
Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, secara resmi membuka Pameran Patung Internasional 95 Tahun Arby Samah di Galeri Taman Budaya Sumbar, Jalan Diponegoro No. 31 Padang, Kamis (19/6/2025) malam. Wagub didampingi Kepala Dinas Kebudayaan Jefrinal Arifin dan Wakil Bupati Tanah Datar Ahmad Fadly.
Padang, sumbarsatu.com —Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, secara resmi membuka Pameran Patung Internasional 95 Tahun Arby Samah di Galeri Taman Budaya Sumbar, Jalan Diponegoro No. 31 Padang, Kamis (19/6/2025) malam.
Vasko Ruseimy mengapresiasi keluarga, kurator, dan pegiat seni yang telah menginisiasi pameran ini sebagai bentuk penghormatan terhadap Arby Samah, pelopor patung abstrak Indonesia yang berasal dari Ranah Minangkabau.
“Kegiatan ini bukan sekadar peringatan 95 tahun kelahiran Arby Samah, tetapi juga bagaimana sosoknya dapat menjadi inspirasi yang menyalakan api kreativitas generasi muda untuk berkarya, bahkan melampaui pencapaian para pendahulunya,” ujar Vasco.
Ia berharap, ke depan akan lahir generasi baru seniman patung dari Sumbar yang mampu mengharumkan nama daerah di tingkat nasional dan internasional.
Kepada pers Vasko Ruseimy, juga mewacanakan pendirian museum patung sebagai bentuk dukungan konkret terhadap perkembangan seni rupa, khususnya seni patung.
"Sumatera Barat memiliki kekayaan luar biasa dalam seni rupa, terutama seni patung. Kita punya maestro seperti Arby Samah yang diakui secara nasional dan internasional. Sayangnya, karya-karya seperti ini belum memiliki ruang yang layak untuk didokumentasikan dan diapresiasi secara berkelanjutan," ujar Vasko.
Ia menilai museum patung dapat menjadi ruang representatif yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pameran tetap, tetapi juga pusat dokumentasi sejarah seni patung di Sumbar. Museum tersebut, menurutnya, tidak perlu menjadi organisasi perangkat daerah (OPD) yang berdiri sendiri, namun bisa diintegrasikan ke dalam struktur Museum Adityawarman untuk efisiensi pengelolaan dan anggaran.
“Yang kita butuhkan adalah komitmen bersama. Museum patung bisa menjadi wadah edukasi seni, ruang ekspresi, sekaligus destinasi budaya. Ini akan memperkuat posisi Sumatera Barat sebagai daerah yang menjunjung tinggi seni dan kebudayaan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar, Jefrinal Arifin, menegaskan bahwa pihaknya selalu mendukung penuh kegiatan seni dan budaya yang digagas para seniman daerah. Ia juga mendorong tersedianya lebih banyak ruang ekspresi, seperti galeri seni dan ruang pertunjukan, guna mendukung pertumbuhan seni di Sumatera Barat.
“Selain itu, para seniman juga layak mendapatkan penghargaan yang memadai agar mereka merasa dihargai dan terus termotivasi untuk berkarya,” ujar Jefrinal.
Ketua pelaksana kegiatan, Anita Dikarina—putri Arby Samah—menyampaikan terima kasih atas dukungan berbagai pihak, termasuk Kementerian Kebudayaan RI, Pemprov Sumbar, dan Pemkab Tanah Datar. Ia menyebut partisipasi para pematung dari mancanegara dan berbagai daerah di Indonesia telah memperkaya diskursus seni patung, khususnya patung abstrak.
“Ayah kami adalah seniman yang lebih suka menyapa bumi dalam diam, memberi makna lewat bentuk, dan menyampaikan pesan melalui guratan dan lengkung patungnya,” tutur Anita.
“Ia membumi bukan semata karena rendah hati, tetapi karena percaya bahwa bumi adalah tempat kita belajar tentang diri, sesama, dan Tuhan.”
Pembukaan pameran juga dimeriahkan oleh penampilan musikalisasi puisi dari Gaung Ekspose pimpinan Armeynd Suhafril, serta tari kontemporer berjudul Taruko oleh Sanggar Indo Jati.
Usai acara pembukaan, Wagub Vasco Ruseimy bersama Wakil Bupati Tanah Datar Ahmad Fadly dan Kadisbud Sumbar Jefrinal Arifin meninjau proses pembuatan patung oleh para seniman, serta mengunjungi ruang pameran yang memajang karya Arby Samah dan pematung lainnya.
Perjumpaan Gagasan dari Berbagai Negara
Pameran patung ini menghadirkan lima seniman dari luar negeri, antara lain dari Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Jerman, dan Australia, serta sejumlah pematung nasional dari Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Turut ambil bagian pula seniman-seniman patung asal Sumatera Barat, yang menampilkan karya-karya dengan pendekatan material dan simbol lokal.
Ali Umar, curator pameran menyebut pameran ini sebagai “perayaan lintas generasi dan lintas budaya dalam bahasa seni rupa.” Menurutnya, kehadiran pematung internasional menjadi momentum pertukaran ide dan teknik yang sangat berarti bagi seniman lokal.
“Kita ingin para pematung muda di Sumbar terinspirasi, melihat kemungkinan baru, dan berjejaring. Museum akan menjadi simpul penting dari ekosistem itu,” ujar Ali Umar.
Arby Samah (1930-2017) menjadi sentral dalam perhelatan ini. Lahir di Pandai Sikek, Tanah Datar, ia dikenal sebagai pelopor patung abstrak modern Indonesia, dengan karya-karya monumental seperti “Sujud”, “Ibu” dan lainnya. Dan juga ruang publik di Kota Padang. Semasa hidupnya, Arby banyak mengeksplorasi hubungan antara ruang, bentuk, dan spiritualitas dalam medium tiga dimensi.
Dalam pameran ini, dipamerkan pula beberapa dokumentasi visual dan miniatur karya Arby Samah, sebagai bagian dari upaya mengarsipkan dan memperkenalkan ulang warisan artistiknya kepada publik generasi baru. ssc/rel