Dokumentasi Seni “Dangau Studio”, Perupa Evelyna Dianita dan Perempuan Minangkabau

Senin, 30/12/2024 09:09 WIB
Evelyna Dianita

Evelyna Dianita

Padang, sumbarsatu.com—Eksistensi perempuan dan nilai-nilai  kebudayaan Minangkabau sangat kentara tampak pada seni rupa. Sebagian  besar karya-karya perempuan perupa Sumatera Barat Evelyna Dianita merepresentasikan perempuan Minangkabau dengan segala aspeknya.

Evelyna Dianita salah seorang perupa perempuan sapuan kuasnya kerap mengangkat tema-tema humanisme sosial perempuan Minangkabau. Inspirasinya dalam menuangkan kehidupan perempuan Minangkabau ke dalam kanvasnya tidak terlepas dari pembacaan dan pengalaman historis, terkait dengan sejarah sejak masa lampau. Tidak heran jika dalam lukisannya muncul figur-figur perempuan dengan latar Minangkabau tempo dulu lengkap dengan pakaian khas seperti baju kuruang basiba, selendang, hingga suntiang.

Menelusuri riwayat keluarga Evelyna, kita menemukan benang merah darah kesenian dari ayahnya, pelukis senior asal Sumatera Barat bernama Affianto Arifin. Kondisi itu mendukungnya untuk menikmati dan berkenalan dengan seni rupa sejak usia belia.

Ia pun sempat mengecap pendidikan di Sekolah Meneengah Seni Rupa (SMSR). Ia kemudian mulai mendedikasikan sebagian besar waktunya dengan aktif melukis sejak tahun 2000.

Pilihan dan konsistensinya tidak sia-sia. Seorang pengusaha dan pemilik Hotel Samudera di Padang Panjang bernama Wahyu tertarik dengan lukisan-lukisan dan proses berkarya Evelyna. Ia pun menawari perempuan perupa ini untuk melukis dan mengisi galeri tersebut. Tidak tanggung-tanggung, galeri kecil tersebut menampung hingga 50 karya lukis Evelyna.

Seperti narasi umum di kalangan pengkarya, lukisan-lukisan Evelyna ternyata belum berhenti untuk mengantar langkahnya lebih jauh. Ia terlibat dalam pameran "Pesona Ranah Minang" bersama pelukis senior Nasrul dan Minda Sari di Hotel Bumiminang, Padang.

Delapan karyanya bahkan terjual dalam kesempatan tersebut, sebagian besar judul lukisan itu memiliki karakter lokal yang kuat: “Oi Rabab Tolong Sampaikan”, “Episode Sesudut Desa”, “Malam-malam Baiko dan Bungo Kambang Sumarak Anjuang”, “Episode Sesudut Desa I”,

“Senandung Alu dan Lesung dan Gadih-gadih di Tepian”, “Bialah Saluang yang Menyampaikan,” “Tunggu Sejenak Nak”, “Babendi-bendi”, dan “Anak Daro”.

Selain itu, ia pun memiliki karya-karya favorit dengan judul “Dendang Nan Lah Hilang” tentang tradisi musik Minangkabau yang mulai memudar dan “Cindua Mato” yang berlandaskan pada kisah epik Minangkabau.

Melihat riwayat rekam jejak dan asal-usulnya, tidak mengherankan jika karyanya menjangkau penikmat seni hingga terjual di negeri-negeri nun jauh: Perancis dan Jerman. Saat ini, karya-karya Evelyna Dianita dapat dilihat di Studio Evelyna yang juga merupalan kediamannya serta di 89 Studio Gallery di daerah Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Selain aktif membuat karya fine art, Evelyna juga membuat lukisan yang berfungsi sebagai sovenir dalam jumlah besar. Baginya, proses berkarya berlangsung seumur hidup.

"Melalui seni, saya ingin mengabadikan kisah dan keindahan yang mungkin terlupakan, agar generasi mendatang tetap memahami akar budaya kita," ungkapnya. 

Dokumentasi VisualKlik di sini

Komunitas Dangau Studio Padang mencoba merekam perjalanan kreatif Evelyna Dianita dalam bentuk visual dokumen seni yang ditayangkan di kanal YouTube Dangau Studio Channel.

Menurut Budi Irwandi, pendiri Dangau Studio, proyek dokumentasi yang mempertemukan penontonnya dengan seniman Sumatra Barat yang paling berpengaruh.

“Melalui wawancara mendalam dan eksklusif, kami mengabadikan kisah, karya, dan semangat seni yang menginspirasi," kata Budi. SSC/REL

 



BACA JUGA