fakultas Pertanian dan Fakultas Ilmu Budaya begitu banyak jumlah mereka yang mengundurkan diri itu? Apakah kita bisa dapat bagaimana pada jurusan yang sama yang berasal dari UNP atau UIN Imam Bonjol? Apakah juga fenomenanya sama? Mungkin bisa dilihat dan ditelusuri oleh kawan kawan lain.

Faktor lain bisa jadi karena kurangnya pemahaman mahasiswa sebelum masuk ke Perguruan Tinggi. Arahan kurang sehingga mereka memilih jurusan bikan karena passion tetapi karena syarat untuk lolos dengan passing grade rendah.

Bagi kami pribadi Fakultas Pertabnian dan FIB sama saja dengan jurusan lain. Sama-sama perlu namun mesti bersyarat.

Syaratnya apa? Passion mahasiswa ada pada jurusan itu. Tapi kalau sekadar passion juga tidak terlalu benar, jurusan-jurusan itu bisa jadi tidak menarik. Ketika mahasiswa sampai di Perguruan Tinggi mereka tidak melihat sesuatu harapan di kemudian hari. Posisi kami adalah pada dimensi itu.

Jika ingin pandai bertani, model sekarang tidak lagi kita perlu dalami ilmu tapi coba saja dan jika ada kesulitan maka media sosial tersedia YouTube dan platform lain. Mudah sekali.

Ditambah banyak mahasiswa yang masuk ke Fakultas Pertanian ia tidak mampu memenuhi satu aspek connecting management alias tidak sanggup berbuat di lapangan.

Ini berlaku juga bagi pendidik. Bagaimana yakin mahasiswa kalau dosennya juga tidak membuat mahasiswa yakin?. Ini berlaku untuk semua jurusan.

Kita memang memerlukan banyak ilmuwan, namun dunia sekarang sudah berubah. Ilmuwan memang terbatas diperlukan di lapangan kerja, yanv banyak adalah praktisi.

Untuk yang berpikiran simple, praktisi memerlukan proses pembelajaran di lapangan baik dalam bentuk magang ataupun jenis lainnya.

Refleksi mahasiswa mengundurkan diri banyak rahasia di belakangnya. Akhirnya pembuat berita telah membuat kita semestinya lebih kuat untuk berpikir. Begitulah suasan batin saat ini.

Bisa jadi mahasiswa mengejar jurusan karena obsesi cari uang bukan untuk mendalami sesuatu yang mereka memiliki talent dalam pengambilan keputusan.

Ini baru cerita Unand yang okelah masuk lapisan ke dua setelah PT yang relatif perform. Apalagi di PTS yang kelas amburadul. Ceritanya mesti lebih menarik lagi.***



BACA JUGA