
Padang Panjang, sumbarsatu.com—Program Studi Televisi dan Film Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang, kendati dalam suasana pandemik Covid-19, kembali menggelar iven tahunan “Minang Film Festival” pada 17 Oktober–14 November 2020. Tahun 2020 ini peristiwa budaya para pembuat film ini sudah memasuki tahun keempat dengan kondisi dan suasana yang berbeda dari sebelumnya..
Berbeda format dan konsep pelaksanaan tahun-tahun sebelumnya, Minang Film Festival selalu mencoba memberikan wawasan tentang film sebagai bentuk penyebaran kebudayaan baik Minangkabau maupun budaya lainnya di seluruh Indonesia.
Menurut Ndik Pradono, Sekretaris Prodi Televisi dan Film Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang mengatakan, tahun ini Minang Film Festival memberikan semangat untuk tetap berkarya dalam kondisi yang penuh keterbatasan dan pandemik ini.
“Tujuan itu kemudian dituangkan dalam sebuah tema tentang kemandirian dalam berkarya. Tema tahun ini dengan menggunakan kata filosofis dari pepatah Minangkabau, yaitu “Indak Kayu Janjang Dikapiang”. Pepatah yang menunjukan semangat untuk bertahan dari keterbatasan dengan kreativitas untuk mencari solusi terhadap satu masalah yang ingin diselesaikan,” kata Ndik Pradono dalam relis yang diterima sumbarsatu, Senin (9/11/2020).
Dijelaskannya, pembelajaran dan pembenahan terus dilakukan dalam penyelenggaraan kegiatan ini setelah mendapatkan hasil evaluasi. Beberapa kesimpulan dari hasil evaluasi tersebut adalah tercapainya beberapa target kegiatan yang bertujuan untuk mendorong kreativitas dan geliat komunitas-komunitas film pendek pelajar, serta memacu dan membangun ekosistem perfilman di Sumatra Barat.
“Hadirnya Minang Film Festival diharapkan mampu menembus kerinduan serta menjadi ruang di tengah-tengah pandemik Coid-19 ini,” jelasnya.
Selain itu, dari iven Minang Film Festival dikesankan jadi ruang bersilaturahim, belajar bersama, sekaligus ruang berekspresi dengan memanfaatkan media film sebagai bagian dari bentuk kegiatan positif generasi muda, walaupun kondisi saat ini memaksa kita melakukannya secara daring, tetapi upaya menjaga semangat berkreativitas selalu dikedepankan.
Minang Film Festival #4 tahun ini mencoba merespons fenomena yang terjadi di banyak sendi kehidupan kita. Keterbatasan dimasa pandemi Covid-19 menjadi sebuah peristiwa yang banyak merubah budaya-budaya yang pernah ada, termasuk budaya dalam berkreativitas. Semangat ini kami gambarkan melalui kalimat yang menjadi tema acara: “Indak Kayu Janjang Dikapiang”.
Sepanjang Minang film Festival diisi dengan kegiatan diskusi, seminar, masterclass, juree talks, pemutaran film nominasi dan pemutaran film penggalangan dana serta malam penganugrahan film pendek tingkat pelajar se-Indonesia.
“Pembukaan resmi pada 17 Oktober 2020 oleh Rektor Institut Seni Indonesia Padang Panjang, Bapak Prof. Dr. H. Novesar Jamarun, MS, pertunjukan Orkes Taman Bunga, sebuah grup musik yang membawakan orkes dengan sentuhan irama-irama Melayu dan berbahasa Minang, Tari hoyak gandang dan saluang dendang yang merupakan khas tradisi Minangkabau,” sebut Ndik Pradono.
Kemudian, tambahnyadigelar diskusi dan workshop bersama beberapa praktisi yang dikemas pada program Masterclass, pada 14 November 2019 yang dilakukan secara daring.
“Pada tanggal 14 November, sebagai puncak rangkaian ien ini dilangsungkan dua kegiatan berkesinambungan, seminar dan malam penganugrahan. Seminar menghadirkan narasumber Isfansyah (produser), Greg Arya (penyunting film), dan lainnya,” katanya.
Minang Film Festival akan memilih film-film terbaik melalui penjurian yang dilakukan oleh Greg Arya, Ifa Isfansyah dan Hery Sasongko M.Sn (Ketua Prodi televisi dan Film, ISI Padang Panjang.
Minang Film Festival akan memberikan 6 penghargaan, yaitu Siriah Gadang Award yang akan dipilih berdasarkan ide cerita yang baru dan menarik, Kaluak Paku Award yang berdasarkan penilaian sinematik film terbaik, Tampuak Manggih Award dengan berdasarkan naratif terbaik, Pucuak Rabuang Award dengan penilaian film dengan pesan inspiratif, Bungo Lado Award film terbaik pilihan dewan juri, dan yang terakhir adalah nominasi Saluak Laka Award, pemenang kategori ini dipilih dengan penilaian dari tokoh yang dipilih oleh tim Minang Film Festival tahun ini.
“Tahun-tahun sebelumnya Minang Film Festival hanya membuat kompetisi dengan mengumpulkkan karya film, tetapi tahun ini Minang Film festival mencoba hal baru dalam kompetisi. Karya film yang di kumpulkan adalah karya baru yang diproduksi dengan syarat yang ditentukan oleh panitia dan dengan batasan waktu produksi yang diberikan. Dengan konsep ini, Minang Film Festival mencoba memberikan tantangan baru sekaligus mengasah dan belajar bersama untuk berkarya dengan baik dari hasil mentoring pada program-program yang harus di ikuti oleh peserta.
“Diharapkan tidak hanya antusias yang akan semakin tinggi, tetapi Minang Film Festival juga dapat menjadi salah satu ajang festival film pelajar yang mampu berkontribusi memberikan pengetahuan dan menciptakan ekosistem perfilman Indonesia menjadi semakin baik,” kata Hery Sasongko M.Sn, Ketua Prodi televisi dan Film, ISI Padang Panjang.
Informasi lebih jauh bisa dilihat di akun instagram official Minang Film Festival (@minangfilmfest) atau di tautan bit.ly/Miffest4. SSC/Rel