
Susasr Rta Loravianti bersama dengan dua orang Sikerei saat mempratikkan tari Turuk Laggai. foto dok
Padang, sumbarsatu.com —Sanggar Seni Sikambang Manih Padang Panjang akan meluncurkan buku fotografi dan film dokumenter bertajuk Sikerei: Sang Penjaga Tarian Turuk Laggai, pada Senin malam, 30 Juni 2025 di Rumah Budaya Fadli Zon, Aoe Angek, Koto Baru, Padang Panjang.
Selain peluncuran buku foto dan film dokumenter, juga dipentaskan koreografi yang berangkat dan terinspirasi dari ritual upacara adat E’eruk Pulaggajat di Kepulauan Mentawai dengan judul Bujai Le' Kai (Mohon Perlindungan) yang diciptakan Susas Rita Loravianti lewat riset mendalam pada tahun 2024.
Buku fotografi ini menjadi bagian dari proyek dokumentasi budaya masyarakat adat Mentawai, khususnya ritual Turuk Laggai. Buku ini merupakan pasangan dari film dokumenter berjudul sama yang merekam perjalanan mendalam ke Pulau Siberut, Kepulauan Mentawai.
Menurut Ketua Tim Riset dan Pimpinan Sanggar Seni Sikambang Manih, Susas Rita Loravianti, program ini merupakan bentuk tanggung jawab timnya dalam menggali dan menyebarluaskan pengetahuan tradisional yang hidup dalam diri para Sikerei, tokoh spiritual masyarakat Mentawai.
“Sikerei adalah museum hidup yang telah memelihara arsip kebudayaan Mentawai, termasuk di dalamnya tentang seluk-beluk ritual Turuk Laggai,” ujar Susas Rita Loravianti kepada sumbarsatu, Sabtu (21/6/2025).
Lebih jauh dikatakannya, peluncuran buku fotografi dan film dokumenter Sikerei: Sang Penjaga Tarian Turuk Laggai akan dihadiri langsung Bupati Kepulauan Mentawai Rinto Wardana Samaloisa, dan tentu saja Sikerei dan tokoh masyarakat adat Mentawai lainnya.
“Pada saat peluncuran buku dan film itu, kita selaksa berada di dalam suasana kehidupan sosial masyarakat adat Mentawai. Semalam di bumi Mentawai,” harapnya.
Ia menyebutkan, terwujudnya buku fotografi dan film dokumenter atas dukungan penuh Dana Indonesiana-LPDP, Kementerian Kebudayaan RI untuk program Dokumentasi Karya/Pengetahun Maestro dan Objek Pemajuan Kebudayaan Rawan Punah tahun 2024.
Buku Sikerei: Sang Penjaga Tarian Turuk Laggai berisi foto-foto hasil penelusuran tim selama mengikuti ritual Turuk Laggai yang dilakukan oleh salah seorang Sikerei bernama Tetew Lala, dalam rangka menyambut kelahiran cucu dan memperbaiki Uma (rumah adat) miliknya.
Visual digarap Benny Kurniadi, Yuli Hendra, dan Ivan Saputra, Muhammad Agil Ulya, dan Rifqy Fahrizi Rachman berperan dalam menghasilkan gambar dan audiovisual yang hidup yang dikurasi dengan narasi oleh Dede Pramayoza.
Menurut Susas Rita Loravianti, dokumentasi ini bertujuan menangkap esensi budaya yang sulit dijelaskan hanya dengan kata-kata, dan menjadi sumber pengetahuan berharga bagi generasi mendatang.
“Buku foto ini diharapkan menjadi jendela bagi pembaca untuk menyelami kekayaan budaya Mentawai, yang diwariskan secara turun-temurun,” tuturnya.
Kegiatan ini melibatkan tim lintas disiplin yang terdiri dari fotografer, filmmaker, peneliti, penulis, koreografer, pemusik, videografer, editor, dan lain sebagainya yang didukung Kementerian Kebudayaan RI melalui Program Pemanfaatan Dana Indonesiana-LPDP 2024.
Tim mulai ekspedisi pada bulan Mei 2024. Riset dan dokumentasi dilakukan langsung di lapangan, termasuk wawancara dan pengamatan partisipatif.
Susas Rita Loravianti bersama tim kerja dan produksi menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Kebudayaan, Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Sumatera Barat, serta Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga Kepulauan Mentawai. Ucapan khusus juga disampaikan kepada Sikerei Tetew Lala yang membuka akses penuh kepada tim.
“Terima kasih yang tak terwakili kata-kata kami sampaikan kepada Tetew Lala, yang telah membuka semua rahasia pengetahuannya,” pungkas Susas Rita Loravianti.
Buku ini diharapkan dapat memperkaya literatur kebudayaan Indonesia, serta mengkomunikasikan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Turuk Laggai kepada khalayak yang lebih luas. ssc/mn